banner 728x250
OPINI  

TV9 dan Keniscayaan Kolaborasi Industri Media NU

Oleh: Ahmad Hakim Jayli, Direktur Utama TV9 Nusantara

Kekuatan dan persebaran Media NU, sejak 2010 telah mampu merambah ke dunia industri pertelevisian. Adalah TV9, sebuah stasiun televisi yang diperkenalkan pada publik tepat ketika NU berusia 84 tahun secara masehi, yakni 31 Januari 2010. Sejak awal berdirinya, media NU ini tidak didesain sebagai TV komunitas yang dibiayai oleh donasi atau bendahara organisasi, atau TV publik yang dibiayai negara macam TVRI melainkan didaftarkan sebagai televisi swasta atau TV bisnis yang seluruh operasionalnya didapatkan dari sponsorship. TV9 berada di bawah perusahaan PT Dakwah Inti Media yang mendapatkan ijin prinsip penyelenggaraan penyiaran dari Kementerian Komunikasi dan Informasi RI pada 2012 sebagai Lembaga Penyiaran Swasta Lokal dengan wilayah layanan di Zona Jatim I, Surabaya Raya atau kerap disebut Gerbang Kertasusila.

Kehadiran TV9 sebagai varian baru media NU di ranah industri televisi cukup perhatian dunia pertelevisian dan periklanan, seiring diferensiansi atau nilai beda yang di sajikan TV9 dalam program tayangan hariannya terlihat anti mainstream. Kalau tayangan TV nasional didominasi sinetron dan infotainment sebagai program dengan rating dan audience share paling tinggi, maka TV9 menawarkan antitesa program televisi religi berbasis dakwah sebagaimana pengajian kitab kuning dan shalawatan. Program yang dalam industri televisi ala barat pasti tak akan masuk dalam radar riset kepemirsaan AGB Nielsen yang telah menjadi penentu utama pemeringkatan program televisi di dunia, termasuk Indonesia. Melalui layar kaca TV9, maka majelis kitab kuning di pesantren dan pengajian rutin di masjid/mushalla atau majelis shalawatan yang digelar indoor atau massal di panggung gebyar shalawat menjadi tayangan alternatif di tengah tren program hiburan dan informasi di layar televisi kita.

Keragaman program tayangan televisi atau diversity of content memang telah menjadi amanat Undang-Undang No. 22/2002 tentang Penyiaran, menyusul fenomena kian seragamnya program tayangan televisi (nasional) kita. UU Penyiaran juga mengamanatkan adanya keragaman kepemilikan atau diversity of ownership industri penyiaran agar tidak hanya dikuasai oligopoli raja media yang orangnya itu-iti saja, Elo lagi, Elo lagi. Maka secara konstitusi, kehadiran TV9 adalah hal ideal yanh dimaksud UU Penyiaran, yakni adanya program religi Islami sebagai manivestasi diversity of content dan tampilnya NU sebagai pemilik dan pemain baru indistri pertelevsian sebagai perwujudan diversity of ownership.

PT Dakwah Inti Media, sebagai perusahaan yang mengelola TV9, dimiliki oleh PT Nusantara Utama Sembilan (NUS) sebagai perusahaan pemegang saham, yang didirikan dan dimiliki oleh PWNU Jawa Timur pada era KH. Hasan Mutawakkil Alallah sebagai Ketua Tanfidziyah. Untuk memperkuat daya saing dan daya tahan atau endurensi perusahan dalam kompretisi industri pertelevisan lokal dan nasional, PT NUS menggandeng PT Siantar Cemerlang Televisi (SCT). Kedua perusahaan pemegang saham ini bersepakat untuk menjadikan TV9 sebagai kanal televisi dakwah di dunia industri TV broadcast, dan menunjuk Kiai Mutawakkil sebagai Komisaris Utama dan Hakim Jayli sebagai Direktur Utama. Kolaborasi NU melalui PT NUS dengan kalangan pelaku industri profesional melalui PT SCT, terbukti ampuh, seiring terjaga daya saing dan daya tahan TV9 yang mampu melewati turbulensi bisnis covid19 pada 2019-2022. Kokohnya pondasi perusahaan yang dibangun serta kemampuan melakukan adaptasi, efisiensi dan efektivitas usaha, terhadap tekanan ekonomi menjadikan TV9 menjadi satu dari sedikit perusahaan media yng lolos dari badai pandemi. Di Surabaya, televisi lokal praktis tinggal menyisakan 2 stasiun TV swasta yang masih bertahan, yakni TV9 dan JTV.

Kekuatan pondasi perusahaan dan kreatifitas adaptasi terhadap situasi baru juga menjadi kunci eksistensi TV9 di tengah gempuran disrupsi teknologi digital, yang telah banyak merontokkan media mainstream ternama, baik televisi maupun surat kabar dan majalah. Setelah Republika yang lebih dulu mengumumkan tutup, akhir Juli 2024 ini menyusul Majalah GATRA menyatakan undur diri tidak terbit dalam edisi cetaknya. Teknologi Digital telah banyak memakan korban.

