Home » Mengenang Tona’as Benny Tengker, Sang Duta Luhur Adat Minahasa
PERISTIWA

Mengenang Tona’as Benny Tengker, Sang Duta Luhur Adat Minahasa

JAKARTA, JURNAL9.TV – Tuhan menciptakan manusia bersuku-suku, berbangsa-bangsa, berbeda bahasa, istiadat dan tata hidup agar saling mengenal, saling belajar, terwujud dialog dan silaturahmi kebudayaan. Dari budaya Minahasa, di ujung utara Indonesia, kita akan banyak belajar. Salah satunya dari seorang tokoh Kawanua (Minahasa) bernama Benny Tengker yang dianugerahi bergelar Tona’as Tua’ Wangko Papendangan . Tona’as, sebutan Adat Minahasa, bermakna yang mulia, dihormati dan ditinggikan.

Jumat lalu, 28 Agustus 2020 sekitar pukul 12.55 WIB, Tona’as Benny Tengker, tutup usia di Jakarta pada umur 81 tahun. Tona’as Benteng, demikian panggilan akrabnya, lahir di Desa Telap, tepi Danau Tondano, pada 23 Febuari 1939, Tona’as Benny Tengker tutup usia pada usia yang cukup senja,81 tahun. Jenazah dikebumikan Hari Minggu ini, (30/8) di Pemakaman San Diego Hills, Karawang.

“Masyarakat Minahasa pada khususnya dan Sulawesi Utara pada umumnya merasa kehilangan atas meninggalnya sosok yang konsisten dalam mengembangkan dan menjaga nilai-nilai luhur keminahasaan,” kata Olly Dondokambey, Gubernur Sulawesi Utara, Jumat (28/8).

“Kepedulian dan rasa cinta pak Benny Tengker pada Sulawesi Utara tak perlu dipertanyakan lagi. Warga Kawanua kehilangan salah satu tokoh penting,” demikian Olly Dondokambey.

Ucapan simpati dan duka yang mendalam datang dari Theo L Sambuaga, Ketua Dewan Pembina Kerukunan Keluarga Kawanua (KKK) sekaligus Ketua Dewan Penasihat Generasi Penerus Perjuangan Merah Putih 14 Februari 1946 (GPPMP).

“Turut berduka cita atas meninggalnyaTona’as Wangko Bapak Benny Tengker, diringi doa kiranya saat ini juga almarhum telah berada di rumah Bapa di Sorga dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan penghiburan oleh Tuhan Yesus. Shalom dari kami Keluarga Theo L Sambuaga (sahabat dan yunior Almarhum di Ikatan Pemuda Pekajar Mahasiswa Minahasa di Djakarta-IPPMMD dan KKK sejak tahun 1968),” demikian Theo,

Bagi Theo, Benteng merupakan salah satu sosok panutan utama warga Minahasa di Tanah Rantau (para kawanua-Minahassan Overseas) yang teguh berjuang bagi bangsa dan kemanusiaan tanpa kenal lelah. Benteng dinilainya figur tangguh yang memiliki keyakinan tinggi akan perjuangannya, mempunyai banyak kolega dan jejaring dari aneka latar, peduli sesama, nasionalis, sangat menghormati leluhur serta antusias memajukan dunia pendidikan.

Almarhum Benny Tengker memang sangat dekat dengan masyarakat Minahasa, pernah menjabat Ketua Umum Kerukunan Keluarga Kawanua (KKK) dan Pinisepuh/Dewan Kehormatan GPPMP

Benteng lahir di Desa Telap, tepi Danau Tondano, pada 23 Febuari 1939. Benteng terkenal aktif dalam sangat banyak bidang. Dan di setiap bidang itu ia tampil khas tona’as. Kepemimpinan (leadership) yang menonjol, rela berkorban demi banyak orang, terkesan menilai tak ada masalah sebesar apapun yang tak dapat ditanggulangi, serba praktis, demokrasi namun tegas.

