Surabaya, jurnal9.tv -Media Center Darul Hikam – Untuk misi rahmatan lil alamin, kita harus berani mensebarkan pesantren di berbagai belahan dunia. Ini yang kami sebut dengan Pesantren Internasional Indonesia. Demikian disampaikan Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag, SH, M,Fil.I, CLA, CWC, Direktur World Moslem Studies Center, dalam Webinar berjudul “Peluang dan Tantangan Pesantrean Internasional Indonesia di Luar Negeri”. Webinar diselenggarakan oleh World Moslem Studies Center, pada Hari Kamis, 26 Desember 2024 jam 19.30 hingga jam 21.30 WIB.
Nara sumber ini adalah Prof. Dr. KHM. Noor Harisudin, S,Ag, SH, M. Fil. I, (Direktur Womester), Dr. KH. Basnang Said, M.Ag, Direktur PD Pontren Kemenag RI, dan Achmad Gazali, Ph.D. (Kepala Pesantren NU At Taqwa Jepang). Sementara moderatornya adalah KH. Cecep Romli, Deputi Direktur Womester.
Hadir pada ksempatan itu serratus lebih peserta yang terdiri dari pengurus PCI NU Canada-AS, PCI NU Belanda, para akademisi, pengurus RMI Jawa Timur, pengasuh pesantren, para dosen dan mahasiswa di perguruan tinggi. Diskusi berlangsung gayeng dan seru.
Pesantren adalah lembaga berbasis masyarakat yang didirikan oleh perorangan atau organisasi untuk menanamkan keimanan dan ketakwaan pada Allah Swt. menyampaikan akhalqul karimah serta memegang teguh ajaran Islam rahmatan lil alamin yang tercermin dalam sikap rendah hati, toleran, keseimbangan, moderat dan nilai luhur bangsa Indonesia lainnya.
Pesantren Internasional Indonesia, menurut Prof Haris, masih tema yang baru yang belum ada modelnya. “Pesantren yang didirikan di luar negeri oleh masyarakat Indonesia untuk misi Islam yang rahmatan lil alamin dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tukas Prof Haris yang juga Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Jember tersebut.
Terma ”Keranga NKRI” ini menjadi penting, karena sesuai dengan UU. No. 18 tahun 2019 tentang Pesantren Pasal 5. ”Apapun pesantrennya, harus dalam kerangka NKRI. Ownernya NKRI. Selain itu, misinya jelas; membawa Islam rahmatan lil alamin ke dunia,” kata Prof Haris yang juga Wakil Sekretaris PWNU Jatim bidang pemberdayaan pesantren.
Sementara itu, Kepala Pondok Pesantren NU at-Taqwa Jepang, Kiai Achmad Gazali, Ph.D., menyampaikan best practice pesantren NU di Jepang, ”Setidaknya ada empat peluang pesantren di Jepang. Yaitu, banyaknya komunitas masyarakat Indonesia di Jepang, tidak adanya pendidikan agama di sekolah jepang; pesatnya perkembangan dakwah di Jepang dan banyaknya anak Indonesia yang lahir di Jepang. Ini semua menjadi peluang pesantren di Jepung,” kata Kiai Gazali yang asal Madura.
Adapun tantangan membangun pesantren di Jepang adalah belum adanya role model. ”Tantangan yang lain banyak. Misalnya pesantren di Jepang belum diakui sebagai pendidikan formal, minimnya SDM pengajar, minimnya fasilitas dan pendanaan, serta jam sekolah di Jepang yang panjnag,” tukas Kiai Achmad Gazali.
Kiai Achmad Gazali membaikan bahwa PCINU telah membangun Pesantren NU at-Taqwa. Pesantren ini terletak di Kota Koga, Provinsi Ibaraki. Pesantren ini dibangun di lahan 910 meter persegi yang diatasnya terdapat 1 bangunan lengkap.
Dalam struktur pesantren ada majlis masyayikh, kepala dan wakil pesantren, sekretaris dan wakil, bendahara dan wakil serta bidang-bidang. Di kota ini terdapat Masjid NU Attaqwa, bangunan pesantren lengkap dapur, toilet, kamar mandi, bilik ustadz, panggung kegiatan, taman bermain dan area parkir. Sementara itu
Direktur PD Pontren Kemenag RI, Dr. KH Basnang Said mengapresiasi pesantren NU di Jepang. ”Ini mungkin yang pertama kali. Kami dari PD Pontren sangat mengpresiasi. Ini pesantren internasioanl Indonesia yang pertama. Nanti bisa masuk sistren kami,” kata Dr KH Basnang Said yang tinggal di Depok.
Model pendidikan di Jepang, lanjut Dr KH Basnang Said, nanti disesuaikan. ”Apa ikut mu’adalah, atau yang lain. Saya kira, lebih tepat mu’adalah. Harapannya nanti dapat direplikasi di tempat yang lain,” ujar KH. Basnang Said yang asal Sulawesi Selatan tersebut.
Dr Kiai Basnang Siad juga menyampaikan banyaknya bantuan beasiswa untuk para santri di luar negeri. “Khususnya yang non-degree, bantuan beasiswa diberikan ke keluar negeri. Ini hal yang belum dilakukan di masa-masa sebelumnya. Demikian bantuan kemandirian banyak dilakukan oleh PD Pontren Kemenag RI,” tukas Kiai Basnang Said yang juga Pengurus PBNU.
Model Pesantren Internasional Indonesia adalah model baru yang diharapkan menjadi bagian dari 42.000 pesantren di Indonesia. Tentu, dengan perlakukan khusus dan regulasi yang berbeda dengan umumnya pesantren di Indonesia. (**)