Sidoarjo, jurnal9.tv -Pemandangan yang tidak biasa tampak di Gedung Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sidoarjo pada Selasa (12/8). Hari itu PCNU menerima kunjungan rombongan pengurus Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (DP MUI) Kabupaten Sidoarjo. Menariknya sebagian besar notabene pengurus PCNU. Suasana batin penuh keakraban tampak di antara yang hadir termasuk dari unsur Muhamnadiyah yang tergabung di MUI Sidoarjo.
Diawali dengan iftitah oleh Rois PCNU Sidoarjo KHR. Abd. Salam Mujib. Dalam khutbah iftitahnya, pengasuh Ponpes Al Khoziny tersebut mengungkapkan pentingnya persatuan di antara organisasi keagamaan di bawah koordinasi MUI. “Jika kedua institusi NU dan Muhammadiyah bersatu dalam naungan MUI , insyaAllah Indonesia tetap damai”, ujarnya.
Senada dengan Kyai Salam, Ketua DP MUI Sidoarjo KH. Ahmad Muhammad menyatakan, bahwa MUI adalah rumah besar dan wadah bersama. “Saya sepakat yang ‘didawuh’-kan rois. Saya berterima kasih, semoga diijabah”, harapnya. Wakil Rois PCNU Sidoarjo itu juga menegaskan, silaturrahim merupakan hal yang sangat esensial dalam kehidupan lebih-lebih dalam sebuh organisasi.
Dia menambahkan, seseorang dalam hidupnya tidak lepas dari silaturrahim. “Tidak ada silaturrahim tidak ada kebersamaan. Organisasi jika tidak ada silaturrahim mati kutu. Jika silaturrahim tidak ada, maka itu sebuah malapeta” tambahnya. Dia mensitir hadis nabi pada saat wuquf, orang yang yang memutus silaturrahim disuruh keluar dan tidak boleh duduk bersama nabi. Selaku Ketua MUI Kyai Ahmad menyampaikan terim kasih kepada PCNU yang berkenan menerima rombongan. “Mudah-mudahan berkah fiddunya wal akhirah”, doanya.
Peran MUI tambah pimpinan kelompok bimbingan haji umroh tersebut, MUI itu “khadimul ummah wa sadiqul hukumah”. Dalam rangkaian milad ke 50 tahun, MUI melakukan anjangsana ke beberapa ormas Islam. “Selain PCNU juga ke PD Muhammadiyah dan LDII”, pungkasnya.
Sementara itu Ketua PCNU KH. Zainal Abidin menyatakan siap berkolaborasi dengan MUI dalam upaya menyelesaikan problematika umat di Sidoarjo. PCNU menurut Kang Zainal siap mendukung apa yang menjadi program MUI dalam mensinergikan kebijakan lokal bersama pemerintah daerah di bidang keagamaan.
Perda Pesantren menjadi salah satu harapan
Dalam sesi dialog ada beberapa harapan. Misalnya dari H. Agus Mahbub Ubaidillah. Sekretaris PCNU Sidoarjo itu berharap produk fatwa MUI seyogyanya banyak disosialisasikan kepada khalayak. Permasalahan di masyarakat perlu fatwa MUI. Misalnya fenomena sound horeg yang disikapi berbeda antara MUI Jatim dan salah satu kabupaten perlu jembatani oleh MUI Sidoarjo. Sementara KH. Maimun, menyoroti dinamika politik Sidoarjo yang perlu ada sentuhan MUI. Dia berharap dimediasi oleh MUI untuk kemaslahatan umat.
Yang tidak kalah menarik usulan Sholehuddin, Sekretaris Komisi Fatwa yang juga Ketua Pimpunan Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PC ISNU) Sidoarjo tentang pentingnya perda pesantren. Menurutnya, kebijakan tentang pesantren merupakan amanah Undang undang. Karena itu, momen ini penting untuk mewacanakan perda pesantren karena mayoritas penduduk Sidoarjo adalah kaum santri dan warga NU. Sangat layak dan pantas Sidoarjo memiliki perda pesantren atas inisiasi ormas Islam.
Merespon harapan H. Agus tersebut, KH. Abdul Wahid Harun menyatakan sudah dilakukan sosialisasi berdasarkan isu yang berkembang. Misalnya, terkait penyakit hewan kurban dan sertifikasi halal sudah dilakukan. Terhadap harapan Gus Maimun dan Sholehuddin, KH. Ahmad Muhammad akan berusaha menindaklanjuti. Setelah dari PCNU rombongan MUI bergeser ke Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sidoarjo.