Alumni IPNU Jatim Luncurkan Umrah Bareng dan Buku Obituari KH Sholeh Hayat

Sidoarjo, jurnal9.tv -Majelis Alumni (MA) Ikatan Pelajar NU (IPNU) Jawa Timur meluncurkan program Umrah Bareng Alumni IPNU pada Hari Santri Nasional (HSN) 2025 dan Buku Obituari “Sholihun Hayat, Sholihun Mamat – Teladan Kesalehan KH Sholeh Hayat”.

“Bismillah, saya selaku Ketua MA IPNU Jatim meluncurkan program Umrah Bareng pada HSN 2025,” kata Ketua MA IPNU Jatim KH Abdul Hamid Wahid MAG dalam Rembuk Alumni IPNU se-Jatim yang dihadiri 100-an alumni IPNU se-Jatim di Sidoarjo, Minggu (4/5/2025).

Dalam acara yang juga ditandai peluncuran Buku Obituari “Sholihun Hayat, Sholihun Mamat – Teladan Kesalehan KH Sholeh Hayat” itu, Gus Hamid Wahid yang juga Bupati Bondowoso itu meluncurkan Umrah Bareng HSN 2025 di hadapan Sekjen Presidium MA IPNU Pusat Prof DR Asrorun Ni’am Sholeh yang hadir dalam acara itu.

Program yang digagas MA IPNU Jatim dengan bermitra dengan perusahaan Chatour Travel Umrah dan Haji yang dipimpin HM Muhibbin Billah yang juga anggota MA IPNU Jatim itu “di-amin-i” oleh perwakilan MA IPNU Jateng Arief Rohman yang juga Bupati Blora-Jateng dan Wasekjen PBNU HM Nur Hidayat yang juga Penasehat MA IPNU Jatim.

“Semoga program itu bisa diikuti MA IPNU di provinsi lain, termasuk Jateng, apalagi Biro Travel yang digunakan milik anggota MA IPNU Jatim yang juga alumni PC IPNU Kota Surabaya. Ada salah satu bank BUMN yang bisa memberikan dana talangan untuk keberangkatan rekan-rekan,” kata Ni’am.

Dalam Rembuk/Sarasehan MA IPNU Jatim itu, Niam menjelaskan potensi alumni IPNU Jatim yang memiliki 47 kader di DPRD di beberapa daerah di Jatim dan juga enam kepala daerah serta sejumlah profesional dan akademisi dapat menjadi sarana silaturrahmi kader-kader di berbagai jalur untuk saling mendukung dan membangun relasi berbasis persaudaraan untuk organisasi.

“Sejak MA IPNU dibentuk pada 2008 melalui kontemplasi sejumlah kader muassis/pendiri seperti Rekan Said Budairi, Rekan Tosari Wijaya, Rekan Asnawi Latief, akhirnya ada dua khittah yang melandasi didirikannya MA IPNU yakni memperkokoh tali silaturahmi para mantan untuk saling menguatkan dan memberi dorongan atau fasilitasi kepada aktivis IPNU yang berproses,” katanya.

Sementara itu, Buku Obituari “Sholihun Hayat, Sholihun Mamat – Teladan Kesalehan KH Sholeh Hayat” yang diluncurkan dengan dibagikan kepada seluruh alumni IPNU se-Jatim yang hadir, termasuk sejumlah kader dari Forum Alumni (FA) IPPNU Jatim yang hadir dalam rembuk alumni yang dihadiri alumni dari era 1990-an hingga era terkini.

“Kami mendedikasikan buku ini, selain untuk mengenang kebaikan orang yang sudah kembali ila rahmatillah, juga dimaksudkan menjadi tangga kecil dalam memahami sejarah perjalanan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama, khususnya di Jawa Timur,” kata editor buku, Hakim Jayli yang juga CEO TV9 dan Wakil Ketua PWNU Jawa Timur itu.

KH. Sholeh Hayat yang ditulis obituarinya dalam buku ini, telah sembilan periode menjadi pengurus harian PWNU Jawa Timur, sejak menjabat sebagai Wakil Sekretaris pada periode 1984-1988, hingga berkhidmah sebagai Wakil Katib Syuriyah periode 2024-2029 saat beliau wafat (wakil sekretaris era 1984-1996, wakil ketua era 1996-2018, wakil Katib era 2018-2029).

“Buku ini terdiri dari empat bagian. Pada bagian biografi, kami menurunkan tulisan Sejarahwan Muda NU, Ayung Notonegoro, yang mengupas Pak Sholeh Hayat sebagai ‘lampu petunjuk’ bagi penulisan sejarah yang utuh atas perjalanan NU di tempat kelahirannya, dengan adanya kekayaan dan khazanah arsip yang didokumentasi dan disimpan dengan baik oleh almarhum,” katanya.

Kesalehan menjadi diksi yang dipilih sebagai narasi utama dalam empat bagian yang terdiri dari beberapa tulisan testimoni dan obituari dari beberapa kolega dan kader Pak Sholeh. Keshalehan dipilih, berangkat dari dhawuh Kiai Kharismatik, KH Chamim Djazuli atau Gus Miek yang memberi julukan Pak Sholeh dengan Shalihul Hayat, Shalihul Mamat. Frasa ini pula yang akhirnya yang dipilih sebagai judul buku.

Bagian lain merupakan testimoni dari dua anak (Mas Syahdi dan Mbak Atika) dan satu anak menantu (Mas Fathur Ridho), lalu sejumlah aktivis, seperti Wahid Asa (Aula), Cak Darsono dan Cak Fuad Anwar yang malang-melintang di IPNU. Ada juga Gus Taufiq Jalil yang kini bertanggung jawab atas PD PKPNU dan PMKNU, mantan Ketua PW Fatayat, Yayuk Istichanah, kolega di DPRD Jawa Timur, Muzammil Syafi’i, Ust Makruf Khozin (Aswaja NU Center Jatim), dan kader/alumni lainnya. (*)