Surabaya, Jurnal9.tv – Pemerintah Provinsi Jawa Timur gencar menurunkan angka stunting. Di Jawa Timur kasus stunting turun drastis. Namun, Kabupaten Jember masih menyandang kasus stunting tertinggi. Ditulis dari laman resmi Kementerian Kesehatan, berdasarkan WHO, stunting adalah gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tidak memadai.
Pemerintah Kabupaten Jember mengungkapkan beberapa penyebab tingginya stunting mulai dari angka pernikahan dini, hingga budaya memberi asupan makanan pada bayi dianggap menjadi salah satu faktor penyebab stunting. Lalu bagaimana pemberian asupan pangan untuk bayi setelah lahir yang tepat untuk mencegah stunting? Dilansir dari laman kemkes.go.id, pangan yang terbukti mencegah stunting setelah bayi lahir adalah ASI, berbagai MP ASI, telur setelah 1 tahun 1 butir sehari, kalau setelah 6 bulan antara setengah sampai satu butir telur sehari, kemudian susu pertumbuhan, pangan hewani, dan lauk pauk.
Pemberian asupan gizi tambahan merupakan hal terpenting dalam pencegahan stunting, seperti yang dikatakan dr. Yulia Herawati, Sp. A dalam youtube BKKBN OFFICIAL, beliau mengatakan apabila bayi membutuhkan asupan gizi seimbang, karbohidrat 40%, lemak 45% dan protein sebanyak 15-20%. Asupan lemak untuk bayi, beliau mengatakan dapat menambahkan minyak jagung sebagai lemak nabati atau menambahkan keju (jika tidak alergi terhadap susu sapi) di dalam makanan pendamping. Menurut WHO, syarat MPASI yang baik meliputi;
- Diberikan pada waktu yang tepat, yakni ketika pemberian ASI saja sudah tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi.
- Aman, yakni MP-ASI harus disimpan dan diberikan kepada anak dengan tangan atau perlengkapan makan yang bersih.
- Kaya akan gizi, yakni MP-ASI mampu mencukupi kebutuhan zat gizi makro dan mikro.
- Teksturnya disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak.
Pemberian asupan pangan gizi seimbang berdasarkan Permenkes nomor 41 tahun 2014, antara lain ;
- bayi usia 0 – 24 bulan harus diberi ASI,
- bayi pada usia 6 – 9 bulan mulai diberi MP ASI berupa makanan lumat,
- pada usia 9 – 12 bulan diberi MPASI makanan lembek.
- Pada usia 12 – 24 bulan mulai diberi makanan keluarga.
- Frekuensi makan bagi bayi per hari usia 6 – 9 bulan sebanyak 2 – 3 kali makanan lumat + 1 – 2 kali makanan selingan ditambah ASI. Jumlah setiap kali makan terdiri dari 2 – 3 sendok makan penuh setiap kali makan dan secara perlahan meningkatkan sampai setengah dari cangkir mangkok ukuran 250 ml tiap kali makan.
- Pada usia 9 – 12 bulan diberi 3 – 4 kali makanan lembek + setengah kali makanan selingan ditambah ASI. Porsi makanan sebanyak setengah mangkuk ukuran 250 ml.
- Selanjutnya untuk bayi usia 12 – 24 bulan sebanyak 3 – 4 kali makanan keluarga ditambah 1 – 2 kali makanan selingan plus ASI. Jumlah setiap kali makan sebanyak ¾ mangkuk ukuran 250 ml.
Salah satu syarat MPASI yang baik yakni kaya akan gizi. Maka dari itu, pastikan MPASI yang diberikan pada si kecil mengandung hal-hal berikut;
- Karbohidrat, contohnya nasi, kentang, mie, roti dan bihun.
- Protein, terutama sumber hewani contohnya daging, ayam, ikan, dan telur.
- Sayur dan buah-buahan untuk bayi.
- Lemak, yang berasal dari minyak, santan, margarin dan lain sebagainya.
Untuk mencungkupi gizi harian si kecil, ada baiknya untuk memberikan variasi sumber makanan sebagai menu MPASI. Hal ini karena memakan aneka jenis makanan, maka kebutuhan gizi si kecil lebih mudah dan cepat terpenuhi. Seperti yang dianjurkan Kementerian Kesehatan RI melalui Pedoman Gizi Seimbang, MPASI bayi sebaiknya memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, sertavitamin dan mineral. Selain memberikan asupan MPASI yang benar, untuk mencegah terjadinya stunting jangan lupa bawa periksa si kecil ke posyandu setiap bulannya. (llj/snm)