Viral dan Kebutuhan Mendapat Pengakuan Orang Lain

Surabaya, Jurnal9.tv – Salah satu pertanyaan yang mungkin sering terpikirkan oleh masyarakat adalah kenapa  semua orang ingin viral?. Sekilas  tidak ada masalah dengann keinginan viral. Namun demi mencapai keviralan, seringkali masyarakat membuat konten negatif semisal prank dan sebagainya. Menanggapi  fenomena tersebut, Fitrania Maghfiroh, M.Psi. dosen psikologi UNESA ini menjelaskan bahwa hal ini ada kaitannya dengan kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan orang lain.

Fitrania Maghfiroh, M.Psi. menjelaskan bahwa setiap orang membutuhkan pengakuan dari orang lain. Apabila seseorang  tidak mendapatkan pengakuan dari orang lain dengan melakukan kebaikan, ada kemungkinan orang tersebut akan melakukan hal yang tidak baik demi mendapat pengakuan. Dia melanjutkan bahwa biasanya kelompok negatif lebih mudah menerima orang baru daripada kelompok yang positif.

Fitrania juga bercerita bahwa selain ingin mendapatkan pengakuan, tidak adanya figur teladan juga menjadi penyebab hal ini. “Tidak semua orang sadar bahwa untuk mendapatkan eksistensi harus dengan hal yang baik. Itu gak semua  orang tahu. Tapi semua manusia pingin dikenal, pingin eksistensinya itu diketahui oleh publik.” Dorongan untuk terekspos sedangkan di  sisi lain fiigur-figur yang mereka lihat mencontohkan hal yang tidak baik membuat mereka merasa tidak ada masalah untuk  membuat konten yang tidak baik. Hal ini sesuai dengan salah satu teori psikologi yang menyatakan bahwa seseorang tumbuh dipengaruhi dari apa yang mereka lihat.

Kondisi lingkungan dan pola asuh yang diterima oleh anak juga mengambil peran besar mempengaruhi seseorang.“Pola asuh orang tua dari kecil itu sebetulnya yang paling mempengaruhi pada saat mereka tumbuh dewasa”. Dia menjelaskan bahwa pendidikan yang dilakukan sejak dini dari orang tua lah yang kemudian menjadi pondasi bagi para remaja.

Dalam mengatasi permasalahan konten negatif, perlu kesadaran dari semua pihak. Orangtua hendaknya bisa menjadi figur yang baik bagi anak-anak. Selain itu, pengawasan terhadap penggunaan gawai pada anak juga tidak boleh diabaikan. Memberikan pemahaman terkait hal yang baik dan buruk dengan tanpa menghakimi akan memberikan pondasi baik kepada mereka. dan yang terpenting adalah tidak lupa mengapresiasi terhadap hal-hal baik yang telah dilakukan. Ini akan membuat mereka merasa diakui dan dihargai sehingga mendorong untuk mengulanginya. (swp/snm)