LUMAJANG, JURNAL9.tv – Pandemi Covid-19 mengubah banyak hal dalam tatanan hidup manusia. Satu di antaranya adalah tata cara kegiatan belajar mengajar di sekolah. Tak ada lagi pertemuan tatap muka si kelas. Semua aktivitas belajar dilakukan secara daring.
Sayangnya, metode belajar daring masih kerap terbentur beberapa kendala. Sebagian siswa tidak memiliki gawai/handphone. Sebagian lagi terhambat oleh jaringan sinyal internet lemot di wilayah tempat tinggalnya.
Untuk mengatasi hal ini, Pemkab Lumajang memberlakukan program guru sambang murid sejak akhir Juli lalu. Dalam program ini para guru mendatangi murid-muridnya untuk belajar. Belajarnya di rumah? Belum tentu. Di SMPN Satu Atap Burno, Kecamatan Senduro, para guru mengajak siswa-siswi untuk belajar di hutan. Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di kawasan hutan pinus dan damaran yang berada di desa setempat.
Proses belajar dilakukan dengan konsep nuansa alam terbuka sengaja dipilih guna mengatasi rasa jenuh akibat sekolah daring. Selain itu, belajar di alam terbuka membuat para pelajar lebih bersemangat dan lebih cepat menangkap materi pelajaran.
Para pelajar mengaku senang dengan proses pembelajaran yang dilakukan di hutan.
“Berbeda dengan suasana yang dulu. Kalau biasanya belajar di rumah sekarang belajar di hutan yang masih asri. Hawanya sejuk dan lebih senang belajar di alam dari pada di rumah,” kata Ica siswa SMPN Satu Atap Burno.
Proses belajar di hutan dilakukan pada Senin hingga Kamis. Untuk Jumat dan Sabtu para guru mengajar dengan cara mengunjungi rumah siswa.
“Lebih menyenangkan di sini karena udaranya sejuk. jadi anak-anak bisa menikmati keindahan alam sambil belajar. Saat belajar di alam terbuka, materi saya lebih mudah tersampaikan kepada anak-anak. Program guru sambang ini sudah dilakukan sejak 27 Juli, kalau sebelumnya kan daring,” jelas Inggit, salah seorang guru pengajar di SMPN Satu Atap Burno. (ard/ren/shk)