Dituduh Bid’ah, Jangan Panik! Amaliyah NU Ada Dalil Sunnah Nabi

Surabaya, Jurnal9.tv – Sering mendapati tuduhan Bid’ah dari beberapa kelompok berbeda, sejumlah pendapat Ulama Ahlussunah Wal Jama’ah menjelaskan, Amaliah NU yang dijalankan masyarakat selama ini telah disertai dengan dalil kuat yang disandarkan pada Sunnah Nabi.

KH. Marzuki Mustamar selaku Ketua PWNU Jawa Timur saat menjadi pembicara dalam Seminar Aswaja Internasional yang digelar di Aula Kantor PWNU Jawa Timur, pada Rabu (01/03/2023) menjelaskan tuduhan Bid’ah yang sering dilontarkan terhadap amaliah warga NU tidak mendasar.

Menurut KH. Marzuki Mustamar, Sunnah Nabi tidak hanya berdasarkan pada Hadis semata, namun bisa melalui perbuatan maupun persetujuan nabi.

“Semuanya ada haditsnya, bisa dicek dalam Bukhari Muslim,” terangnya.

“Kalau tidak mau taraweh 20 rakaat harusnya juga tidak melaksanakan taraweh berjamaah dalam satu bulan Ramadhan,” imbuhnya.

Pengasuh Pesantren Sabiilul Rosyad Kota Malang ini juga meminta masyarakat untuk mewaspadai pihak pihak yang mudah membid’ahkan Amaliah NU, Kelompok ini cenderung menggunakan rujukan hadits yang menurutnya sama dengan pemahamannya.

“Waspadai dan pelajari bahwa apa yang diamaliahkan warga NU sering kali dituduh Bid’ah. Mereka cenderung menggunakan hadis yang sama dengan pemahamannya,  Lah Ini disuruh mengikuti Sunnah Nabi apa cangkemmu,” sambungnya disambut gelak tawa peserta.

Sementara itu, Syech Dr. Hisyam Kamil Ulama Ahlussunah Wal Jama’ah Asal Al-Azhar Kairo Mesir yang hadir sebagai Pembicara dalam kegiatan tersebut menjelaskan bahwa  tidak semua hal baru itu Bid’ah begitupun tidak semua hal yang baru adalah Sunnah.

“Dalam aktivitas sosial, kita bisa membagi Bid’ah pada tiga klasifikasi yakni Bidah Aqidah, Bid’ah Hukum dan Bid’ah Istiadat (keseharian),” terangnya.

Dirinya menyayangkan, masyarakat yang tidak dilandasi pemahaman yang kuat kemudian mudah menyamakan antara ketiganya, Bid’ah Istiadat dianggapnya Bid’ah Aqidah.

“Maka seseorang yang memegang tasbih tidak boleh membuli orang yang tidak memegang tasbih dan begitupun sebaliknya,” pungkasnya.

Menjelang Ramadhan, KH. Makruf Khazin selaku Ketua Aswaja NU Center Jawa Timur usai acara juga mengingatkan, di akhir Bulan Sya’ban ini ada dua Amaliah keagamaan warga NU yakni Nisyfu Sya’ban dan Megengan (bahasa Jawa).

“Mendekati Ramadhan ini ada Nisyfu Sya’ban (pertengahan) biasanya masyarakat menjalankannya dengan baca Yasin itu tetap diamalkan dan dalilnya ada kemudian yang kedua, meggengan, itu mengeluarkan sedekah dimana pahalanya dikirimkan untuk almarhum seseorang yang sudah Wafat,” jelasnya.

Pengasuh Ponpes Raudlatul Ulum I Suramadu ini menyebut kedua tradisi ini juga dilakukan oleh nabi dengan mengutip penjelasan KH. Marzuki Mustamar sebelumnya. Sehingga masyarakat tidak perlu risau dengan tuduhan tidak berdasar tersebut.

“Tadi juga dijelaskan oleh KH. Marzuki, Dulu kalau nabi bersedekah untuk istri beliau itu pakai kambing yang dibagikan ke tetangga atau teman-temannya sembari bercerita tentang kisah dan kebaikan almarhumah semasa hidupnya,” lanjutnya.

“Nah ini yang juga kita tiru, Sementara kalau tidak cukup ya bisa diganti ayam atau yang lainnya,” tutupnya.

Seminar Aswaja Internasional tersebut Diikuti sekitar 150 peserta dari Beberapa perwakilan pesantren dan pengurus Aswaja Center dari berbagai Kabupaten, dengan menghadirkan Syech Dr. Hisyam Kamil Ulama Al-Azhar Kairo Mesir dan  KH. Marzuki Mustamar Ketua PWNU Jawa Timur sebagai pembicara utama. (zen/snm)