Home » Berikut Profil 7 Ulama Kharismatik Tim Ahwa Dalam Konferwil XVII NU Jatim
NU-PESANTREN

Berikut Profil 7 Ulama Kharismatik Tim Ahwa Dalam Konferwil XVII NU Jatim

Jombang, jurnal9.tv -Sidang Pleno keempat Konferensi Wilayah ke-XVIII Nahdlatul Ulama Jawa Timur berlangsung dengan agenda penetapan Tim Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) yang merupakan hasil tabulasi usulan Pengurus Cabang Nahdltul Ulama di Jawa Timur.

Berdasarkan hasil tabulasi tersebut, terpilih 7 Ulama Kharismatik Jawa Timur sebagai Tim Ahlul Halli Wal Aqdi dalam Konfewil NU XVIII Jawa Timur yang selanjutnya bertanggungjawab untuk menetapkan Rois Syuriah PWNU Jawa Timur melalui sistem musyawarah.

Berikut Profil 7 Ulama Kharismatik yang terpilih sebagai Tim Ahlul Halli Wal Aqdi dalam Konferwil XVIII NU Jawa Timur:

  1. KH. Anwar Mansur

Kiai Haji Muhammad Anwar Manshur lahir pada 1 Maret 1938 merupakan pengasuh tertinggi Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur serta menjadi Ketua Badan Pembina Kesejahteraan Pondok Pesantren Lirboyo (BPK-P2L). Ia juga menjabat sebagai Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur dan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Kyai Anwar Mansur adalah putra sulung dari K.H. Manshur Anwar sekaligus cucu K.H. Abdul Karim (pendiri Pesantren Lirboyo).[1] Kiai Anwar merupakan ulama dan sesepuh yang kharismatik, sosoknya sangat dihormati dan disegani di kalangan pesantren, warga Nahdlatul Ulama, hingga para pejabat pemerintahan.
Sejak di usuainya yang masih kecil, ia menimba ilmu di Pondok Pesantren Tarbiyatunnasyiin, Paculgowang, Diwek, Jombang, yakni pesantren yang didirikan oleh ayahnya sendiri. Setelah itu, ia sempat menimba ilmu di Pondok Pesantren Tebuireng hingga tingkat tsanawiyah. Kemudian untuk selanjutnya ia meneruskan pendidikannya di Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri.

  1. KH. Ubaidillah Faqih

KH Ubaidillah Faqih atau yang akrab disapa Gus Ubed dipercaya memimpin Pondok Pesantren Langitan, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Gus Ubed menggantikan ayahnya, KH Abdullah Faqih yang wafat pada Rabu (29/2/2012) dalam usia 80 tahun. Gus Ubed didampingi KH Ali Marzuki, putra saudara KH Abdullah Faqih, KH Ahmad Marzuki. Sementara pemangku pondok pesentren dipercayakan kepada adik Gus Ubed, Kiai Abdullah Habib Faqih atau Gus Dulah dibantu saudara-saudaranya.
Sementara itu, Ayahanda Gus Ubed yakni KH Abdullah Faqih merupakan sosok yang berpengaruh bagi Nahdlatul Ulama. Dia adalah sosok utama yang mendorong majunya Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sebagai presiden. Awalnya, Gus Dur ditentang para kiai untuk maju sebagai calon presiden. Tetapi Kiai Abdullah Faqih mengundang beberapa tokoh kiai sentral NU atau yang biasa disebut “kiai khos” dan akhirnya mendukung pencalonan Gus Dua
Kiai Faqih lahir di Dusun Mandungan, Desa Widang, Tuban. Ia lahir pada 2 Mei 1932. Sedari kecil ia belajar mengaji kepada ayahnya, Kiai Rofi’i Zahid. Setelah remaja, ia nyantri pada Mbah Abdurrochim di Lasem, Jawa Tengah. Ia kemudian belajar tafsir dan hadis kepada Sayid Alwi bin Abbas al-Maliki di Mekah, Arab Saudi. Setelah ilmunya matang, Kiai Faqih kembali ke Pesantren Langitan yang didirikan pada 1852 oleh Kiai Muhammad Nur.

