OPINI  

In Memoriam KH. Sholeh Hayat: Sosok Ideal Pengurus NU

Oleh: Prof. H. Drs. M. Mas’ud Said, MM., Ph.D, Ketua PW ISNU Jawa Timur, A’wan Syuriah PWNU Jawa Timur

Nama KH. Sholeh Hayat terdengar dan saya kenal melalui serangkaian pertemuan di Pondok Pesantren Al Hikam Malang. Beliau saya kenal sebagai salah satu sahabat KH A Hasyim Muzadi, Ketua PW NU Jawa Timur periode 1992-1999 yang aktif sejak muda.

Karena seringkali mengikuti kegiatan di PW NU Jawa Timur saat itu, saya juga beberapa kali bertemu KH Sholeh Hayat. Bagi saya, sosok beliau adalah pribadi yang sangat support dan senang memberi semangat kepada anak muda. Pria santun ini suka memuji sebagai apresiasi kepada siapapun yang dekat dengan NU.
Bagi saya, beliau adalah sosok ideal bagi syarat aktifis dan pengurus NU yang tulen. KH Sholeh Hayat adalah sosok ideal secara ideologis, matang secara organisatoris, memiliki komunikasi yang baik, memiliki intergritas sekaligus memiliki dedikasi tinggi pengabdian sampai akhir, sehingga pantas sebagai role model bagi generasi kini dan yang akan datang.

Di bidang pengkaderan, juga track recordnya jelas, KH. Sholeh Hayat diakui memiliki peran penting dalam mencetak generasi penerus NU melalui organisasi. Tahun 1969, beliau menjadi pengurus organisasi kader berjenjang sejak ranting dan pengurus Anak Cabang IPNU hingga pengurus PW IPNU Jawa Timur dan kemudian berlanjut sebagai salah satu sosok panutan kader NU kelas bawah dan menengah.

Pergaulannya sangat luas, menembus lapisan dan menembus batas generasi membawa nama dia terkenal walau ini alamiah saja, tanpa memakai media sosial. Beliau yang lahir 1949 bisa bergaul dengan mudah dan renyah kader beliau yang lahir tahun 1900an. Beliau halus hatinya dan enteng menerima pendapat orang lain, dan menemani pikiran yang muda muda di kalangan PW NU.

Ideological attcahement dan organizational bounding saya terhadap beliau dapat saya rasakan karena juga sama sama pernah mendapat amanah sebagai Ketua Ancab IPNU Kecamatan Tulangan Sidoarjo 1980-1981. Kami ketemu lagi akhir akhir ini saat kami sama sama mengikuti PMKNU PBNU pada tahun 2022 di Surabaya dan berlanjut saat saya memimpin ISNU Jawa Timur periode kedua sejak Agustus tahun 2024 yang lalu dan sama ama aktif kembali era kepemimpinan KH Abdul Hakim.
Aktifis yang Telaten dan Santun
Selain aktif dalam organisasi dan pengkaderan, KH. Sholeh Hayat juga penulis produktif. Buku buku ke-NU-an dan penguasan data menjadi salah satu warisan intelektual beliau yang berharga. Kepeduliannya terhadap sejarah dan arsip tercermin dari julukannya beliau sebagai arsip NU yang berjalan. Untuk hal ini, berliau dapat dikatakan telah mengisi salah satu pilar nidhomiyah NU yang harus dikuatkan.

KH Sholeh Hayat bukanlah sosok high profile yang suka tampil di depan. Beliau juga bukanlah kader karbitan, menurut saya beliau bukan menjadi pengurus NU dadakan apalagi untuk lebel sosial. Beliau bukanlah orang yang hidup dengan dan melalui jabatan apalagi sosok kader baru “yang suka menyetir orang lain” sebagaimana kebanyakan kader dadakan NU. Beliau bekerja dengan senyap, beliau terus menerus tanpa henti lambang istiqomah dan tidak mencari popularitas mungkin bagian dari keihlasan.

Santun dan lemah lembut adalah salah satu ciri positif beliau. Keunggulan itu membantu mudahnya proses interaksi dan internalisasi nilai kepada kader muda dan kolega. Keunggulan pribadi, keunggulan sosial merupakan kehandalan beliau dalam bergaul. Rendah hati dan rela menjadi oendengar bagi banyak orang juga menjadi ciri khas beliau.

Beliau itu sarjana hukum tapi juga tahu psikologi sosial. Tidak berlebihan jika beliau juga memiliki keunggulan komunikasi interpersonal, keunggulan kesabaran dan kekuatan karakter dengan volume bicara yang intonasinya dan volumenya relative kecil namun mandes. Kuatnya karakter dibarengi pengalaman makan asam garam di NU, membuat beliau sosok yang dicinyai banyak kalangan.
Walau sudah berusia 100 tahun, transformasi tata kelola di NU di tingkat pengurus Wilayah masih terus diupoayakan secara lebih terpadu. Dilihat dari hal ini maka sosok KH Sholeh Hayat mencoba mengisi kebutuhan dasar organisasi yang memasuki jaman modern. Beliau sering terdengar rajin mengumpulkan bahan qonun asasi, bahan bahan hasil muktamar, aturan organisasi dan juga sejarah NU.

