Nidhom berasal dari bahasa Arab yang berarti keorganisasian, tata aturan. Kalau ikut bahasa sekarang disebut tata kelola atau manajemen organisasi. Sedikit berbeda dengan istilah Nidhomiyah nama sekolah tinggi di Baghdad pertama yang mempelajari ilmu ilmu agama dan ilmu umum, Nidhomiyah itu berarti tata kelola, tata nilai dan tata kerja organisasi. Istilah Nidhomiyah ini juga sedikit berbeda dengan nama Nidhomiyah yang berarti tempat pembelajaran formal pertama yang digagas oleh KH Abdul Wahid Hasyim di Tebuireng tahun 1970 an.
Nidhomiyah yang saya maksud adalah tata kelola organisasi dan manajemen termasuk tata nilai organisasi agar. Dalam hal ini termasuk apa yang harus dilakukan oleh pimpinan organisasi. Sambil introspeksi apakah kita sedang menunaikan amanah atau menikmati jabatan dan sebutan sebutan baik. Instrospeksi ini penting, bila tidak kita tak akan tahu diri.
Tata organisasi, sesungguhnya tak hanya kebutuhan NU, Banom NU atau hanya ISNU namun ini berlaku umum organisasi apa saja. Dalam hal ini kita harus meletakkan dasar dasar tata nilai, tata organisasi Banom secara keseluruhan. Sebagaimana beberapa catatan saya pada arahan Ketua Umum PB NU, seratus tahun ini “kita masuk babak baru, era baru, tantangan baru yang sangat berat. Harus kita kerjakan bersama” secara sungguh sungguh.
Semua Banom punya peraturan dasar sendiri. Banom memiliki peraturan rumah tangga sendiri. Mungkin sudah meras sungguh sungguh, mungkin kita merasa kalau bukan saya tak bisa begini, mungkin juga bagi diri saya sendiri saat menulis dan mempimpin organisasi ini. Walau Muslimat NU, Anshor, Fatayat NU, IPNU-IPPNU, ISNU bahkan JATMAN berbeda, namun senyampang itu masih Banom NU pasti tak jauh jauh dari tujuan didirikan NU oleh Muassis NU tahun 1926 dan sejarah yang mengiringi pendiriannya.
Semua Banom punya histori, mentaiitas, dan visi misi sendiri, bahkan keakuan kelompok sendiri yang kuat. Namun semua banom perlu baris untuk menguraikan dan mendudukkan tata organisasi secara lebih rasional. Senyampang itu masih masuk dalam Banom NU, walau berbeda ya tetap dalam payung bintang sembilan.
Di bidang manajemen, di bidang bisnis, di bidang pemerintahan, di bidang industri dan dalam kemajuan perusahaan Nidhomiyah ini adalah jantung kekuatan dan keberhasilan. Suatu hari pada tahun 2023 lalu, MCKinsey and Company, -salah satu perusahaan konsultan terbaik dunia-, meneliti dan mengumumkan hasil riset tentang beberapa perusahaan besar dunia yang dilanda badai Covid-19.
Setelah Covid-19 usai, dipilah beberapa kategori dari mereka yang bangkrut, yang bertahan tahap memelihara hidup (survive), dan mereka yang unggul bahkan berkembang melebihi kompetitornya. Menurut hasil riset mereka, ada enam hal penting untuk menjamin bahwa organisasi itu hidup dan memenangkan persaingan serta sangat kuat. Enam hal itu adalah Vision and leadership (visa dan kepemimpinan), Employee (kemampuan pegawai), Culture (budaya kerja), Technology (enggunaan teknologi dalam organisasi), Organization (struktur tata kelola organisasi) dan terakhir, daily routine atau bagaimana cara kerja dan kegiatan sehari hari).
Inilah yang dimaksud dengan nidhomiyah ini! Visi kepemimpinan yang melihat ke depan, tata kelola yang semakin terpadu, termasuk diantaranya kultur kerja dan penggunaan information technology untuk menjadi organisasi terbaik dan terpandang. Hasil penelitian ini juga pernah saya sampaikan di saat sambutan pelantikan pengurus Wilayah ISNU Jawa Timur, pada 23 Desember 2023, di UNESA Surabaya. Kisi-kisi Nidhomiyah ISNU ini sudah saya sampaikan di hadapan Bapak Wapres Prof Dr KH Makruf Amin, yang dihadiri pengurus PBNU, Ibu Khofifah Indar Parawansa, Pak Azwar Anas, para Rektor, Ketua PW NU Jawa Timur dan sekitar 550 pengurus dan tamu luar negeri saat pelantikan ISNU Jatim tahun lalu.
Tantangan ISNU dan Banom NU ya mengelola organisasi dengan segala ciri khusunya dengan tata kelola yang lebih baik, kultur kerja organisasi yang lebih baik dan kepemimpinan yang lebih tepat, teknologi yang tepat jaman, dan program yang tepat sasaran. (*)