Jakarta, jurnal9.tv -Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama melansir pengumuman awal bulan Maulid atau 1 Rabi’ul Awal 1446 H jatuh pada Kamis Kliwon, 5 September 2024, atas dasar istikmal atau penyempurnaan bulan shafar menjadi 30 hari. Keputusan ini diambil setelah tim rukyatul hilal memastikan tidak melihat hilal di beberapa lokasi rukyat yang telah ditentukan. Hilal tidak terlihat, karena dalam hitungan ilmu hisab, masih di bawah kemungkinan untuk terlihat atau ghoirul imkan.
Sebelumnya, melalui akun X @falakiyahnu, LFNU PBNU mengumumkan melaksanakan rukyatul hilal awal bulan rabiul awal 1446 H di beberapa tempat, yakni di Jayapura, Merauke, Pelabuhan Ratu dan sejumlah tempat lainnya. “Insya Alloh Selasa sore 29 Shafar 1446H ini LFNU akan gelar penentuan 1 Rabiul Awal 1446H sesuai prosedur,” tulis rilis LFNU.
Rilis resmi Ikhbar Awal Rabiul Awal 2446 disebarkan melalui Pengumuman nomor 056/lfnu-pbnu/ix/2024 tertangal 3 September 2024 yang dikirimkan kepada semua kepengurusan wilayah dan cabang di seluruh dan Indonesia serta tersebar di berbagai group media sosial. “Poro kyai lan masyayikh falakiyah, berikut disampaikan pengumuman, 1 Rabi’ul Awal 1446 jatuh pada Kamis Kliwon 5 September 2024, mulai malam Kamis atas dasar istikmal, mohon untuk dapat disebarluaskan,” ungkap
Marufin Sudibyo atas nama Lembaga Falakiyah PBNU.
Dengan adanya istikmal, maka hari Rabu (4/9) besok menjadi hari rabu terakhir di bulan shafar yang sering disebut sebagai Rabu Wekasan. KH. Ishomuddin Ma’shum, Pengasuh PP. Darul Ulum Karangpandan mengatakan pada Rabu Wekasan atau Rabu Pungkasan, para ulama menuntun kita untuk memperbanyak doa dan sedekah, memohon kepada Allah SWT agar dihindarkan dari berbagai macam bala-musibah serta bencana.
Mengutip kitab Fathul Majid karya al-Imam Ahmad ad-Dairaby dan juga kitab Kanzun Najah was Surur karya Syaikh Abdul Hamid bin Muhammad, Gus Ishom, panggilan akrabnya mengatakan setiap tahun Allah menurunkan 320.000 macam bala’ berupa penyakit, bencana, atau kesusahan, yang itu terjadi pada hari Rabu terakhir dari bulan Shafar. “Rabu Wekasan juga digunakan sebagai hari mengenang Nabi Muhammad SAW yang jatuh sakit di hari Rabu terakhir tanggal 30 bulan shafar tahun 11 H, 13 hari beliau sakit, tepat hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal 11 H atau bertepatan dengan tanggal 8 Juni 632, Nabi kita wafat,” jelasnya.
Gus Ishom juga menyebutoan Tuntunan ulama terkait amaliah di hari Rabu Wakasan, diantaranya shalat sunnah muthlaq atau hajat 4 rakaat dengan 2 salam. Dalam setiap rakaat, setelah membaca surat al-Fatihah membaca surat al-Kautsar 17x , surat al-Ikhlash 5x , dan surat al-Muawwidzatain masing-masing satu kali. Setelah shalat, membaca surat Yaasin, dan jika sampai pada ayat Salaamun Qaulan min Rabbir Rahim, ayat tersebut dibaca 313x kemudian bacaan Yaasin dilanjutkan sampai akhir. “Setelah baca surat Yaasin ditutup dengan doa meminta kepada Allah SWT dengan segala kemurahanNya akan menjaga kita dari semua macam bencana dan kesusahan) selama setahun,” pungkasnya.
Selain shalat sunnah, berdzikir dan berdoa, maka banyak bersedakah juga amaliah yang disarankan. Salah satu bentuk sedekah itu, membuat Bubur Sapar atau Jenang Sapar menjadi salah satu tradisi yang sudah terpatri kuat di tengah masyarakat di bulan shafar atau menyambut dan menandai Rabu Wekasan. (*)