Surabaya, jurnal9.tv -Literasi dan Penguasaan teknologi di Indonesia masih berorientasi pada pengguna atau user oriented saja, belum produktif dan lebih positif, masih terjebak pemanfaatan teknologi untuk hiburan belaka. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah menghadirkan dan melibatkan para alumni pendidikan teknologi di luar negeri untuk membina serta berbagi ilmu dan pengalaman pada yuniornya, termasuk kalangan mahasiswa santri.
Hal itu disampaikan Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Prof. Badri Munir Sukoco, S.E., M.B.A., Ph.D,saat menjadi nara sumber TV Talkshow Airlangga Leadership Talk di Program ‘Kopi Darmo’ TV9 Nusantara. Hadir mendampingi, Wakil Direktur 3 bidang Riset, Pengabdian Masyarakat, Internasionalisasi dan Digitalisasi, Prof. Dr. Suparto Wijoyo, SH. MHum.
Dirinya berharap dengan menghadirkan para senior dan alumni yang berkuliah atau mengenyam pendidikan di luar negeri, akan menjadi motivasi dan kebanggaan bagi para satriwan dan santriwati untuk tidak minder meski lulusan pesatren dan tetap optimis menatap masa depan dalam berkontribusi bagi kemajuan bangsa. “Dengan wawasan dan pengalaman internasional, maka mahasiswa dan kalangan santri akan termotivasi mengembangkan teknologi untuk keperluan di sekitarnya, termasuk untuk pengembangan pesantren,” tegasnya.
‘Airlangga Leadership Talk’ kali ini adalah episode perdana dengan mengangkat topik Pengembangan SDM Pesantren Menuju Indonesia Emas 2045′. Program obrolan TV ini akan digelar bulanan kerjasama Sekolah Pascasarjana Unair dengan TV9.
Ditambahkan oleh Prof Badri yang juga Pakar Manajemen Strategi UNAIR ini, pihaknya tertarik untuk memberi perhatian khusus kepada kalangan santri dan pondok pesantren, bukan hanya karena kuantitasnya yang besar tetapi juga kualitas pendidikan dan SDM lulusan pesantren yang terkenal memiliki karakter spiritualitas yang bagus di atas rata-rata. “Potensi ini perlu digali dan dikembangkan sesuai kebutuhan kepemimpinan yang dibutuhkan masyarakat, bangsa dan negara,” sambungnya.
Lebih lanjut, Prof Badri menekankan perlunya dibentuk budaya akademik di kampus dengan terlebih dulu mengubah mindset pendidikan tinggi yang berorientasi pada kemanfaatan. Penelitian dan jurnal-jurnal ilmiah sebagai karya akademik perlu dihilirisasi yang manfaatnya langsung bisa dirasakan masyarakat, pemerintah dan juga dunia usaha. “Menurut saya, tradisi penggunaan kampus menggunakan bahasa dewa, perlu segera disesuaikan dan dihilirisasi,” jelasnya.
Sementara itu, Prof Wijoyo berharap pintu lebar yang dibuka oleh Sekolah Pasca Sarjana Unair ini bisa dimanfaatkan dan disambut para santri dan alumni pesantren dengan menempuh pendidikan perguruan tinggi sesuai program studi dan peminatan yang disediakan. Prof. Suparto mencontohkan dirinya adalah santri dan alumni pesantren yang menempuh pendidikan tinggi hingga menjadi guru besar saat ini. “SDM santri punya keunggulan dan daya saing, tinggal ditempa dalam lingkungan yang lebih kompetitif,” ungkap guru besar Bidang Ilmu Hukum Lingkungan Administrasi Unair ini(*)