Surabaya, jurnal9.tv -Ketua LPNU Jawa Timur, Wahyu A. Priambodo, menegaskan bahwa kemandirian ekonomi umat harus dibangun dari tingkat ranting. Hal itu ia sampaikan pada kegiatan Penguatan Program Kerja dan Koordinasi LPNU Lamongan, Sabtu (1/11), yang sekaligus menjadi ajang peluncuran program Satu Ranting Satu Brand (SRSB). Sebuah inisiatif dari LPNU Lamongan yang mendorong setiap ranting NU memiliki produk unggulan lokal sebagai identitas dan sumber daya ekonomi jamaah. Dari target 90 peserta, kegiatan tersebut dihadiri lebih dari 120 orang, mencerminkan antusiasme tinggi warga NU terhadap gerakan ekonomi berbasis jamaah.
Sebagai Ketua LPNU Jawa Timur, Wahyu A. Priambodo dikenal aktif mendorong sinergi lintas struktur dan penguatan kapasitas kelembagaan ekonomi di berbagai daerah. Di bawah kepemimpinannya, LPNU Jatim terus memajukan program ekonomi jamaah berkelanjutan, yakni menggerakkan ranting dan cabang agar tidak hanya berperan dalam kegiatan sosial, tetapi juga menjadi pelaku ekonomi yang mandiri dan produktif.
Dalam arahannya, Wahyu menilai SRSB sebagai bentuk nyata transformasi ekonomi berbasis struktur jamaah, kekuatan sosial NU yang telah lama hidup di tengah masyarakat.
“Kemandirian ekonomi NU tidak akan lahir dari proyek besar semata, melainkan dari gerakan kecil yang konsisten di tingkat ranting. Ketika satu ranting memiliki satu produk unggulan, dan jamaahnya menjadi konsumen utama, maka kita telah membangun fondasi ekonomi umat yang kokoh dan berdaulat,” ujarnya.
Wahyu menambahkan, LPNU Jawa Timur mengapresiasi dan mendukung penuh langkah inovatif LPNU Lamongan dalam menggerakkan ekonomi jamaah melalui program SRSB. Ia berharap semangat yang ditunjukkan Lamongan dapat menjadi inspirasi bagi cabang-cabang lain di Jawa Timur.
“Apa yang dilakukan LPNU Lamongan menunjukkan bahwa kemandirian ekonomi umat bisa dimulai dari langkah konkret di tingkat ranting. Bila semangat seperti ini tumbuh di setiap daerah, NU akan memiliki kekuatan ekonomi yang mandiri dan berdaya saing,” tegasnya.
Program SRSB turut disertai gerakan “Beli Minimal Satu Produk Per Bulan”, yang mengajak jamaah untuk menjadi pasar utama produk ranting. Konsep ini dikenal sebagai Lock-In Demand Ekonomi Umat, dengan prinsip “Sebelum kita jual keluar, pastikan jamaah kita sendiri membeli.”
Sekretaris LPNU Jawa Timur, Ahmad Fadlur Rahman Bayuny, menilai bahwa langkah LPNU Lamongan ini mencerminkan semangat baru dalam membangun kemandirian ekonomi umat di tingkat akar rumput. Ia menegaskan, gerakan seperti SRSB menjadi simbol kebangkitan ekonomi berbasis jamaah yang tumbuh dari bawah dan digerakkan oleh komitmen bersama.
“Kemandirian ekonomi tidak cukup hanya dibangun dengan modal dan program, tetapi dengan keberpihakan. Jika setiap warga NU berkomitmen untuk membeli dan membela produk jamaah sendiri, bukan hanya sebulan sekali, tetapi menjadi bagian dari gaya hidup, maka ekonomi NU akan berdiri kokoh di atas kekuatan jamaahnya sendiri,” ujarnya.




