Bawaslu Jatim Agendakan Bedah Buku Se-Jawa Timur, Dorong Literasi Demokrasi Lebih Dalam

Surabaya, jurnal9.tv -Upaya meningkatkan kesadaran politik masyarakat terus dilakukan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jawa Timur. Salah satu langkah konkretnya adalah dengan menggelar bedah buku tentang demokrasi dan kepemiluan secara maraton di berbagai daerah di Jatim. Program ini diharapkan menjadi terobosan untuk memperluas literasi politik masyarakat di tengah minimnya pemahaman substansial tentang demokrasi.

Ketua Bawaslu Jatim A. Warits menyampaikan, selama ini pemahaman masyarakat tentang demokrasi masih terjebak pada hal-hal teknis semata. Padahal, esensi demokrasi adalah bagaimana kedaulatan rakyat benar-benar diwujudkan.

“Demokrasi yang dipahami publik selama ini cenderung prosedural. Hanya fokus soal pemilu, kampanye, dan pencoblosan. Jarang ada yang membahas bagaimana kedaulatan rakyat itu sebenarnya harus dibangun dan dijaga,” ungkapnya saat memimpin apel di Kantor Bawaslu Jatim, Senin (21/7).

Melalui program bedah buku, lanjut Warits, Bawaslu Jatim ingin menghadirkan literasi demokrasi yang lebih bermakna. Buku-buku yang ditulis oleh Bawaslu Jatim, menurutnya, bukan sekadar teori. Isinya merupakan pengalaman langsung di lapangan dalam mengawasi proses demokrasi di daerah.

“Setiap buku ini adalah catatan sejarah. Hasil pengawasan, pengalaman di lapangan, dan dinamika penyelenggaraan demokrasi terangkum di dalamnya. Harapannya, buku-buku ini bisa membuka kesadaran baru bahwa demokrasi adalah urusan bersama, bukan sekadar urusan peserta pemilu atau penyelenggara,” terang alumni Ponpes Tebu Ireng ini.

Hingga pertengahan 2025, Bawaslu Jatim telah menerbitkan tujuh buku seputar pengawasan pemilu dan pembangunan literasi demokrasi. Di antaranya, Merawat Daulat Rakyat, Mengawasi Demokrasi, Bawaslu Mengawasi, Ronda Demokrasi, Pengawasan dalam Mata Lensa, Antologi Kehumasan (Tak Nampak Tapi Berjejak), dan Sekali Berarti Sesudah itu Abadi.

“Bedah buku ini nantinya tidak hanya berhenti di kantor-kantor Bawaslu. Akan kami dorong juga masuk ke kampus, pesantren, dan komunitas masyarakat agar literasi demokrasi semakin meluas,” pungkas Warits.