Klinik OPOP Jawa Timur: Ruang Diskusi Baru untuk Mendorong Koppontren Lebih Maju

Surabaya, jurnal9.tv -Kemandirian ekonomi pesantren di Jawa Timur terus menjadi perhatian utama. Sebagai upaya memperkuat ekosistem usaha berbasis pesantren, diperlukan ruang diskusi yang mempertemukan para pelaku usaha pesantren dengan berbagai pemangku kepentingan. Hal ini terungkap dalam pertemuan perdana Klinik OPOP Jawa Timur pada Selasa (04/03/25).

Klinik OPOP Jawa Timur hadir sebagai jawaban atas beragam tantangan yang dihadapi oleh 1.420 pesantren peserta One Pesantren One Product (OPOP) di seluruh Jawa Timur. Pada sesi perdana yang digelar secara online hari ini, sebanyak 140 pesantren anggota OPOP turut serta dalam diskusi. Acara ini dihadiri oleh Mohammad Ghofirin, Sekretaris OPOP Jawa Timur, serta perwakilan dari Bidang Kelembagaan dan Pengawasan, Bidang Produksi, Bidang Pemasaran, Bidang Pembiayaan dan UPT Pelatihan Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Timur.

Dalam sambutannya, Mohammad Ghofirin menekankan bahwa Klinik OPOP Jawa Timur bukan sekadar program pendampingan teknis, tetapi juga ruang diskusi terbuka bagi pesantren untuk menyampaikan kendala yang mereka hadapi. Klinik ini dirancang untuk memberikan lima aspek fasilitasi utama, yakni pendampingan kelembagaan dan usaha, peningkatan kualitas SDM, peningkatan kualitas produk, akses pemasaran, serta akses pembiayaan.

Ghofirin juga menegaskan bahwa program ini akan berjalan secara berkelanjutan, dengan melibatkan berbagai pihak melalui konsep pentahelix, yaitu pemerintah, akademisi, pelaku usaha, media, dan komunitas. Pendekatan ini dinilai penting agar pesantren tidak hanya berkembang dari sisi usaha, tetapi juga memiliki fondasi kelembagaan yang kuat. “Kami ingin menghadirkan ruang diskusi yang terbuka, agar pesantren dapat menyampaikan kendala yang mereka hadapi. Dengan begitu, kami bisa memberikan solusi yang lebih tepat dan efektif,” ujar Ghofirin.

Klinik OPOP Jawa Timur mengusung konsep diskusi panel, di mana pesantren tidak hanya mendapatkan pembinaan, tetapi juga dapat berbagi kisah sukses sekaligus tantangan yang mereka hadapi dalam mengelola usaha berbasis pesantren.

Salah satu kisah sukses inspiratif datang dari Imam Bukhori, pemilik Kopi Bikla dari Pondok Pesantren Ihya’us Sunnah Alhasany di Jember. Sejak bergabung dengan OPOP Jawa Timur angkatan 2019, usaha kopi miliknya berkembang pesat. Awalnya, produksi Kopi Bikla hanya 5 kg per hari, namun kini meningkat drastis hingga 2 ton per hari.

“Semua ini tidak terlepas dari peran OPOP Jawa Timur, baik dari segi legalitas, pembinaan, permodalan, maupun pendampingan yang terus kami terima,” ujar Imam Bukhori.
Namun, tidak semua pesantren telah mencapai titik sukses yang sama. Klinik OPOP Jawa Timur juga menjadi wadah bagi pesantren untuk menyampaikan tantangan dan hambatan yang mereka hadapi dalam mengembangkan usahanya. Bahrin dari Koppontren Cahaya Qur’an Lamongan mengungkapkan bahwa pesantrennya masih menghadapi kendala dalam pengembangan aplikasi digital finance. “Kami perlu sistem keuangan digital yang lebih efisien untuk meningkatkan pengelolaan koperasi pesantren. Ini menjadi tantangan utama agar kami dapat berkembang lebih cepat,” jelas Bahrin.

Isu digitalisasi keuangan ini menjadi salah satu fokus diskusi, mengingat perkembangan teknologi keuangan semakin penting dalam meningkatkan daya saing usaha pesantren di era digital. Lebih dari sekadar sesi pembinaan, Klinik OPOP Jawa Timur hadir sebagai wadah berbagi pengalaman dan menjalin kolaborasi antar-pesantren. Dengan dukungan yang terus berlanjut dari berbagai pihak, program ini diharapkan menjadi penggerak utama dalam mewujudkan pesantren yang lebih mandiri, produktif, serta memiliki daya saing tinggi di era modern.