Home » Kesadaran Penerapan Prokes di Masyarakat Menurun
PERISTIWA

Kesadaran Penerapan Prokes di Masyarakat Menurun

Surabaya, Jurnal9.tv,Kondisi covid-19 di Jawa Timur terus mengalami lonjakan di beberapa pekan terakhir. Akibat lonjakan tersebut, tempat isolasi dan rumah sakit penuh. Bahkan pasien harus rela mengantri untuk mendapatkan penanganan. Ketersediaan bed di rumah sakit mencapai angka 80%. Beberapa rumah sakit juga mengalami overload pasien dengan keadaan darurat.

Ketua Badan Kesehatan MUI Jawa Timur Prof Djoko Santoso menyebutkan, bahwa meningkatnya angka penyebaran covid-19 disebabkan oleh beberapa faktor. Saat ini, banyak masyarakat mulai abai dalam penerapan protokol kesehatan. Menurut data, saat ini penggunaan masker dan protokol kesehatan pada masyarakat berada di angka 40%. Padahal pada awal pandemi penerapan protokol kesehatan pada masyarakat berada di angka 70%. Apalagi dengan adanya mutasi virus corona varian baru yakni Delta dan Beta, tingkat penyebaran semakin meningkat. Mutasi virus tersebut semakin cepat dan berbahaya. Resiko kematian dari varian Delta dan Beta ini lebih besar dari varian lama.

Prof Djoko Santoso yang juga guru besar Fakultas Kesehatan UNAIR mengatakan bahwasanya langkah yang harus diambil untuk menekan penyebaran covid-19 adalah penerapan aturan ketat protokol kesehatan hingga pembatasan aktivitas seperti penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), menunda kegiatan sosial masa besar,  kebijakan pendidikan yang harus ditinjau kembali, dan percepatan vaksinasi yang saat ini masih dikiranan angka 20%.

“Mengadakan kegiatan itu harus memastikan kegiatan benar-benar aman. Minimal 3 – 4 minggu untuk memastikan tidak ada yang positif di daerah itu. Tapi, jika tidak diikuti dengan vaksinasi, maka juga tidak aman,” Ujar Prof Djoko Santoso.

Melihat kondisi saat ini, prof Djoko Santoso juga berpesan, pelaksanaan kegiatan di masyarakat harus dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Misalnya dalam acara pernikahan, cukup dengan mendatangkan anggota keluarga saja. Tidak perlu mendatangkan lebih dari 100 orang. Kita tidak tahu jika dari 100 orang itu merupakan Orang Tanpa Gejala (OTG) atau tidak. Belum lagi jika dari mereka membawa virus varian baru. Hal itu merupakan sebuah kepiluan.(PZ/fia)

Tags