Surabaya, Jurnal9.tv – Kepemimpinan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansah dan Wakil Gubernur Emil Elistianto Dardak ini mengalami kondisi dunia yang berubah. Yaitu sebuah perkembangan dunia yang banyak dikendalikan oleh teknologi komunikasi. Semua kehidupan manusia dikontrol dan dipengaruhi oleh teknologi komunikasi.
Kepemimpinan Khofifah-Emil Dinilai Teknokratik. Teknokratik itu secara filosofis adalah intelektual pejuang. Pemimpin yang memproduksi apa yang diyakini benar, dan itu berguna untuk banyak orang. Baik melalui pendekatan ilmu pengetahuan atau melalui pendekatan perenungan, lalu kebenaran itu diperjuangkan secara nyata, bukan sekadar diucapkan, tapi diperjuangkan secara nyata. Menurut Dr Sufyanto, Direktur Lembaga Riset Republic Institute dalam Kopilaborasi bertema “4 Tahun Kepemimpinan Khofifah Emil : Kepemimpinan Teknokratik”, Kepemimpinan Khofifah Emil lebih dari itu, lebih dari teknokratik dan excelent.
Sufyanto menjelaskan, kepemimpinan di Jawa Timur ini tidak Mudah, karena Jatim ibarat Indonesia kecil. Di banyak perspektif apabila ingin memenangkan kompetisi nasional maka menangkan dulu Jawa Timur.
Jawa Timur, tergolong dengan wilayah terlengkap. Secara geografis memiliki kepulauan, daratan, pertanian dan lainnya. Secara sosiologis juga sangat multi identitas, multikultural. Itu berkembang dengan baik dan nyaris di Jawa Timur itu langgam harmoninya terjaga. Dari aspek pendidikan mayoritas lulusan SMA, dari perspektif usia Jatim didominasi usia produktif. Ormas di Jatim juga tumbuh baik. Didominasi oleh NU, namun ormas tak hanya islam juga tumbuh.
Selain itu, penduduk mayoritas Jawa Timur memiliki pendapatan yang cukup baik, yaitu rata-rata di atas Rp 1 Juta hingga Rp 2,5 Juta.
Perkembangan baik ini juga terlihat dari masyarakat di Jawa Timur yang mendapat informasi baik, dari televisi dan internet. Menurut data penelitian, mayoritas masyarakat adalah pengguna Whatsapp. Oleh karenanyacara campaign pemerintah daerah harus diubah mengikuti trend masyarakat.
Lembaga Riset Republic Institute melakukan potret kepemimpinan Khofifah Emil selama 4 tahun melalui penelitian. Dan Hasilnya :
Tahun | Tingkat Kepuasan Publik |
2020 | 77,4 % |
2021 | 82,3 % |
2022 | 80,6 % |
2023 | 83,8 % |
Jawa Timur dalam termasuk wilayah equilibrium dimana tercapainya keseimbangan dan stabilitas sosial. Ini terlihat dari perspektif politiknya.
“Politik itu selalu dekat dengan konflik, namun di Jawa Timur aman. Ini ditandai pada 2020 Pilkada serentak di Jawa Timur yang melibatkan sekitar 19 kabupaten kota itu satupun tidak ada gugatan ke Mahkamah Konstitusi padahal ada catatan yang menurut saya di Gresik maupun di Sidoarjo itu, jarak antara pemenang dan yang belum terpilih tidak lebih dari dua persen. Tidak melakukan gugatan itu menunjukkan proses demokratisasi di tingkat lokal kita betul-betul bisa dipahami semua Nah itu menunjukkan stabilitas politik kita sangat baik,” terang Dr Sufyanto dalam dialog Kopilaborasi bersama Diskominfo Jatim yang disiarkan Live di Tv9.
Di tahun 2022 ekonomi di Jatim sempat menurun, karena pada saat itu kondisi Covid 19 belum selesei dan masih dalam tahap recovery ekonomi. Namun angka hasil penelitian itu masih sangat tinggi secara nasional.
Sufyanto memiliki catatan terakhir yaitu tentang legacy. “Sebaiknya kita dorong ,termasuk saya itu menunggu legasi apa yang mau dihadirkan oleh Bu Khofifah dan Mas Emil beserta jajaran pemerintah provinsi Jawa Timur. Ini ada dua konteksnya, bisa sebagai untuk melanjutkan kepemimpinan periode berikutnya, Nah bisa untuk sustainable itu kalau mau melanjutkan di periode berikutnya, tentu dampaknya nanti pada elektabilitas ya. Elektabilitas bagi keduanya kalau mau melanjutkan berikutnya, tapi kalau tidak mau melanjutkan misalnya hanya berhenti di satu periode itu tentu legasi itu akan menjadi tonggak sejarah kepemimpinan beliau berdua untuk masyarakat dan kebaikan di Jawa Timur,” tutupnya. (snm)