Kudus, jurnal9.tv -Jelajah Turots Nusantara (Jalantara) yang bakal dimulai perdana untuk Zona Jawa-Madura bakal dihelat di Kabupaten Kudus pada Ahad mendatang (13/7). Kegiatan yang diinisiasi oleh Nahdlatut Turots tersebut bakal mengangkat figur ulama asal Kudus yang pernah menjadi pengajar di Masjidil Haram, Mekkah di paruh akhir abad 19.
Ulama tersebut adalah Syaikh Abdul Hamid Kudus (1278 – 1334 H). Beliau merupakan putra dari Syaikh Muhammad Ali Kudus yang tak lain adalah putra Kiai Abdul Qadir Zahid yang merupakan seorang khatib di Masjid Menara Kudus pada masanya (sekitar akhir abad 18).
“Syaikh Muhammad Ali bermukim di Mekkah sehingga melahirkan putranya, Syaikh Abdul Hamid juga di Mekkah. Tumbuh, belajar, berkiprah hingga wafat di Mekkah juga,” terang peneliti Nahdlatut Turots Gus Nanal Ainal Fauz kepada media, Ahad (6/7/2025).
Karena lahir dan wafat di Mekkah membuat sosok Syaikh Abdul Hamid diragukan kenusantaraannya. Tak sedikit orang yang mengira jika nisbat Kudus di belakang namanya itu, merujuk wilayah di Timur Tengah. “Padahal, jika kita teliti membaca karya-karya beliau, Syaikh Abdul Hamid mengaku sendiri jika berasal dari Kudus di Jawa ini,” terang Nanal.
Di antara karya tulis Syaikh Abdul Hamid Kudus yang membuktikan tentang asal-usulnya tersebut berjudul Irsyad al-Muhtadi ila Kifayat al-Mubtadi. Kitab ini merupakan syarah dari kitab Kifayatu-l-Mubtadi yang ditulis oleh ayahnya sendiri.
“Di muqadimah kitab tersebut, Syaikh Abdul Hamid menjelaskan nisbat Al-Qudsiy pada nama ayahnya itu dengan kalimat yang maknanya kurang lebih: Ketahuilah, al-Qudsiy nisbat ke Kudus -dengan dua dhommah-, kota yang terkenal di tanah Jawa,” kutip Nanal.
Meski berkiprah di Hijaz, terang Nanal, pengaruh Syaikh Abdul Hamid terbentang hingga ke nusantara. Sejumlah ulama ternama di Indonesia pernah belajar kepadanya selama di Masjidil Haram. Di antaranya adalah Mama Sempur (Purwakarta), Habib Ali Al-Habsyi (Kwitang, Jakarta), Syaikh Mukhtar Ath-Tharid (Bogor), hingga KH. Kholil bin Harun (Kasingan).
“Selain murid, pengaruh beliau adalah lewat sejumlah karyanya. Salah satunya adalah Kanzu-n-Najah wa-s-Surur yang berisi kumpulan doa. Di antara doa dalam kitab ini yang banyak diamalkan di Nusantara adalah doa awal danakhir tahun hijriyah,” papar penulis kitab Ats-Tsabat Al-Indunisyi itu.
Syaikh Abdul Hamid, imbuh Nanal, merupakan kategori ulama yang produktif menulis. Hingga saat ini tak kurang dari 28 kitab yang telah teridentifikasi dan dikumpulkan oleh Nahdlatut Turots. Salah satunya adalah Fathul Aliyyi-l-Karim yang menjelaskan tentang kemuliaan Nabi Muhammad.
“Hasil tahqiq dari Kitab Fathul Ali ini bakal dilaunching dan diterbitkan oleh Nahdlatut Turots serta jadi puncak dari gerakan Jalantara Zona Jawa-Madura,” terang Nanal.
Perlu diketahui, pada Jalantara Zona Jawa-Madura ini, tak hanya akan meluncurkan kitab Fathul Ali saja. Tapi, juga ada Majmu’ Mualafat (kumpulan karya) Syaikh Abdul Hamid Kudus yang dicetak eksklusif dan terbatas. Serta sebuah kitab biografi beliau yang disusun oleh Lajnah Turots Ulama Kudus dengan judul Nasmatul Unsi fi Riyadil Qudsi. (*)