Home » Mengukur Potensi Ekonomi Pariwisata Kota Surabaya
PEMERINTAHAN & POLITIK PERISTIWA

Mengukur Potensi Ekonomi Pariwisata Kota Surabaya

Surabaya, Jurnal9.tv- Menjelang akhir tahun 2021, sebagian dari anda pasti sudah mulai mencari-cari tempat wisata yang akan dituju. Walaupun memang di era pandemi seperti ini, lebih baik stay at home jika tidak ada kepentingan yang mendesak.

Berbicara tentang tempat wisata, Pemerintah Kota Surabaya berusaha mempertahankan dana infrastruktur pariwisata untuk mengatasi lemahnya perekonomian akibat COVID 19. Namun kecenderungan pertumbuhan pariwisata yang lambat dari tahun ke tahun yang sulit dan lama, memunculkan gagasan bahwa sebaiknya pemerintah mengubah strategi penanganan dan pemulihan ekonomi pasca pandemi. Pemerintah Kota Surabaya pun kini sedang serius menggarap potensi sejarah kota mulai kawasan jalan dengan nuansa kota lama, hingga destinasi lain yang potensial.

Namun, menurut Sekretaris Komisi B DPRD Kota Surabaya, Mahfudz, dirinya belum melihat upaya pemerintah untuk mengembangkan ekonomi dari sektor wisata. “Sampai detik ini, seperti yang paling riil secara kasatmata di sini ada KBS (Kebun Binatang Surabaya) yang pangsa pasarnya sudah jelas, yaitu anak-anak, remaja, hingga dewasa ini saja, bentuk perhatian dari pemerintah tidak ada. Kenapa tidak fokus saja pada KBS yang pangsa pasarnya jelas?” Ujar Mahfudz.

Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya pemulihan ekonomi melalui retribusi objek wisata. Sebelum pandemi COVID 19, setiap hari sabtu hingga minggu pengunjung KBS bisa mencapai 15.000 orang, namun saat ini, dalam waktu 1 bulan pun belum tentu mencapai ribuan pengunjung. Hal inilah yang menjadi fungsi Kota Surabaya sebagai pemilik KBS untuk benar-benar memberikan stimulus. “Menurut saya, kondisi saat ini adalah hal paling nyata dan paling siap menerima pengunjung, karena KBS ini salah satu ikon Kota Surabaya.” Ujar Sekretaris Komisi B DPRD Kota Surabaya tersebut.

Pada awal Desember, Surabaya membuka satu tempat wisata baru yaitu water transportation atau Jetski yang merupakan hasil revitalisasi destinasi wisata yang ada di Sentra Ikan Romokalisari.  Mengenai hal tersebut, Mahfudz berpendapat bahwa tempat wisata tersebut efeknya terlalu kecil untuk kebangkitan perekonomian, dibanding dengan gembar-gembor bahwa dana infrastruktur pariwisata akan dipertahankan. Seperti contoh mangrove, yang merupakan alternatif wisata Kota Surabaya. Jembatan mangrove yang ambruk menghabiskan uang miliaran rupiah, namun sampai sekarang tetap tidak bisa digunakan.

“Jika dana infrastruktur pariwisata dipertahankan untuk membangkitkan perekonomian tidak nyambung, karena ada beberapa pariwisata yang infrastrukturnya dibangun melalui dana rakyat ini ambruk dan rusak tidak ada apa pertanggungjawabannya.” Ucap Mahfudz.

“Sebagai anggota legislatif, saya tidak melihat bahwa gerakan itu akan menjadikan gerakan kebangkitan ekonomi secara simultan, secara cepat atau langsung. Hal itu butuh waktu sangat lama, tapi tidak apa-apa kalau memang ini adalah rencana jangka panjang.” Tambahnya.

Yang dapat menggerakkan ekonomi pariwisata di Surabaya adalah lokasi yang banyak dikunjungi masyarakat seperti mall, bioskop, dan rumah hiburan umum. Lokasi tersebut tidak membutuhkan dana infrastruktur, namun hanya membutuhkan regulasi, untuk mendukung bergeraknya perekonomian. “Di mana ada banyak orang, di sana ada potensi ekonomi.” Ujar Mahfudz.

Salah satu upaya pemerintah untuk membangkitkan perekonomian secara komprehensif dan secara simultan untuk Kota Surabaya adalah dengan memberikan stimulus terhadap pelaku usaha yang benar-benar UMKM versi rakyat jelata, bukan UMKM versi orang-orang yang bersepatu LV Hermes. (uwh/snm)