Surabaya, Jurnal9,tv – Tindak kejahatan, kekerasan fisik, kekerasan seksual dan juga pembuatan konten negatif, akhir-akhir ini marak memenuhi lini massa. Perilaku tersebut bahkan dijadikan sebagai konten dan dengan ‘Bangga’ diviralkan.
Dosen Psikologi Unesa Fitrania Maghfiroh, M.Psi, Psikolog mengatakan, bahwa rasa ingin dikenal atau viral itu wajar dimiliki oleh beberapa bahkan banyak orang karena hal tersebut terkait eksistensi diri. Namun dalam konteks masa transisi (kaitannya dengan fase perkembangan anak), kecenderungan itu akan muncul dalam fikiran remaja atau usia dewasa awal. Tanpa disadari keinginan utama mereka hanyalah ingin viral saja tanpa memikirkan risiko atau efek jangka panjang ketika impiannya untuk viral sudah tercapai. Dari situlah peran atau figur orang tua, dan lingkungan menjadi sangat penting sebagai pengingat dan sebagai peranan utama dalam upaya pencegahan tindakan tersebut.
“Dalam kajian ilmu Psikologi itu disebutkan bahwa individu dipengaruhi oleh lingkungan, dipengaruhi dari bagaimana sosialnya dia, pola asuhnya dia, dan kesemuanya itu mempengaruhi bagaimana karakter seseorang terbentuk,” ujar Dosen Psikologi tersebut.
Terkadang tidak sedikit orang tua yang kurang memperhatikan anaknya ketika proses tumbuh kembangnya khususnya transisi dari remaja ke dewasa awal, seperti tidak tau anaknya bergaul dengan siapa, bermain di lingkungan yang seperti apa dan lain-lain. ketika sang anak masuk pada circle yang negative maka secara tidak langsung dengan kelalaian tersebut, orang tua juga turut andil akan adanya kasus-kasus tindak kejahatan yang dilakukan oleh para remaja tersebut.
Salah satu teori Psikologi, yakni Behaviorisme mengatakan, kepribadian Individu sangat dipengaruhi oleh lingkungnnya. Adanya teori tersebut telah membuktikan bahwasanya sosok figur teladan dan peran lingkungan sangat mempengaruhi proses tumbuh kembang anak.
Untuk itu, orangtua perlu menciptakan lingkungan positif untuk tumbuh kembang anak. Dimulai dari memantau tontonan anaknya, memberi pengertian sedari kecil bahwa ada kalanya apa yang ditampilkan konten di media sosial itu tidak boleh ditiru. Mengingat sedari kecil anak jaman sekarang sudah dimanjakan dengan teknologi digital. (muk/snm)