Gerhana Bulan Total pada 8 November 2022, Ini Imbauan LFNU Jatim

Surabaya, Jurnal9.tv – Sebagian orang menganggap terjadinya gerhana bulan maupun matahari sebagai gejala alam biasa, sebagai peristiwa ilmiah yang bisa dinalar. Namun bagi yang merasa tunduk kepada keagungan sang pencipta Allah SWT, gerhana adalah peristiwa penting yang secara gamblang menunjukkan bahwa ada kekuatan yang maha agung di luar batas kemampuan manusia.

Pimpinan Wilayah Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) Jawa Timur telah menerbitkan edaran mengenai perkiraan gerhana bulan total.

Surat tersebut berisi tiga informasi penting, di antaranya:

  • Gerhana bulan total diperkirakan akan terjadi pada selasa, (08/11/2022) dalam hitungan kalender masehi atau 13 rabi`ul akhir 1444 berdasarkan perhitungan kalender hijriyah.

Gerhana akan terjadi selama 3 jam 39 menit 49 detik, dilihat dari indonesia dengan perkiraan waktu awal pada pukul 16.09 WIB dan waktu awal gerhana total pada 17.16 WIB. Gerhana total diperkirakan berakhir pada 18.41 WIB dan akan selesai pada 19.49 WIB.

  • PW LFNU Jatim menganjurkan kepada seluruh nahdliyyin untuk mendirikan shalat sunnah gerhana bulan dan bisa dilaksanakan setelah masuk waktu maghrib.
  • PC LFNU se-Jawa Timur mendapat imbauan untuk terus bertindak aktif memberikan edukasi pada masyarakat serta tetap mengobservasi terjadinya gerhana bulan total untuk kepentingan pengembangan ilmu falak dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku.

Dalam surat edaran resmi yang ditandatangani ketua PW LFNU Jatim Dr KH Shofiyullah serta sekretaris PW LFNU Jatim Fathrurrozi itu diterangkan bahwa gerhana bulan total terjadi di seluruh dunia, kecuali afrika, timur tengah, dan eropa, sebab bulan masih berada di bawah ufuk.

Dalil yang menganjurkan untuk melaksanakan shalat sunnah gerhana ialah firman Allah ﷻ dalam Al-Qur’an, yaitu:

وَمِنْ اٰيٰتِهِ الَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُۗ لَا تَسْجُدُوْا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوْا لِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَهُنَّ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ

Artinya, “Sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah bersujud pada matahari dan jangan (pula) pada bulan. Bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya jika kamu hanya menyembah kepada-Nya,” (QS Fushilat: 37).

Warga Nahdliyin Diimbau Shalat Gerhana Bulan

Rasulullah saw telah memberikan tuntunan untuk melaksanakan shalat gerhana bulan itu dengan bersabda.

“Sesungguhnya matahari dan rembulan adalah dua tanda-tanda kekuasaan allah, maka apabila kalian melihat gerhana, maka berdoalah kepada allah, lalu shalatlah sehingga hilang dari kalian gelap, dan bersedekahlah,” Hadist Riwayat Bukhari-Muslim.

Sayyidatuna A’isyah RA bercerita bahwa:

 “Gerhana matahari pernah terjadi di masa rasulullah saw kemudian beliau shalat bersama para sahabat. Beliau pun berdiri dengan lama, Rukuk dengan lama, berdiri lagi dengan lama namun lebih pendek dari yang pertama, lalu rukuk dengan lama namun lebih pendek dari yang pertama, lalu mengangkat kepala dan bersujud, dan melakukan shalat yang terakhir seperti itu, kemudian selesai dan matahari pun sudah muncul,”  

(hr bukhari,muslim, nasa’i,ahmad, abu daud,at-tirmidzi,dan ibnu majah).

Para ulama sepakat bahwa shalat gerhana bulan dan matahari adalah sunah dan dilakukan secara berjamaah.

Berdasarkan redaksi hadits yang pertama, penamaan gerhana matahari dan bulan berbeda, shalat khusuf untuk gerhana bulan dan shalat kusuf untuk gerhana matahari. Imam Maliki dan Syafii berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidatuna A’isyah berpendapat, bahwa shalat gerhana dengan dua rakaat dengan dua kali rukuk, berbeda dengan shalat hari raya dan jumat.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas juga terdapat penjelasan serupa, yakni shalat gerhana dikerjakan dua rakaat dengan dua kali rukuk, dan dijelaskan oleh abu umar bahwa hadits tersebut dinilai paling shahih.

Maka dengan begitu, keistimewaan shalat gerhana dibanding dengan shalat sunah lainnya terletak pada bilangan rukuk pada setiap rakaatnya. Dalam setiap rukuk disunahkan membaca tasbih berulang-ulang .

Tasbih berarti gerak yang dinamis seperti ketika bulan berotasi, berputar mengelilingi kutubnya, dan berevolusi mengelilingi bumi, bumi berotasi dan berevolusi mengelilingi matahari, atau ketika matahari berotasi dan berevolusi pada pusat galaksi bima sakti. Namun pada saat terjadi gerhana, ada proses yang aneh dalam rotasi dan revolusi itu, maka bertasbihlah! maha suci Allah Yang Maha Agung!

Tata cara shalat gerhana adalah sebagai berikut:

  1. Memastikan terjadinya gerhana bulan atau matahari terlebih dahulu dengan mendengarkan edaran dari Lembaga Falakiyah NU.
  2. Shalat gerhana dilakukan saat gerhana sedang terjadi.
  3. Sebelum shalat, jamaah dapat diingatkan dengan ungkapan: ”ash-shalatu jamiah.”
  4. Niat melakukan shalat gerhana matahari (kusufisy-syams) atau gerhana bulan (khusufil-qamar) bagi imam atau makmum.

أُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Ushallî sunnatan likusûfisy syamsi rak’ataini lillâhi ta’âlâ

Artinya, “Saya niat shalat sunnah gerhana matahari dua rakaat karena Allah ta’âla.”

5. Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua rakaat.

6. Setiap rakaat terdiri dari dua kali rukuk dan dua kali sujud.

7. Setelah rukuk pertama dari setiap rakaat membaca al-fatihah dan surat kembali

8. Pada rakaat pertama, bacaan surat pertama lebih panjang daripada surat kedua. demikian pula pada rakaat kedua, bacaan surat pertama lebih panjang daripada surat kedua. misalnya rakaat pertama membaca surat yasin (36 ayat)  dan ar-rahman (55 ayat), lalu rakaat kedua membaca al-waqiah (56 ayat) dan al-mulk (78 ayat)

9. Setelah shalat disunahkan untuk berkhutbah.