Jakarta, Jurnal9.tv – Potensi ekspor produk-produk Indonesia ke kawasan Timur Tengah, khususnya Arab Saudi sangat terbuka, mengingat kedua negara memiliki kesamaan sebagai negeri muslim yang membutuhkan produk dan layanan halal. Karena itu, Kementerian Perdagangan RI terus melakukan ekspansi dan perluasan akses pasar ke negera-negara muslim, serta mengajak pelaku usaha dalam negeri, khususnya pengusaha nahdliyin untuk memanfaatkan peluang ini dengan baik dan memenuhi berbagai persyaratan sebagai pelaku perdagangan internasional.
Demikian disampaikan Zulkifli Hasan, Menteri Perdagangan RI di hadapan 300 pelaku usaha Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) dalam Business Dialogue pada Rabu (25/01/2023) di Jakarta. Dalam pertemuan itu, hadir memberikan sambutan pengantar, Ketua Bidang Ekonomi PBNU, KH Aizuddin Abdurrahman, Ketua Umum DPP HPN, Dede Supriyadi. Tampak hadir juga, Mantan Menteri era Presiden KH Abdurrahman Wahid, Alhilal Hamdi, Pengurus PBNU yang juga putra pendiri NU, KH. Hasib Wahab, serta sejumlah pejabat Kementerian Perdagangan RI dan perwakilan HPN dari provinsi se-Indonesia.
Lebih lanjut, Zulkifli Hasan menyebutkan, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan baru saja menandatangani perjanjian dagang dengan Arab Saudi untuk sejumlah komoditas ekspor berupa bahan pangan, RBD palm olein, minyak goreng, produk ikan dan olahannya, daging, sayuran dan olahannya, buah-buahan, kakao, beras, rempah-rempah, mi telur, dan arang. Total nilai kontrak Ekspor tersebut mencapai lebih dari US$ 155,7 juta atau Rp 2,3 triliun . “Ini suara saya masih serak, baru datang dari Arab Saudi dan langsung hadir ke forum ini agar bisa ditindaklanjuti oleh para pengusaha kita, termasuk HPN,” tegasnya, disambut tepuk tangan 300an pengusaha yang hadir.
Namun demikian Zulkifli mengingatkan, agar pelaku usaha di NU terus meningkatkan kapasitas dan kapabilitas usahanya bila ingin merambah ke pasar perdagangan internasional. Menurutnya, umat islam mesti serius membangun ekonomi, karena membangunnya tidak mudah, dan harus kuasai serta pelajari ilmunya. “Setidaknya tiga hal ini harus dikuasai, cara membuat produk berkualitas bagus, ilmu marketing, dan memdapatkan permodalan,” tambahnya.
Menurutnya, selama ini perdagangan Indonesia dan Arab Saudi kecil, karena belum adanya ketersambungan kapasitas dan kapabilitas pelaku usaha, khususnya UMKM dengan yang mereka butuhkan. Zulkifli mencontohkan, ketika Arab Saudi butuh membangun Power Plan dengan Miliaran Dollar, belum bisa bertemu dengan pelaku usaha yang bisa memenuhi permintaan itu.
UMKM harus bangkit, dengan terus menggalang kerjasama, pertemuan para pihak yang saling berkaitan, sehingga terbentuk ekosistem yang memungkinkan pemenuhan produk ekspor ke Arab Saudi dapat terwujud.
“Membentuk ekosistem bisnis itu artinya, ada retail modern, ada UMKM yang memproduksi, Warung emak-emak, ada pembiayaan ekspor, kredit usaha rakyat dan aspek lain yang saling tersambung,” ungkapnya.
Sementara itu, Aizuddin Abdurrahman, atas nama PBNU menyambut baik langkah Kementerian Perdagangan RI yang menggalang para pengusaha NU melalui HPN untuk pemenuhan target perdagangan ekspor ke negara-negara muslim di Timur Tengah, khususnya Arab Saudi. Ia berharap, HPN segera mengkonsolodasi diri, menindaklanjuti tawaran, ruang dan peluang yang diberikan pemerintah.
“Pertemuan pagi ini, adalah salah satu realisasi MoU antara PBNU dan Kemendag RI yang ditandatangani di Yogyakarta beberapa waktu lalu, dan saya harap HPN melanjutkan business dialogue ini dengan menggalang koordinasi bersama perangkat perekonomian PBNU, sebagaimana LPNU dan LPPNU,” tambah cucu pendiri NU, KH.Hasyim Asy’ary ini.
Business Dialogue HPN tersebut dapat disaksikan di chanel youtube Tv9 Nusantara. https://youtu.be/HcHz15iS3Tc