Menghadapi makin kuatnya penggunaan media sosial macam youtube, I syagram dan Tiktok dan kian kurang berminatnya publik menonton TV dan menikmati media konvensional, maka pada akhir 2019 sebelum covid menyerang, TV9 telah membentuk kompartemen baru, yakni divisi New Media melengkapi divisi News, Produksi, Program dan seterusnya. Strataegi ini diambil, sepulang muhibah Direktur Utama TV9, dari Tiongkok untuk melihat dari dekat bagaimana kesiapan media dan pemerintah Negeri Tirai Bambu tersebut mengoptimalkan media sosial dan platform digital pada media televisi negara (CCTV) hingga radio bahkan surat kabarnya. Tiongkok juga proaktif membangun industri digital sebagaimana Tencent yang memiliki Tiktok yang menggemparkan dunia, IQIYI yang mencatatkan diri sebagai salah satu industri video daring terbesar di dunia.

Melalui Divisi New Media, TV9 kini percaya diri menatap persaingan industri digital, dengan memposisikan diri tidak sekadar sebagai industri televisi saja, tetapi juga industri konten digital! Permintaan netizen akan tayangan video singkat berposisi potrait, layar berdiri sebagaimana tersaji dalam reels atau story Instagram dan Tiktok, direspon oleh divisi new media TV9 dengan mengolah kembali tayangan onair di layar kaca menjadi konten IG atau tiktok berdurasi singkat dan potrait. Proses produksi ini di TV9, dinamakan ‘Post Onair’, sebagai hal baru yang harus dilakukan atas nama adaptasi teknologi dan industri komunikasi.

Hadirnya teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelegence (AI), direspon TV9 dengan mengembangkan ‘Guardian AI’, sebuah platform yang mengintegrasikan teknologi AI untuk mengidentifikasi berita palsu dan mengurangi penyebaran ujaran kebencian di layanan berita jurnal9 yang dimiliki TV9, baik berita TV maupun news portalnya. Atas inovasi ini, TV9 terpilih sebagai pemenang Kompetisi Election Hackathon 2023 yang diselenggarakan oleh UNESCO pada 15 Desember 2023. Atas prestasi ini bersama Liputan 6 SCTV, kompartemen News Jurnal9 TV9, pada awal Mei 2024 diundang ke Chile untuk menghadiri World Press Day Celebration, yang digelar UNESCO bertajuk “A Press for the Planet: Journalism in the face of the Environmental Crisis”.

Ketika Pemerintah memutuskan untuk mengakhiri siaran analog televisi teresterial karena dianggap boros spektrum frekuensi dan diganti dengan siaran frekuensi digital pada 2 Agustus 2023 lalu, beberapa pihak, terutama TV nasional menyatakan keberatan. Alasan yang dikemukakan karena ketidaksiapan pemirsa dan infrastruktur. Namun sebaliknya bagi TV9, diberlakulannua TV frekuensi digital adalah sebuah berkah, a blessing in disguise karena dua alasan. Pertama, karena siaran TV9 kini cling-jernih, persis sama dengan kualitas siaran TV nasional yang dulunya selalu unggul jauh di kekuatan daya pemancar. Kedua, dengan frekuensi digital, terbuka lebar bagi TV9 untuk mewujudkan obsesinya menjadi industri televisi nasional yang bersiaran di kota-kota besar Indonesia, tanpa harus berinvestasi miliaran rupiah untuk pengadaan pemancar TV. Di setiap zona layanan siaran, telah tersedia kanal digital yang sudah sudah disediakan oleh 6 perusahaan multiplexing (MUX) pemenang tender, dan TV9 tinggal menyewanya dengan harga ‘terjangkau’, setara tagihan listrik pemancar. Salah satu tokoh yang berharap agar TV9 mengeksklasi siarannya secara nasional tak hanya di Surabaya, adalah Almarhum KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen. “TV9 jangan hanya sekadar jadi TV9 Nusantara, tapi jadilah TV9 Nasional!”

Peluang itu, kini terbuka lebar, tidak hanya secara teknologi, tetapi juga secara korporat dan konsep bisnis. 14 tahun berkiprah dalam industri penyiaran, 2010-2024, TV9 telah berhasil membangun brand, segmentasi pasar yang berujung pada kepercayaan kustomer. Segmentasi dan cerug pasar (nische market) yang dimiliki TV9, yakni pemirsa muslim Indonesia dan masyarakat nahdliyin yang survey terakhir prosentasenya sudah tembus di atas 50% penduduk Indonesia adalah daya tarik yang seksi bagi dunia usaha yang menarget pasar muslim atau NU. Sebagai industri media televisi dan digital yang berbasis massa real, loyal market, maka ke depan TV9 Nasional memiliki peluang besar merajai industri komuikasi massa yang layak diperhitungkan.

Kolaborasi perusahaan dan keikutsertaan kepemilikan korporasi oleh PBNU, serta sindikasi dan orkestrasi media-media NU, ke depan adalah sebuah keniscayaan, agar NU kian berdaya dan kompeten mengusung Jargon ‘Merawat Jagat Membangun Peradaban’. Kolaborasi, orkestrasi dan sindikasi media NU melalui dibangunnya industri media nasional semacam ini akan menjadi kado terindah bagi NU yang sedang memasuki Abad keduanya, serta di tengah peringatan mrmaknai Satu Abad Media NU, tepat pada 1 Muharram 1446 Hijriyah lalu. Ada pepatah, bila ingin berjalan cepat, berjalanlah sendiri. Namun bila ingin berjalan jauh, berjalanlah bersama-sama. Selamat Harlah Satu Abad Media NU. (*)

(Artikel ini bisa dibaca di Majalah Risalah NU, Edisi Agustus 2024)