Bandung, jurnal9.tv -Potensi laut di Indonesia dengan biota laut yang sangat kompleks masih belum banyak diketahui karena belum dieksplorasi dengan baik. Nelayan masih melaut menangkap ikan hanya untuk kepentingan konsumsi, bukan untuk kepentingan yang jauh lebih tinggi. Karena itu, perguruan tinggi didorong semakin gencarkan melakukan riset dan inovasi pada bidang perikanan dan kelautan, demi ikut berkontribusi mewujudkan Indonesia Emas 2024.
Hal tersebut disampaikan
Menteri Kelautan dan Perikanan RI Sakti Wahyu Trenggono pada kegiatan Kuliah Perdana 2024 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dengan tema “Ekonomi Biru dalam Perspektif Pembangunan Nasional Menuju Indonesia Emas Tahun 2045” yang diselenggarakan di Bale Sawala, Gedung Rektorat Unpad, Jatinangor, Selasa (5/3).
Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang mendukung agar potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal, yaitu dengan kebijakan ekonomi biru untuk pemanfaatan kelautan dan perikanan yang berkelanjutan.
Sakti mengatakan bahwa ada beberapa kebijakan yang dapat diterapkan dalam menjaga ekologi laut, yaitu dengan memperluas kawasan konservasi laut untuk menjaga populasi ikan secara alami. Selain itu, memperluas kawasan konservasi juga membantu penyerapan emisi karbon hasil dari industri dengan lebih baik.
“Pembangunan ruang konservasi tidak hanya sekadar konservasi. Selain harus dimonitor, masyarakat sekitar juga harus paham bahwa ini adalah ruang konservasi yang menjadi masa depan umat manusia, maka tidak boleh diganggu dan tidak boleh mencoba untuk merusak atau memanfaatkannya,” kata Sakti.
Selanjutnya adalah penangkapan terukur berbasis kuota yang berguna dalam menjaga ketersediaan ikan di dalam laut. Penerapan kebijakan ini dengan membatasi waktu serta jumlah ikan yang ditangkap sesuai dengan kebutuhan setiap nelayan. Tidak hanya ikan, kebijakan ini juga ikut serta menjaga ekosistem di dalam laut karena mencegah penggunaan alat-alat yang dapat merusaknya.
Kebijakan lainnya adalah memperkuat budi daya perikanan yang memiliki nilai pasar yang tinggi, seperti udang, lobster, kepiting, tilapia, dan rumput laut. Sakti menyampaikan bahwa dengan mengembangkan lima komoditi perikanan tersebut dapat memberikan berkontribusi yang besar bagi perekonomian negara.
“Ini PR untuk perguruan tinggi, bagaimana kita mengembangkan budi daya karena masa depan kebutuhan akan protein terus eksponensial. Budi daya harus bisa menjadi champion Indonesia di seluruh komoditi,” jelas Sakti.
Selanjutnya perlu juga mengembangkan potensi pariwisata bahari yang ada di Indonesia dengan tetap memperhatikan keseimbangan dan keberlanjutan ekologi laut. Sakti mengatakan bahwa perlindungan terhadap pulau-pulau kecil dan pesisir pantai menjadi sangat penting untuk mencegah kerusakan lingkungan.
Tidak kalah penting, Sakti juga menyampaikan bahwa pembersihan sampah di lautan Indonesia juga perlu dilakukan. Saat ini Kementerian Kelautan dan Perikanan RI sudah memiliki program “Bulan Cinta Laut” sebagai upaya dalam menjaga keseimbangan ekosistem di dalam laut. Dalam program yang diselenggarakan selama satu bulan ini masyarakat nelayan tidak boleh menangkap ikan, tetapi membersihkan sampah plastik yang ada di dalam lautan.
“Program cinta laut ini adalah secara langsung melakukan edukasi kepada masyarakat,” pungkasnya.
Dalam sambutannya, Rektor Unpad Prof. Rina Indiastuti menyampaikan bahwa Unpad sangat setuju dengan konsep “Ekonomi Biru” sebagai upaya dalam menjaga keseimbangan antara ekonomi dan ekologi pada ekosistem laut. Prof. Rina berharap agar Unpad dapat ikut berkontribusi dalam menjaga lingkungan hidup serta meningkatkan ekonomi melalui karya-karya hasil riset dan inovasi.
“Unpad sebagai lembaga pendidikan tinggi adalah yang terdepan di dalam riset dan pengembangan,” ujar Rektor. (*/unpad)