Gaya kepemimpinan khasnya itu boleh jadi hasil tempaan dalam pergolakan Permesta, dimana Benny muda sejak awalnya sudah menonjol dalam pasukan. Selepas Diklat Angkatan Pertama di Pusat Pendidikan Infanteri Permesta, 1959, dengan pangkat Letda, Benny langsung dipercayakan jadi Komandan/Instruktur BattleTraining Center(BTC) WK-I. Inilah pertama kali dirinya dan seterusnya tumbuh dalam jiwanya kecintaan pada dunia pendidikan.

Tahun 1962, usai pergolakan, Benny Tengker ikut kursus Dasar Infarensi di Ambarawa, Jateng, meski kemudian memutuskan tak terus berkarir dalam militer. Begitu juga ketika mahasiswa di Jakarta, 1964, ia ikut Latihan Dasar Militer Resimen Mahasiswa. Ia juga ikut latihan Pasukan Para di Bandung.

Didikan militer itu ternyata jadi bekal penting kemudian. Di masa penumbangan rezim Orde Lama, Benny Tengker termasuk dalam kesatuan mahasiswa khusus yang dipersenjatai. Dalam masa transisi politik tersebut, Benteng pun menjadi pengawal pribadi Radius Prawiro, Gubernur Bank Indonesia. Pada 1966 Benny Tengker menjadi Komandan Laskar/KAMI AMI-ASMI Jakarta. Dan pada 1980 hingga lebih 20 tahun kemudian menjadi Kepala Markas Distrik Resimen Mahasiswa (Menwa) Jakarta Timur/Batalyon 10.

Semangat juang pembangunan yang tertanam sejak Permesta tak pernah padam, dan Benny Tengker banyak terlibat dalam berbagai program pembangunan masyarakat. Tahun 2000 ia sudah Penasehat Dewan Perberdayaan Pembangunan Daerah Sulawesi Utara (sebuah lembaga ekstra pemuda Sulut di luar Bappeda, kelembagaan khas era Reformasi); sekaligus Koordinasi Wilayah DKI Jakarta.

Tahun 2006 Benny Tengker menerima Penghargaan sebagai Perintis Pelestarian Lingkungan Hidup dari Walikota Bitung. Dua tahun berikutnya, untuk bidang yang sama, Gubernur Sulut memberinya anugerah Kalpataru.

Sumbangsihnya di organisasi Pertina, juga sasana tinju dan berbagai liga olah raga sangatlah banyak. Tambah lagi dengan berbagai kegiatan sosial kemanusiaan, adat kebudayaan (khususnya adat Minahasa), sampai urusan pelayanan gereja.

Gelar Tona’as yang disandang Benteng sebuah keniscayaan. Di sisi Benteng Tona’as bermakna orang yang pandai, punya pendirian, bersikap tegas dan berjiwa besar.

Asal kata Tona’as’ adalah dari kata ‘tou’ yang artinya orang atau manusia, serta kata ‘ta’as’, yang maknanya keras, berisi, padat.
Diceritakan dalam adat Minahasa tempo dulu, para pemimpin itu berstatus ‘tona’as’. Dan status sosial ini bakal melekat terus hingga meninggal. Mereka yang digelari sebagai tona’as pantang untuk mencederai marwah ke-tona’as-annya, ia akan menjalankan keahlian maupun tanggung-jawab jabatannya dengan sepenuh jiwa.

Dalam adat Minahasa, seorang Kepala Walak atau kepala taranak suku yang membawahi beberapa kampung/negeri disebut Tona’as Wangko. Tona’as bidang agama, pemimpin upacara adat mendapat nama ‘walian’. Jadinya, Tona’as Walian.

Benny Tengker seorang Tona’as Tua’ Wangko Papendangan yang sesungguhnya. Legacy dan jejak pengabdiannya begitu nyata dan dimana-mana. Bidang pendidikan adalah jejak kebaikannya yang utama. Karena ia sadar sepenuhnya, bahwa pendidikan adalah pintu gerbang untuk mengubah seorang manusia menjadi berharga bagi masyarakat lingkungannya, bangsa, Negara dan Tuhan.

Selamat Jalan, Tona’as.

Tommy Karwur – Hakim Jayli