Home » Setahun Mbah Moen Berpulang, Puisi Gus Haidar Hafeez Kembali Terngiang
NU-PESANTREN

Setahun Mbah Moen Berpulang, Puisi Gus Haidar Hafeez Kembali Terngiang

SURABAYA – KH Maemoen Zubair atau Mbah Moen wafat di Kota Makkah tepat setahun lalu dalam hitungan hijriyah, yakni 2 dzulhijjah 1440 H atau 6 Agustus 2019 dalam kalender masehi. Keluarga besar Pondok Pesantren Al Anwar Sarang Rembang menyelenggarakan Haul Pertama Mbah Moen pada Kamis malam (23/7) kemaren, 2 Dzulhijjah 1441 H. Pelaksaan haul pertama Mbah Moen yang diadakan di komplek Pondok Pesantren Al-Anwar di masa pandemi ini, khusus diperuntukkan bagi keluarga dan santri.

Mbah Moen dimakamkan di Pemakaman Ma’la, Makkah beberapa jengkal dari makam ummul mukminin Sayyidah Khodijah istri Rasulullah SAW. Kekaguman Mbah Moen pada Sayyidah Khodijah cukup istimewa, karena ikut melambung dan viralkan qasidah Sa’duna Fi Dun-ya yang berkisah tentang sosok perempuan mulai pendamping Rasulullah. Mbah Moen begitu menyukai lagu itu. Hampir pasti beliau menangis saat syair qasidah itu diperdengarkan.

Penghayatan seorang Mbah Moen kepada junjungannya melalui syair, berbalas penghayatan yang sama saat Mbah Moen berpulang. Publik pun menangjs. Adalah Gus Haidar Hafeez Yang menggubahnya. Sebuah puisi sarat emosi, ditulis dari tanah suci Makkah beberapa langkah saja dari tempat mbah Moen menghembuskan nafas dinihari itu.

Seperti Mbah Moen dan jutaan tamu Allah lainnya, Gus Haidar Hafeez kala itu sedang berada di Makkah menunggu saat puncak haji tiba.

“Subuh itu, saya mendapat pesan inbox facebook, bahwa Mbah Moen wafat. Masih dalam kejut dan tak percaya, saya diminta membuat puisi. Dalam kosong, saya pun menulisnya. Makkah sedang dipenuhi rintik hujan, subuh itu,” kenang Gus Haidar.

Kiai Maimoen, Pantas Pagi Ini Kabah Diguyur Hujan. Begitu puisinya diberi judul. Gores perih puisi yang ia bacakan dengan suara bergetar, isak tangis tertahan. Ditulis Dan dibaca di kota kelahiran Nabi yang suci, tak jauh dari bujur jasad mBah Maimoen Zubair jelang dishalati.

Teks dan rekaman audio Puisi itu dikirim ke time produksi TV9 Nusantara, diolah menjadi tayangan video 60 detik diunggah di instagram, tayang di layar kaca,viral di group WhatsApp ditonton ratusan ribu hingga jutaan pasang mata berlinang air mata, persis seperti tangis cinta mbah Moen saat diperdengarkan keluhuran Sayyidah Khadijah Alkubro dalam Qasidah Sa’duna Fidunya.

KIAI MAIMUN
PANTAS PAGI INI KABAH DIGUYUR HUJAN
(Puisi Gus Haidar Hafeez)
.

Hujan
Kau kabarkan padaku
Subuh ini telah berpulang
Kiyai Maimun Zuber
Labaik Allah Huma labaik
Mbah Maimun
Engkau hadir
Penuhi panggilan tuhan
Bukan hanya jiwa
Tetapi ragamu juga hadir
Penuhi panggilan tuhan
Demi labaik Allah
Mbah Mun
Bukan hanya santri
Dihadapan kabah
Langit pun menangis
Hujan mengguyur kota haram
Haram bagi siapa saja
Menyaksikan engkau
Tidak Husnal hatimah
Hujan membasahi
Jemaah haji
Titip kabar bahwa
Langit pun menangis
Atas wafatmu
mbah kiai Maimun
.

Makkah Almukaromah,
6 Agustus 2019

Simak video puisinya di sini:

Sabtu (25/7) ini, mulai 06.00 pagi, Gus Haidar Hafeez akan menceritakan kembali semuanya dalam LiveTalkshow Jurnal9Pagi Akhir Pekan, Live dari Studio Utama TV9 Nusantara. Hadir juga via zoom putra bungsu Mbah Moen Gus Idror Maimoen Dan Salah satu alumni Pesantren Al Anwar Sarang, Gus Rifqil Muslim Yang juga putra pengasuh PP Manbaul Hikmah Kendal.

Selamat Menyimak (AH/TV9).