Home ยป Petugas Haji Adalah Pelayan Tamu Allah
HUBBUL WETON

Petugas Haji Adalah Pelayan Tamu Allah

Madinah, jurnal9.-tv, Haji adalah ibadah panggilan. Panggilan Allah swt kepada manusia-manusia yang dipilihNYA untuk hadir. Maka, siapapun yang dipanggil maka akan dimampukan oleh Allah swt. Haji adalah “gawe”nya Allah, hajatnya Allah. Bukan hajat manusia. Dalam konteks ini, saya meyakini bahwa menjadi petugas haji bukanlah sebagai tamu Allah, tetapi sebagai juru laden, atau sinoman dalam bahasa Suroboyoan. Surat Tugasnya langsung dari Allah. Bahwa dalam pandangan mata melalui jalur Kemenag, Kemenkes, DPR atau instansi lain, semua itu adalah wasilah yang digunakan oleh Allah swt.

Sebagai painitia hajatan, tentu dibagi ke dalam banyak seksi layanan. Semua seksi punya peran penting, tak ada seksi yang tak penting. Semua panitia tugasnya adalah melayani tamu, istimewanya adalah pelayan tamunya Allah.

Ketua SCnya, steering commitenya adalah Rasulullah Muhammad saw. dan segenap para nabi, awliya, malaikat bahkan bangsa jin. Lebih operasional, yaitu ketua OCnya, organizing commiteenya ya Amirul Haj, Mentri Agama, Gus Yaqut Cholil Qoumas. Tim amirul dan perwakilan instansi-instansi baik pemerintah dan lainnya adalah bagian dari seluruh panitia ini.

Sebagai petugas tentu berbeda dengan jamaah. Petugas melayani jamaah, jangan dibalik. Petugas memudahkan jamaah menjalankan ibadah, mengawal kesempurnaan ibadah jamaah dan lainnya. Keabsahan, kenyamanan dan kelancaran pelaksanaan ibadah haji jamaah adalah tanggung jawab petugas. Berat memang, tapi wajar bukan? Sebagai manusia terpilih dan dipimpin dalam sebuah kepanitiaan oleh Rasulullah sendiri?

Saya membayangkan bagaimana kira-kira isi pidato Rasulullah saat tawaf wadak kepada para petugas haji. Mungkin seperti ini:

“Hai para petugas haji! Dengarkanlah apa yang aku katakan ini kepadamu dan pahamilah, maka kalian akan mengerti bahwa setiap muslim itu adalah saudara bagi muslim lainnya, dan bahwa seluruh umat Muslim itu bersaudara. Tidak seorang pun dibenarkan mengambil sesuatu yang menjadi hak saudaranya, kecuali jika diberikan dengan kerelaan hati, dan janganlah kalian menzhalimi diri kalian sendiri. Bukankah telah aku sampaikan? Ya Allah, saksikalah!”

“Hai petugas haji! Janganlah kalian kembali kafir sesudahku, yang mana satu golongan memerangi golongan lainnya. Ketahuilah, kalian yang bertugas hendaklah menyampaikan kepada yang tidak jadi petugas. Mungkin saja orang yang menyampaikannya lebih memelihara dirinya daripada orang yang mendengarkannya. Bukankah telah aku sampaikan? Ya Allah, saksikanlah!”

“Hai petugas haji! Tuhan kalian satu dan orang tua kalian satu, kalian semua dari Adam, sedangkan Adam itu dari tanah. Orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian. Orang Arab tidak lebih mulia dari orang non-Arab, kecuali karena takwanya. Petugas atau jamaah tak ada yang lebih mulia, kecuali karena takwanya. Bukankah telah aku sampaikan? Ya Allah, saksikanlah! Hendaklah petugas menyampaikan yang tidak petugas.”

Pidato itu ditujukan hanya kepada petugas akan hakikat keberadaannya. Semua petugas berasal dari satu leluhur,memiliki latar belakang yang beragam. Tak ada yang membuat mulia karena latar belakangnya, kecuali ketakwaan dan kesungguhan dalam bertugas.

Haji adalah ibadah kesaksian dan penyempurnaan. Kesaksian atas syariat Allah dan penyempurnaan agamanya. Setiap orang yang sudah berhaji, maka ia adalah saksi. Saksi yang tidak sekedar melalui kata, tetapi melalui perilaku akhlakul karimah, perilaku yang menyamankan, membahagiakan bagi sekitar dirinya. Menjadi manusia yang Rahmatan Lil Alamin.

Dan bait penutup dari pidato Rasulullah:
“Wahai para petugas, kalian adalah saksiku, wakilku untuk menyampaikan risalah Islam kembali ke habitat kalian masing-masing. Jangan sekali-kali kembali pada perilaku jahiliyah. Karena kalian telah dilahirkan kembali, dibangkitkan dari kematian menjadi hidup kembali dengan semangat baru. Ajaran Islam sudah sempurna, tetapi spirit keimananmu harus terus diperbarui, jaddiduu imaanukum. Sebagai petugas haji, kalian sudah menempuh itu semua. Maka jadilah cermin-cerminnya bagi siapa saja yang melihatmu!”

Wallahu ‘alamu bisshowab