  1. KH. Miftahul Akhyar

Kiai Miftah merupakan Rais Aam PBNU 2021-2026 yang Lahir 30 Juni 1953 dan merupakan anak kesembilan dari 13 bersaudara. . Ia Pernah menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) periode 2020-2025 namun pada 9 Maret 2022 ia mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum MUI karena ingin berfokus menjadi Rais ‘Aam PBNU dan tidak ingin rangkap jabatan.
Kiai Miftah adalah putra Pengasuh Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq Rangkah, Surabaya yakni KH Abdul Ghoni. Kiai Miftah pernah nyantri di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang dan Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan di Jawa Timur. Kemudian nyantri di Pondok Pesantren Al-Islah Soditan, Lasem yang saat itu diasuh almargfurlah KH Masduqie Allasimy. Berikutnya mengikuti Majelis Ta’lim Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Makki Al- Maliki di Malang, tepatnya ketika Sayyid Muhammad masih mengajar di Indonesia.
Di lingkungan NU, Kiai Miftah pernah menjabat sebagai Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Surabaya (2000-2005). Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur 2007 hingga 2013, dan 2013 sampai 2018. Diamanahi sebagai Wakil Rais Aam PBNU 2015 sampai 2020. Selanjutnya didaulat sebagai Pj. Rais Aam PBNU 2018-2020 dan Rais Aam PBNU 2021-2026

  1. KH. Anwar Iskandar

KH Anwar Iskandar merupakan sosok kiai yang saat ini menjabat sebagai ketua umum MUI Pusat. Saat ini, beliau juga merupakan Wakil Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmah 2022-2027. KH Anwar Iskandar adalah sosok kiai senior kelahiran Desa Berasan, Kecamatan Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur pada 24 April 1950. Beliau adalah putra KH Iskandar yang merupakan pendiri dan pengasuh Pesantren Mambaul Ulum di Banyuwangi.
Selain belajar ilmu di pesantren, Kiai Anwar juga mengenyam pendidikan di jalur formal. Jenjang pendidikan formalnya meliputi Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Pesantren Mambaul Ulum. Kemudian, kiai Anwar melanjutkan pendidikan ke Madrasah Aliyah (MA) dan dilanjutkan nyantri di Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Di Lirboyo, Kiai Anwar juga melanjutkan pendidikan formalnya di Perguruan Tinggi Tribakti Kediri dan menyandang gelar Sarjana Muda. Tidak berhenti sampai di situ, pada 1970, Kiai Anwar meneruskan pendidikan pada program sarjana di Institut Agama Islama Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang sekarang telah bertransformasi menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Di sini, beliau mengambil jurusan Sastra Arab.
Kiai Anwar merupakan sosok pendakwah yang gigih dengan dua yayasan yang menjadi tempat khidmah di bidang pendidikan, yakni Assa’idiyah di Jamsaren dan Al-Amin di Ngasinan, Rejomulyo Kediri. Kiai Anwar juga seorang aktivis dengan pernah menjadi pengurus organisasi seperti menjadi Ketua Gerakan Pemuda Ansor Cabang Kediri, Rais Syuriyah NU Kediri, hingga Wakil Ketua Rais Syuriyah NU Jawa Timur.
Di dunia politik, beliau juga pernah menjadi Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jawa Timur pada 1998 dan menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) utusan daerah Jawa Timur. Saat ini, Kiai Anwar masih mengelola Yayasan Pendidikan Assa’idiyah dan Al-Amin sebagai ketua.

