Tak Ada Lagi ‘Haji Buncis’, Kemenag RI Dorong Ekosistem Ekonomi Haji

Jakarta, Jurnal9.tv  – Kementerian Agama (Kemenag) RI mendorong terbangunnya ekosistem ekonomi haji. Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kemenag RI, Subhan Cholid menyebut salah satu upayanya adalah masuknya suplai berbagai kebutuhan jemaah haji di tanah suci, Makkah dan Madinah.

Hal itu disampaikan Subhan Cholid dalam Bimtek Terintegrasi PPIH Arab Saudi di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta pada Kamis (13/4/2023). Subhan Cholid mengatakan bahwa sejumlah pihak atau stakeholders bisa melakukan pasokan bahan baku kebutuhan haji ke Arab Saudi seperti beras, sayur, lauk pauk, dan lainnya.

Menurut Subhan Cholid, selama musim haji 2023 ini saja, Kemenag akan menyediakan total 22 juta paket nasi untuk kebutuhan jemaah dan lainnya. Dengan estimasi jumlah jamaah haji regular 203 ribu sejak kedatangan dan kepulangan dengan kebutuhan makan tiap orang sebanyak 109 paket makanan dan 1 kali snack saat di Muzdalifdah.

Jumlah itu terdiri atas 66 kali untuk makan di Makkah, 1 kali di Bandara, 27 kali di Madinah, 15 kali di Masyair dan 1 kali paker (Arafah Muzdalifah dan Mina/Armuzna).

Untuk memenuhi kebutuhan makan jamaah haji saja, dibutuhkan 2.000 ton beras, 600 ton ikan dengan berbagai jenis, bumbu rendang 100 ton, belum lagi kebutuhan cabai, bawang merah dan bawang putih.

Subhan Cholid mengaku sudah sering menyampaikan hal itu. Fenomenanya, uang sebesar Rp 10 triliun lebih di Arab Saudi tak kembali, bahkan termasuk uang dari di tanah air yang dibawa jamaah haji.

Dia pun berharap stakeholders seperti lembaga, kementerian, bisa menyuplai kebutuhan bahan baku untuk makanan jamaah haji di Arab Saudi.

Subhan Cholid juga mencontohkan adanya keluhan dengan menu makanan pada beberapa tahun silam, sehingga muncul joke adanya gelar “haji buncis”. Hal itu terjadi karena menu masakan sayurnya sering buncis.

Menurut Subhan, hal itu bukan tanpa sebab, karena sayuran yang tersedia di pasar Arab Saudi dengan jumlah banyak, hanya buncis. “Kan tidak mungkin maktab satu sayur buncis, satunya kangkung, satunya bayam, maka butuh sayur sama dan banyak,” katanya.

Di sisi lain, soal oleh-oleh,  para jamaah haji Indonesia bisa membelinya  di dalam negeri saja. Dengan begitu, perputaran uangnya  ke luar negeri, tapi memperkuat ekosistem haji di negaranya sendiri. “Ternyata ketika diamati, banyak yang beli di Arab Saudi ternyata Made in Indonesia,” katanya.

Diharapkan dengan adanya upaya tersebut, Indonesia bisa lebih mandiri dalam menyediakan kebutuhan haji dan memperkuat ekosistem ekonomi haji. (mch/sa)