Imam Besar Al Azhar: Islam Tidak Memandang Orang Lain dengan Kebencian dan Permusuhan

Jakarta, jurnal9.tv -Hubungan antara pemeluk umat beragama dan peradaban di dunia saat ini masih belum tecipta dialog yang positif dan efektif. Sebagian masyarakat Barat memandang umat Islam dengan pandangan kecurigaan. Sementara umat Islam memandang budaya Barat sebagai budaya yang negatif. Upaya dialog antara umat beragama dan peradaban harus dilakukan terus menerus.

“Saya berkeyakinan jika kita serius membangun dialog yang konstruktif, maka Islam tidak perlu membuktikan dirinya sebagai agama dialog, agama yang mengakomodasi pelbagai peradaban dan kebudayaan serta menghormati pihak lain”, demikian pernyataan Imam Besar Al Azhar, H.E Syeikh Prof.Dr. Ahmed El-Tayeb, dihadapan peserta “Interfaith and Civilizational Reception” di Grand Ballroom Pullman, Jakarta, Rabu (10-7-2024).

Acara dialog antar umat beragama yang diselenggarakan PBNU dan kementerian Agama RI tersebut dihadiri oleh tokoh agama Islam, Katolik, Budha, Hindu, Kristen dan Konghucu. Selain itu juga hadir jajaran Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), baik dari jajaran Syuriah dan Tanfidziyah, warga dari berbagai umat beragama di Indonesia. Kedatangan Imam Besar Al Azhar ke Indonesia adalah sebagai bentuk upaya serius membangun dialog antara beragama dan peradaban di dunia.

Sebelumnya, di tahun 2019, persisnya 4 Februari 2019, Imam Besar Al Azhar bersama dengan Paus Fransiskus telah manandatangi dokumen bersama “The Document on Human Fraternity for World Peace and Living Together” (Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama). PBB kemudian menetapkan tanggal 4 Februari sebagai Hari Persaudaraan Manusia Internasional.

Dalam membangun dialog antar manusia di dunia, semua bisa berangkat dari pandangan keagamaan manusia itu sendiri. Menurut Imam Besar Al Azhar, bahwa “Semua agama dan aliran kepercayaan memiliki risalah pesan yang sama, yaitu perdamaian dan cinta kasih kepada umat manusia bahkan kepada semua makhluk ciptaan Tuhan”. Pengakuan Al Qur’an terhadap Injil dan Taurat merupakan bukti bahwa Islam merupakan risalah yang dibawa para Rasul sepanjang perjalanan umat manusia.

Agama Islam saat ini mendapatkan perlakuan yang tidak adil, oleh karena itu para pemeluknya diharapkan agar mengambil sikap dan posisi membela dan melindungi agama ini serta mengerahkan kemampuan tenaga dan finansial mereka untuk menjawab tuduhan-tuduhan terhadap agama ini. Sejarah membuktikan bahwa peradaban Islam telah dan masih menjadi peradaban persaudaraan manusia, dan tidak pernah menjadi sumber kesengsaraan umat manusia.

“Islam tidak memandang orang lain dengan mata kebencian dan permusuhan tetapi melihat mereka dengan mata mawadah dan persaudaraan antar sesama manusia,” tegas Imam Besar Al Azhar, Prof.Dr. Ahmed El-Tayeb.