Sosok yang Memikirkan Tata Kelola Jamiyah Lebih baik

Dari kederisasi NU butuh kapitalisasi potensi. Kader terbaik butuh kesungguhan menata kelola organisasi, memulai gerakan pemikiran baru. Saya mencatat diresmikannya pengurus dan pelantikan oleh Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang yang diisi oleh orang dan kader baru dari kampus kampus besar seperti apa yang ada di PW NU Jawa Timur masih dalam sebatas kebanggan pesatnya jumlah kepengurusan belum pada tata kelola yang rapi sebagaimana “diutuni dan ditelateni” oleh KH Sholeh Hayat.
Mengapa KH Sholeh Hayat bisa disebut sebagai sosok pengurus ideal, karena beliau tahu dan peta sosial politik, bisa meletakkan diri dan organisasi secara benar. Pengalaman beliau bergaul dengan para politisi, pejabat dan pengalaman sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Timur 2014-2019 dan sebelumnya mengantar kematangan politik dalam konteks sosial politik NU.

Ketika beliau tahu dari menantunya dan dari berita bahwa ISNU Jatim mengoptimalkan perkantoran, dengan support IT, penguatan Website dan juga pembelian mobil operasional secara gotong royong, menguatkan pengkaderan, membuat perpustakaan yang representative, menguatkan SDM kantor dan ruang meeting yang representative dengan perpustakaan kantor yang tertata, beliau tak segan segan memberi apresiasi secara pribadi.

Dalam kaitan keorganisasian selama hidup beliau aktif mewakili dan atau bersama pengurus PW NU Jatim ikut rombongan melakukan pelantikan pelantikan Cabang, aktif merancang program dengan hafalan pasal pasal aturan organisasi, memberikan rekomendasi konferensi, mendorong dan melakukan pembekalan secara pribadi dengan good personal communication bagi hampir kepada semua orang.

Kita berterima kasih kepada Allah atas kehadiran sosok KH Sholeh hayat ini yang dengan sepi dan keichlkasannya membantu memberi pencerahan dengan cara santun, dalam situasi yang kompleks secara istiqomah puluhan tahun. Seringkali kita angin anginan atau melaksanakan sesuatu tugas. Dibutuhkan waktu yang malam untuk mendpatkan lagi sosok dengan gairah untuk membimbing secara halus arah perubahan di NU. Salah satu landasan penting bagi pengembangan jamiyah NU, pembinaan perangkat organisasi dan pembinaan kader tentu adalah pengenalan peta sosial keagamaan di daerah secara detail dan pendekatan dengan soft communication sebagaimana ciri khas beliau.

Yang dimaksud dengan soft communication ialah dengan cara mengajak komunikasi dengan suasana informal yang misalnya menghadiri acara acara tertentu yang merupakan hajat jamiyah bersama. Inilah yang istiqomah dilakukan oleh KH Sholeh Hayat sampai wafat. Kebersamaan, memupuk rasa saling percaya tanpa, kebersamaan secara informal sangat dibutuhkan di NU.

Bila dikaji lebih lanjut maka ada beberapa faktor yang mendorong usaha komunikasi sosial yang halus dimana tidak semua lembaga belum tentu bisa efektif didekati dengan standar operasional yang serba formal dan prosedural. Masyarakat modern memiliki kompleksitas organisasi dan independensi sedangkan NU adalah organisasi yang lentur dan adaptif. Sosok yang santun dan komunikatif serta kuat dialognya dibutuhkan oleh NU.

Perkembangan demokrasi yang terbuka membawa konsekuensi bahwa NU tidak bisa lagi diikat dalam jejaring formal tertentu, karena apa?, karena jamaah NU kini kian beragam dan berlapis lapis secara sosial, ekonomi, akademik maupun kewilayahan. Hal hal penting untuk kepentingan analisis sosial antara lain perlu dikembangkan jalinan hubungan antara unsur pemngurus NU dengan tokoh tokoh masyarakat untuk menyelami realitas kehidupan sekaligus sebagai media komunikasi personal yang efektif.

Karena lahir dari NU adalah organisasi kemesyarakatan dan keagamaan, maka para pengurus harus bisa menyesuaikan diri dalam konteks harus membawa diri sebagai representasi bagi organisasi masyarakat keagamaan terbesar di Indonesia tersebut. Dalam hal ini penerjemahan makna tasammuh (toleran), tawassuth (moderat), tawazzun (seimbang) dan ‘adalah (adil) juga tercermin dalam perilaku keseharian, mengemban misi Islam rahmatal lil alamin melalui jamiyah Nahdlatul Ulama.

Kepergian beliau di usia 74 tahun, yang wafat pada hari Jumat 20 Desember 2024, pukul 04 45 WIB menjadikan Jawa timur seakan mendung karena kepergian beliau. Saya sendiri hadir pagi hari di rumah duka dan mengikuti prosesi memandikan jenazah. Saya termasuk kader beliau yang dihubungi keluarga lebih awal, sehingga berkesempatan menyebarkan inbformasi kepergian beliau yang sangat dihormati lantaran menjadi teladan berkat keistikamahannya dalam berkhidmad.

Para tokoh, handai taulan dan sahabat serta keluarga pada hadir di rumah duka, Jalan Diponegoro Gang V No 165 Bangil Pasuruan. Suasana sedih menujukkan beliau sangat dicintai. Dengan suasana duka cita mendalam, Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur (PWNU Jatim) KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin), menyampaikan kesaksian semasa hidup KH Sholeh Hayat, beliau adalah sosok aktifis yang menjadi panutan banyak orang. (*)