Surabaya, jurnal9.tv -Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) menegaskan komitmennya dalam memperkuat upaya pencegahan terorisme di Indonesia melalui sinergi dengan berbagai pihak. Dalam Forum Group Discussion (FGD) Rapat Kerja Nasional (Rakernas) FKPT 2025, BNPT bersama perwakilan FKPT dari 36 provinsi serta dua kabupaten baru (Jepara dan Lebak) membahas strategi dan program kerja yang akan dijalankan sepanjang tahun.
Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT, Dr. Harianto, S.Pd., M.Pd., menegaskan pentingnya kerja sama lintas sektor dalam menghadapi ancaman terorisme. “Pencegahan terorisme bukan hanya tugas pemerintah. Ini adalah tanggung jawab bersama. Kami terus memperluas jangkauan kerja sama dengan berbagai lembaga, ormas keagamaan, komunitas pemuda, hingga media untuk membangun daya tangkal masyarakat terhadap paham radikal,” ujarnya, Rabu (19/03/2025).
Lebih lanjut, Dr. Harianto menjelaskan bahwa FKPT akan mengadopsi model pentahelix, yaitu kolaborasi antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, media, dan komunitas. “Tantangan kita semakin kompleks. Untuk itu, pendekatan yang melibatkan berbagai unsur ini menjadi kunci agar upaya pencegahan lebih efektif dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat,” katanya.
Dalam Rakernas ini, sejumlah program strategis FKPT 2025 juga dipaparkan. Salah satunya adalah program “Pitutur Cinta”, yang bertujuan membekali penceramah lintas agama dengan pemahaman keagamaan moderat untuk menangkal narasi ekstremisme. “Kita ingin membangun narasi perdamaian melalui para penceramah yang memiliki wawasan kebangsaan yang kuat. Mereka akan menjadi agen perdamaian di komunitas masing-masing,” jelas Dr. Harianto.
Selain itu, FKPT juga berfokus pada literasi media melalui program “Goresan Cinta”, yang melibatkan insan media muda dalam memproduksi konten jurnalistik anti-radikalisme. “Media memiliki peran besar dalam membentuk opini publik. Kami ingin memastikan bahwa jurnalis, terutama di daerah, memiliki pemahaman yang kuat tentang cara melawan propaganda radikal,” tambahnya.
Tidak hanya di bidang media dan agama, FKPT juga merancang program berbasis budaya untuk mencegah infiltrasi ideologi ekstrem di kalangan anak muda. Program “Laskar Cinta” misalnya, mengajak generasi muda untuk melestarikan seni dan budaya lokal sebagai benteng dari radikalisme. “Seni dan budaya adalah kekuatan bangsa. Jika anak muda kita aktif dalam kegiatan budaya, maka mereka memiliki benteng yang kuat terhadap ideologi kekerasan,” ungkapnya.
Sementara itu, dalam upaya memahami dinamika potensi radikalisme di Indonesia, FKPT juga akan melakukan survei Indeks Potensi Radikalisme (IPR) dan Indeks Risiko Terorisme (IRT). “Data yang akurat sangat penting. Dengan survei ini, kita bisa memahami daerah mana yang memiliki potensi lebih tinggi terhadap radikalisme dan bagaimana kita bisa merancang program pencegahan yang lebih tepat sasaran,” jelasnya.
Kolaborasi dengan berbagai lembaga dan organisasi masyarakat juga menjadi agenda utama FKPT. “Kami bekerja sama dengan banyak pihak, mulai dari Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan, TNI, Polri, hingga organisasi keagamaan seperti NU dan Muhammadiyah. Sinergi ini sangat penting agar program-program kita bisa berjalan dengan maksimal,” kata Dr. Harianto.
Meskipun menghadapi tantangan efisiensi anggaran, FKPT tetap optimis bahwa program pencegahan terorisme bisa dijalankan secara optimal. “Kami menyadari bahwa ada keterbatasan, tapi itu tidak mengurangi semangat kami untuk terus bekerja. Dengan kerja sama yang erat dan inovasi dalam pelaksanaan program, kami yakin bisa tetap mencapai tujuan yang diharapkan,” pungkasnya.
Selaras dengan itu, Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Timur, Prof. Dr. Hj. Husniyatus Salamah Zainiyati, menegaskan bahwa dengan ikhtiar yang maksimal, semua program kegiatan akan tetap berjalan dengan baik meskipun terdapat upaya efisiensi anggaran. Menurutnya, keterbatasan dana bukan alasan untuk mengurangi komitmen dalam pencegahan terorisme.
“FKPT Jawa Timur akan terus menjalin sinergi dengan berbagai pihak, termasuk instansi pemerintah daerah dan lembaga lainnya. Kolaborasi ini menjadi kunci utama dalam menjalankan program-program pencegahan intoleransi, moderasi, serta inisiatif lain yang berkaitan dengan pencegahan terorisme,” ujarnya.
Prof Titik sapaan akrabnya menambahkan, sinergi dengan berbagai pihak seperti instansi pemerintah daerah dan lembaga lainnya akan menjadikan program-program pencegahan intoleransi, moderasi, serta program pencegahan terorisme lainnya tetap berjalan meskipun ada efisiensi anggaran.
“keberlanjutan program bukan hanya bergantung pada anggaran, tetapi juga pada komitmen dan kreativitas dalam menjalankan program di tengah keterbatasan. Dengan kerja sama yang solid dan strategi yang tepat, FKPT optimis dapat tetap menjalankan program pencegahan terorisme secara efektif dan berkelanjutan,” tutupnya.