SURABAYA – Kritik Fachri Ali kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Makarim terkait hibah pada organisasi sosial milik konglomerasi besar terus bersambut. Wakil Ketua komisi E DPRD Jawa Timur yang membidangi pendidikan dan sosial menilai rendahnya afirmasi Menteri pada ormas seperti Muhammadiyah dan NU adalah kekhilafan yang luar biasa dan memperihatinkan. “Ini sebuah ketidaktahuan yang serius, bisa dikatakan ketidakpedulian pada sejarah juga realitas pendidikan yang sesungguhnya terjadi mulai dulu hingga kini, ” lanjutnya.
Di Jatim misalnya –dia mencontohkan– hanya 43 % lulusan tiap tahun yang mampu ditampung oleh sekolah negeri(level SMK/SMA sederajat, selebihnya ditampung lembaga pendidikan swasta yang kalau di Jawa atimur sebagian besar dikelola oleh Sekolah NU atau Maarif NU.
“Artinya negara ini memiliki hutang yg luar biasa besar untuk turut serta ‘menyapa’ dan menyertakan NU dan ormas Islam lain seperti Muhammadiyah dalam proses pengawalan pendidikan,” ungkap mantan Ketua Fatayat NU Jawa Timur ini.
Dalam aspek lain, Hikmah mengkritik kecenderungan Mendteri Nadiem menggunakan takaran keberhasilan pendidikan dengan terserapnya lulusan di dunia kerja. Menurutnya, ini tidak salah, tapi menggunakan itu sebagai mainstreming utama adalah berlebihan.
“Lalu bagaimana dengan kompetensi lain sebagaimana budi pekerti, kematangan bersikap dan perilaku?, ” sergahnya.
Sebagaimana diberitakan, Pengamat Politik Fachry Ali mengunggah opini dan kegelisahannya via akun facebooknya tentang hibah dana puluan miliar kepada Sampoerna Foundation dan Tanoto Foundation yang notabene baru berdiri dibanding Muhammadiyah dan NU. (AHJ/TV9)