Agar Cetak Pemimpin Negarawan, Gerakan Mahasiswa Harus Dijiwai Konsep Trisakti Bung Karno

Blitar,- Jurnal9.tv – Gagasan Bung Karno tentang Trisakti, yakni menjadikan bangsa indonesia berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian secara sosial budaya, harus dijadikan karakter dasar bagi gerakan mahasiswa dalam menyongsong Indonesia Emas, pada tahun 2045 mendatang. Konsep Trisakti yang disampaikan Bung Karno pada peringatan Proklamasi 17 Agustus 1956 itu perlu dibreakdown sesuai kebutuhan jaman, dimana Indonesia akan memasuki era bonus demografi dimana kalangan muda akan menjadi penentu kemajuan bangsa.

Hal itu disampaikan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat menutup Rapat Pimpinan Daerah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI Jawa Timur) di Auditorium Perpusnas Bung Karno, Blitar, Minggu (25/6/2023). Momen tersebut cukup berkesan lantaran dilaksanakan bersamaan Bulan Bung Karno, yang diperingati setiap bulan Juni.

Semakin istimewa, kesempatan tersebut juga dijadikan ajang silahturahmi antara Gubernur Khofifah dengan elemen pimpinan  mahasiswa yang tergabung dalam ‘Cipayung Plus’. Cipayung Plus merupakan gabungan tujuh organisasi kemahasiswaan yakni GMNI, HMI, PMII, IMM, PMKRI, GMKI,  KAMMI dan SEMMI.

Sebelumnya, Gubernur Khofifah juga melakukan ziarah ke makam presiden pertama Republik Indonesia  Ir. Soekarno di Blitar. Dalam ziarah itu, Gubernur Khofifah melakukan tabur bunga dan melakukan doa bersama, untuk mengenang jasa dan perjuangan Bung Karno bagi Bangsa Indonesia.

Lebih lanjut, Khofifah mengatakan, saat itu Bung Karno menandaskan, bahwa sekarang Indonesia berada pada taraf investment, yaitu taraf menanamkan modal-modal dalam arti yang seluas-luasnya. Tugas atau pekerja rumah kita,  apakah terkait investment of human skill, material investment, dan mental investment, Inilah tugas kita bersama.

“Tugas tersebut bukan merupakan tugas yang sederhana. Apalagi, lanjutnya, saat ini Indonesia telah menyiapkan target menuju Indonesia Emas 2045,” tandasnya

Khofifah berharap, gerakan mahasiswa dapat menggelorakan semangat nasionalisme dan nafas kebangsaan yang dikumandangkan  oleh  Bung Karno. Terlebih, dengan mengambil tema ‘Aktualisasi Tri Sakti Bung Karno dalam Gerakan GMNI Jawa Timur’,  dirinya mengungkapkan gagasan Bung Karno terkait Trisakti saat awal kemerdekaan  menjadi pondasi karakter bangsa.

“Kalau kita berbicara tentang pikiran-pikiran besar Bung Karno, baiknya kita bersama-sama ke Makam Bung Karno mengingat posisi kita di Jawa Timur,” tegasnya.

Kepada para pimpinan organisasi kemahasiswaan, Mantan Menteri Sosial tersebut berpesan agar masing-masing mengasah dan mengintroduksi diri untuk terlahir sebagai negarawan.

“Hari ini tidak mudah menemukan negarawan meski banyak sekali pemimpin yang berasal dari politisi. Namun, politisi belum tentu negarawan, maka jadilah negarawan.  Kalau sudah memimpin negeri ini, mestinya akan mewujud sebagai  sosok negarawan,” tegasnya.

“Secara sosial budaya, stratifikasinya ditemukan di banyak lini. Karena saat ini kita di Jawa Timur, bawalah budaya Jawa Timur yakni Budaya Majapahit. Bhinneka Tunggal Ika. Agar terbangun moderasi dan toleransi serta kerukunan antar warga bangsa,” lanjutnya.

Gubernur Khofifah berharap, momen kebersamaan seperti ini dimana pimpinan Cipayung Plus berkumpul bersama  dapat menciptakan situasi harmonious partnership yang baik. Untuk itu, ia berpesan untuk tidak merasa bisa menyelesaikan persoalan bangsa sendirian. Mari bangun sinergi dan kolaborasi.

“Maka kolaborasi dan sinergi yang kuat menjadi bagian penting membangun negeri ini,” tandasnya.

Menurut Khofifah, usia dari anggota-anggota ‘Cipayung Plus’ saat Indonesia Emas berada pada usia puncak membangun negeri pada pos-pos strategis di masing-masing profesi. Akan tetapi, yang lebih penting adalah investasi mental. Sebab, Investasi keterampilan dan material  tidak  bisa menjadi dasar persatuan dan kemakmuran bersama tanpa didasari investasi mental.

Di depan ratusan peserta dari organisasi mahasiswa tersebut, Gubernur Khofifah mencontohkan pahlawan-pahlawan nasional yang berkarya sejak usia muda. Di antaranya, Presiden pertama RI Soekarno yang di usia 26 tahun mendirikan partai PNI. Selain itu, Wapres RI pertama yakni Bung Hatta yang pada usia 24 tahun menggerakkan Perhimpunan Indonesia (Indonesia Vereeniging) di jantung kolonialisme, Den Hag.

“Maka saudara yang saat ini di usia 20 tahun, maka 25 tahun kedepan saudara pemilik dan pemangku kepentingan negeri ini,” jelasnya.

Pada kesempatan tersebut Gubernur Khofifah juga mengajak para generasi muda untuk membangun keberagaman dalam kebersatuan  di Indonesia. Dimana keberagaman tersebut dibangun dengan penuh kedamaian, dan  dengan bersama-sama bergandengan tangan.

“Bergandengan tangan adalah salah satu kunci, bagaimana negara ini setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia dan bagaimana negara ini menjadi negara yang terus berkelanjutan pembangunannya,” pungkasnya.

Ditambahkan Khofifah, sesuai dengan program Indonesia Emas 2045 yang diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo pekan lalu, dirinya berharap generasi muda dapat memberikan kado terbaik dengan memanfaatkan bonus demografi yang akan menjadi modal penting untuk membangun Indonesia   menuju 100 tahun Indonesia merdeka pada 2045.

Bertepatan dengan tanggal 29 Juni mendatang sebagai peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas), Gubernur Khofifah mengajak masyarakat menyiapakan kado terbaik bagi bonus demografi.

“Beberapa negara yang sudah mengalami bonus demografi ternyata justru stuck, maka Indonesia harus bersiap. Bonus demografi haruslah menjadi pintu pembuka menuju kemajuan-kemajuan dan kehebatan-kehebatan baru,” tutupnya.