Malang, jurnal9.tv -Di balik kemegahan pengukuhan Prof. Ali Masykur Musa di Universitas Islam Malang, kemarin (18/11/23), tidak terlepas dari perjuangan orang-orang terdekat yang selalu memberikan dukungan dan membersamai dirinya dalam lika-liku kehidupan.
Diakhir sambutannya Prof. (HC.UNISMA). Dr. H. Ali Masykur Musa, SH., M.Si., M.Hum, mengatakan gelar guru besar ini ia persembahkan kepada kedua orang tuanya, Istri dan Anak, kepada Gus Dur dan K.H Tholhah Hasan.
Mantan Komisaris Utama, PT. Pelni itu mengatakan bahwa dirinya banyak menimbah ilmu dari bapaknya.
“Saya melayang 42 Tahun yang lalu, saat setiap malam 40 berturut-turut bapak saya mengajak diskusi, namanya bapak Musa As’ary, yang sering di bahas adalah etika, tasawuf, pendidikan, dan politik, sebab beliau adalah seorang tokoh politik lokal,” cerita Guru Ali.
Ia juga menceritakan satu momentum yang paling sedih saat masih menempuh pendidikan di madrasah.
“Pada saat tertentu bapak saya menukil sebuah makolah, saat itu saya sedang ujian hari kedua di Madrasah Aliyah Negeri beliau mengatakan “le (Red: Bahasa Jawa Anak laki-laki), saya tidak akan meninggalkan harta yang banyak, karena harta itulah akan habis dan saya minta cuma satu menuntut ilmu setinggi mungkin dan saya berikan uang 350 ribu dititip kepada tetangga dan dengan itulah saya sekolah,” cerita Cak Ali lanjut.
Namun, lebih memiluhkan adalah setelah berpesan ayahnya harus meninggal dunia.
“Itulah tuah tuwuh orang tua sebagai bekal kepada anaknya agar hidup dapat berjalan denga baik, hari kedua ujian MAN, Ayah saya di panggil oleh Allah SWT,”
“Pesan cuma satu sekolah yang tinggi,” sambung Cak Ali dengan nada motivasi.
Lebih lanjut ia bercerita kalau kegigihan ibunya membuat anaknya-anaknya bisa menjadi guru besar.
“Bapak saya tidak punya harta, dan dengan kegigihan ibu saya yang hanya penjual pracanana, belanja di pagi hari untuk menyekolahkan anaknya. Diantara pak Ali Maksan yang sekarang juga guru besar, Dengan itu saya selalu memberikan pesan kepada anak saya jangan pernah lupa pendidikan, jangan pernah lupa menuntut ilmu setinggi langit, karena itulah pesan kedua orang tua saya,” ujarnya.
Selain itu, Mantan ketua Umum PMII itu juga mempersembahkan guru besarnya Kepada istri, dan anaknya. “Saya banyak salah di hadapan beliau, karena hidup saya sejak remaja adalah aktivis belum tentu saya ketemu dalam sebulan sekali, hidup saya organisasi saya merampas kebahagiaan mereka sejak kecil,” tandasnya.
Ia bilang hidup di masa remaja banyak dihabiskan untuk organisasi. “Untuk anak saya Yang kecil saya tidak ajak bicara, gimana saya sebagai Ketum PMII yang tidak punya duit ajak anak saya jalan jalan, hiburan saya adalah ceramah, Mengkader doktrin Indonesia adalah Islam. Karena itulah organisasi saya adalah PMII, dengan itu saya minta maaf,” ucap Mantan anggota DPR RI itu.
Persembahan ketiga adalah Kepada Gus Dur, (K.H. Abdurrahman Wahid) beliau mendidik saya banyak sekali ada satu waktu 4 bulan sebelum beliau di jatuhkan dari presiden, saya setiap hari bersama beliau jalan kaki, sarapan dan saya pulang. Ada tiga pesan pertama Jaga toleransi, kedua jaga kemanusiaan, dan ketiga jaga demokrasi.
Keempat adalah Almarhum K.H Tholha Hasan, ia bercerita ketiak waktu itu dia baru selesai S3, ketemu dalam satu ceramah di Parung pondok Ahmadia. Beliau bilang Janga lari dari UNISMA kamu harus membesarkan UNISMA. Dan hari ini di Unisma saya diangkat sebagai guru besar.
Diakhir sambutannya beliau mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksana kegiatan hari ini. Semoga Allah membalas kebaikan kita semua. (*)