Ruang Baru Dakwah NU di Tengah Masyarakat Islam Perkotaan, Ini Pesan Gus Ali dan Gus Nadirsyah Hosen

Surabaya,jurnal9.tv – Hasanudin Ali, CEO Alvara Research berpendapat bahwa mayoritas warga kota melakukan ritual keagamaan ala NU, tapi keterikatan terhadap Nahdlatul Ulama itu masih rendah. Ini merupakan tantangan NU untuk lebih mendekatkan diri kepada warga yang tinggal di perkotaan.

NU harus paham, bahwa ciri masyarakat kota adalah patembayan, sedangkan masyarakat desa adalah paguyuban. Dalam berdakwah, seorang da’i tidak butuh pandai, tetapi harus cerdas menggunakan metodologi dan pendekatan yang bisa diterima oleh masyarakat. Artinya orang perkotaan butuh yang praktis, simpel, dan tidak terbelit-belit. Yang harus dibenahi yaitu seorang da’i atau seorang penceramah harus paham kondisi sosial masyarakat. Dalam berdakwah harus mengedepankan kelembutan dan kasih sayang. Hal ini disampaikan KH Agoes Ali Masyhuri, Pengasuh PP Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo dalam dialog Muktamar Talk di Tv9 Nusantara.

Gus Ali sapaan akrabnya mengingatkan, agar para dai tidak menggunakan dakwah yang kasar. “Hindari pesan kesan dakwah yang kasar, menghujat, jangan menghakimi. Karena prinsip dakwah adalah merangkul, prinsip dakwah mengobati bukan menyakiti, mencari teman bukan mencari lawan.” Ujar KH Ali Masyhuri, Pengasuh PP Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo.

Yang kedua, sudah tidak bisa dipungkiri lagi, merupakan keniscayaan warga NU harus menggunakan pendekatan digitalisasi karena sudah zamannya.

“Setiap orang ada zamannya, setiap zaman ada orangnya. Ini era digital, bukan kondisional zaman sahabat nabi lagi. Orang NU jangan sampai gaptek, tidak mengerti teknologi, tidak mengerti aplikasi. Harus mampu menggunakan akses internet, harus bisa menggunakan jejaring sosial seperti twitter, supaya jangkauan dakwah NU bervariasi.” Tambah KH Ali Masyhuri.

Nadirsyah Hosen, Rois Syuriyah PCI NU Australia-New Zealand juga memiliki pandangan yang sama dengan gus Ali. Bahwa dakwah saat ini dakwah yang dibutuhkan adalah dengan teknologi. Jika dilihat dari kisah Nabi Musa, saat Nabi Musa ditanya dalam Al-Quran surat Thaha ayat 17, yang artinya dan apakah yang ada di tangan kananmu, wahai Musa?, Nabi Musa menjawab ini tongkatku. Allah memberikan mukjizat berupa tongkat kepada Nabi Musa, sebab yang dihadapi atau objek dakwahnya adalah masyarakat yang bercirikan kepada kepercayaan terhadap sihir.

“Di zaman sekarang, di dunia modern, dunia perkotaan, saat ini bukan lagi percaya kepada sihir atau gaib, melainkan teknologi.” Ujar Nadirsyah Hosen, Rois Syuriyah PCI NU Australia-New Zealand.

“Maka apa yang ada di tangan kananmu wahai para da’i NU ini? Maka jawabnnya adalah smartphone. Ini dia tongkat kita saat ini yaitu berupa smartphone untuk menghadapi sihir teknologi. Sehingga kemudian masyarakat da’i di perkotaan ini tidak bisa berdakwah dengan baik kalau tidak bisa menguasai platform dakwah masyarakat perkotaan.” Tambah Nadirsyah Hosen.(uwh/snm)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *