Gresik, Jurnal9.tv – Ratusan siswa Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama (MINU) Tratee Putra Gresik memperingati hari batik nasional dengan memamerkan batik ikat dan celup (icel) yang merupakan hasil karya mereka sendiri, Minggu (02/10).
Sekilas batik icel karya siswa NU ini nampak seperti batik sibori. Bedanya, teknik batik icel ada motif gradasi dan bisa membuat warna blok yang pas dengan kain. Para siswa ini membatik di kain prima putih sepanjang 1,5 meter dan lebar satu meter.
Sejumlah bahan digunakan di antaranya pewarna remasol, water glass, air, alat lipat, alat ikat, canting, kuas, dan sapu lidi. Proses pertama anak-anak melipat kain, kemudian mengikat, lalu mencelup, dan mencapir warna.

Budayawan Gresik, Kris Adji menuturkan, meski terhitung baru seminggu diajari cara membuat batik icel. Hebatnya, anak-anak dengan cepat paham untuk langsung dipraktikkan. Hasilnya satu anak bisa membikin satu batik.
“Baru seminggu saya bimbing tapi dengan cepat anak-anak paham dan bisa bikin batik icel sendiri. Dari 150 siswa akhirnya bisa menghasilkan 150 batik icel,”ungkap Kris Adji yang menjadi pembimbing siswa.
Beragam pilihan warna bebas dipilih para siswa sesuai dengan keinginan dan kreatifitasnya. Selain itu, Kris Adji juga mengedukasi siswa terkait dengan efek samping saat membatik karena beberapa bahan mengandung kimia.

“Mereka diberitahu bahwa bahan ini berbahaya kalau salah penggunaan. Maka diberi tutorial, misalnya ketika mencelup harus pakai sarung tangan, lalu ada cara sendiri ketika pengeringan sampai pencucian dengan hiburan supaya mereka gembira,”bebernya.
Para siswa dibimbing untuk bisa membatik sekaligus diperkenalkan bahwa batik adalah warisan budaya nasional dan sudah diakui United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Upaya ini merupakan respon pihak sekolah untuk melestarikan batik dengan mengajarkan secara dini pada siswa.

Menurut Wakil Kepala MINU Tratee Putra Gresik, M. Imron Rosyadi, tahun ini merupakan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) yang memfokuskan penguatan pelajar pancasila dan kearifan lokal seperti batik.
“Karena tahun ini IKM, maka anak-anak dikenakan batik Ical. Kenapa batik ical? Karena tekniknya agak mudah untuk dipelajari anak-anak,”kata M. Imron Rosyadi.
Mata pelajaran (Mapel) batik ini, dikatakan Imron, baru berjalan dua bulan sesuai dengan diawalinya tahun ajaran baru 2022-2023 untuk siswa kelas 1-3. Kedepannya Mapel batik ini akan diterapkan di semua tingkat kelas 1-6.
“Sementara masih kelas 1-3. Kedepannya diterapkan sampai kelas 6. Saat ini standart membatiknya agak mudah, nah ketika naik kelas tentut standartnya pasti dinaikkan,”ujar Imron.
Terkait Mapel kearifan lokal, Imron menambahkan, pihak sekolah memang memilih batik sebagai Mapel yang diajarkan seminggu sekali di kelas. Sebab, kota Gresik sendiri juga memiliki warisan lokal yang melegenda, yakni batik damar kurung.
“Targetnya mereka diwajibkan membuat sendiri, mencintai karyanya sendiri. Dengan begitu tentu akan tertanam rada mencintai budaya Indonesia. Kedepannya mereka akan diwajibkan membuat buku tentang pengalaman mereka selama belajar membatik,tandasnya.