  1. KH. Moh. Hasan Mutawakil Alallah

KH. Moh. Hasan Mutawakkil ‘Alallah, lahir pada tanggal 22 April 1959 di Genggong. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Hasan Saifourridzall dengan Nyai Hj. Himami Hafshawaty. Menimba Ilmu sejak dini di Pondok Pesantren Madrasatul Ilmi Syari’ah Sarang, Rembang Jawa Tengah dan melanjutkan pendidikan agamanya di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Lirboyo Kediri, sekaligus menempuh pendidikan menengah pada Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah Lirboyo. Kemudian melanjutkan di Fak. Syari’ah Universitas Tribhakti Kediri dan ikut aktif di organisasi PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia). Setelah berhasil menggamit Sarjana Mudanya, dirinya melanjutkan kuliah di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Baru setahun menempuh kuliah, dirinya mendapat beasiswa untuk belajar di Al Azhar Kairo, Mesir.

Diamanahi kepengasuhan pesantren menggantikan abahnya KH. Hasan Saifurrizal, Beliau kemudian menikah dengan seorang muslimah dari Jember bernama Nyai Hj. Muhibbatul Lubabah dan dikaruniai enam orang putri. KH. Hasan Mutawakil Pernah menjabat Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama dalam dua periode. Sesuai manhajnya di antara beliau mendirikan TV 9, channel televisi yang menjadi sarana dakwah Aswaja yang “santun menyejukkan” sekaligus beliau menjadi direktur utamanya.
Karir beliau beragam, diantaranya : Pengasuh dan Ketua Yayasan Pesantren Zainul Hasan Genggong, Ketua Yayasan Hafshawaty, Ketua (Tanfidziyah) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur, Presiden Komisaris TV9 Nusantara, Ketua MUI Kab Probolinggo, Dewan Pertimbangan MUI Jatim 2015 hingga 2020, Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim dari tahun 1992 hingga 2008, Ketua PWNU Jatim sejak 2008 sampai 2018, Wakil Rais PWNU 2018 Jatim hingga 2023 dan saat ini menjabat Ketua Umum MUI Jatim 2020-2025.

  1. KH. Fuad Noer Hasan

Kiai Fuad Noer Hasan merupakan pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Cucu Pendiri NU ini saat ini juga Menjadi Mustasyar PBNU periode kepengurusan 2022-2027. Beliau putra dari KH. Noerhasan bin Nawawi bin Noerhasan. Kiai Nawawi bin Noerhasan sendiri termasuk salah satu ulama yang ikut mendirikan jam’iyah Nahdlatul Ulama. KH Fuad Noerhasan adalah pengasuh Pesantren Sidogiri ke-13. KH. Fuad Noer Hasan memimpin Sidogiri dengan puluhan ribu santri sepeninggal pengasuh sebelumnya, KH Ahmad Nawawi Abdul Djalil, yang wafat pada 13 Juni 2021 lalu. KH. Fuad Noerhasan merupakan pengasuh pondok pesantren Sidogiri yang ke-13. Kiai Fuad adalah bagian dari keluarga besar Pesantren Sidogiri. Kiai Fuad adalah putra dari Kiai Noerhasan. Adapun Kiai Noerhasan adalah putra dari Kiai Nawawi. Sedangkan Kiai Nawawi adalah putra dari Kiai Noerhasan, termasuk ulama yang ikut membidani lahirnya Nahdlatul Ulama.

  1. KH. Mudatsir Badrudin

KH. Muhammad Muddatstsir Badruddin merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Ulum Panyeppen, Potoan Laok, Palengaan, Pamekasan. Saat ini beliau juga termasuk dalam jajaran Syuriyah di kepengurusan PBNU. Ulama sepuh asal Madura ini merupakan sosok ulama sepuh kharismatik yang pernah menjabat Mustasyar di struktur organisasi Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pamekasan. Selain itu, saat ini juga masih tercatat aktif di jajaran Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur.
Sosok kyai kharismatik yang disegani banyak pihak ini dalam catatannya sering dimintai pendapat dalam pemerintahan bahkan sejaak kepemimpinan presiden Soeharto. Pernah tercatat dalam Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia di awal organisasi ini berdiri. Meskipun ditengah kondisi Kesehatan yang kurang baik,Kyai Mudtsair dikenal sosok yang gigih dalam mengkhidmatkan diri di Nahdlatu Ulama.