Syekh Nawawi Al-Bantani Tafsirkan Ayat Perang untuk Hindarkan Masyarakat dari Bahaya, Wapres RI: Kita Pakai Saat Covid-19

Serang, Jurnal9.tv – Bertempat di Aula Pesantren Annawawi Tanara, Jalan Kp. Kemuludan Kec. Tanara Kab. Serang, Provinsi Banten, hari Jumat (19/5) malam lalu digelar Haul ke-130 ulama internasional Syekh Nawawi Al-Bantani, kakek buyut Wakil Presiden RI, Dr. KH. Ma’ruf Amin, yang juga pendiri pendiri Pondok Pesantren ini. Hadir dalam kegiatan tersebut Menkopolhukam RI, Prof. Mahfudz MD, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, sejumlah undangan termasuk Habib Syekh bin Abdul Qodir Assegaf yang memimpin shalawat.

KH. Ma’ruf Amin menyampaikan, kakek buyutnya adalah orang yang menguasai berbagai bidang ilmu. “Beliau ini adalah orang yang menguasai tidak hanya satu bidang ilmu tetapi seorang generalize yang menguasai semua ilmu dan tentu kitabnya tersebar dimana-mana,” ungkapnya.

Salah satu pemikiran Syekh Nawawi Al-Bantani, lanjut Wapres, adalah penafsirannya terhadap salah satu ayat dalam Al-Qur’an berkaitan dengan perang. Namun oleh Syekh Nawawi ayat tersebut ditafsirkan dengan bagaimana harus mengantisipasi hal-hal yang berpotensi membawa bahaya. Hal tersebut dapat diimplementasikan bagaimana menjaga diri dari keadaan bahaya. Termasuk menjaga diri dari pandemi Covid-19 melalui vaksin dan protokol kesehatan.

“Bahwa untuk bersiap-siap menghadapi berbagai kemungkinan, yang asalnya ayat ini ayat tentang perang, oleh syekh Nawawi ditafsiri wajibnya kita bersiap siap dari semua bahaya yang diduga yang akan datang, kita harus antisipasi,” tutupnya.

Sementara itu, Khofifah Indar Parawansa mengajak semua masyarakat meneladani sifat-sifat yang dimiliki oleh Syekh Nawawi Al Bantani. Menurutnya, ulama kelas dunia asal Banten tersebut adalah sosok ulama yang nasionalismenya tinggi. Ulama yang terlahir dengan nama Muhammad Nawawi ini sempat mengenyam pendidikan di Kota Makkah dan kembali ke Tanah Air untuk berdakwah mengobarkan perlawanan terhadap penjajah Belanda.

“Syekh Nawawi Al-Bantani ini ulama yang nasionalisme dan intelektualnya tinggi, pemikiran-pemikiran beliau juga memberikan pengaruh untuk perkembangan Islam di dunia, kiprah dan sifat-sifat beliau patut untuk kita teladani bersama,” kata Gubernur Khofifah usai menghadiri Haul Syekh Nawawi Al-Bantani.

Kegigihan Syekh Nawawi melawan penjajah, lanjut Gubernur Khofifah, membuat beliau mendapatkan tekanan, pembatasan ruang gerak dan pengusiran dari Belanda. Namun kegigihan beliau tidak berhenti sampai di situ.

“Beliau ini menyaksikan praktik-praktik ketidakadilan, kesewenang-wenangan, dan penindasan yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda terhadap rakyat Indonesia saat itu. Lalu beliau berdakwah untuk mengobarkan semangat melawan penjajah Belanda saat itu,” sebutnya.

Menurut Gubernur Khofifah, Syekh Nawawi kemudian kembali ke Mekkah untuk memperdalam ilmu dan memberikan pemahaman dan mengajarkan makna kemerdekaan, anti kolonialisme dan imperialisme kepada komunitas Al-Jawi dengan cara yang halus. Komunitas Al-Jawi sendiri merupakan kelompok masyarakat Nusantara yang belajar di Makkah.

“Yang dilakukan Syekh Nawawi Al-Bantani ini menjadi perhatian serius dari pemerintahan Belanda saat itu karena produktivitas komunitas al-Jawi untuk menghasilkan alumni-alumni yang memiliki integritas keilmuan agama dan jiwa nasionalisme, menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Pemerintah Hindia Belanda,” katanya.

Gubernur Khofifah mengatakan Syekh Nawawi Al-Bantani juga berperan dalam mencetak kader-kader patriotik. Perjuangan yang dilakukan Syekh Nawawi memang tidak dalam bentuk revolusi fisik, namun lewat pendidikan untuk menumbuhkan semangat kebangkitan dan jiwa nasionalisme.

“Banyak ulama besar Indonesia yang merupakan murid atau santri beliau yang kemudian dalam upaya penyebaran agama Islam di Indonesia juga mengajarkan nasionalisme, seperti Syakhona Kholil Bangkalan, Hadratus Syech Kyai Hasyim Asy’ari pendiri NU juga Kyai Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah,” ucapnya.

Selain itu, Gubernur perempuan pertama di Jatim ini menuturkan bahwa Syekh Nawawi Al-Bantani adalah intelektual yang sangat produktif dalam menulis kitab. Mantan Menteri Sosial RI ini menyebut tidak kurang dari 115 kitab yang telah ditulis ulama besar asal Banten ini.

Diantaranya kitab-kitab di bidang ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis. Karena kedalaman ilmu yang dimiliki, Gubernur Khofifah menyebut murid syekh Nawawi Al-Bantani ini datang dari berbagai penjuru dunia.

“Karena santrinya syekh Nawawi ini dari berbagai negara, pemikiran dan keilmuannya tentu diadopsi oleh banyak ulama dunia, yang itu tentu memberikan pengaruh terhadap pengembangan ilmu dan keislaman dunia,” sebutnya.