Surabaya, Jurnal9.tv – Isu Childfree kembali menjadi pembahasan hangat warga Indonesia. Banyak yang menentang pilihan ini. Namun, ada juga beberapa yang mendukungnya. Apapun dibalik kontrofersinya, kita sebagai umat Islam hendaknya berpegang kepada hukum Allah dalam mengambil keputusan. Lalu seperti apa ulama melihat hukum Childfree.
Di dalam Islam ada anjuran atau kesunahan untuk memperbanyak umat nabi. Jadi apabila seseorang memilih untuk childfree maka dihukumi tarkul afdhal (meninggalkan kesunahan). Meskipun begitu, hukumnya tidak sampai menjadi haram.
Ning Fatimatuz Zahra yang akrab disapa Ning Imaz mengatakan, dalam menyikapi fenomena childfree perlu untuk mempertimbangkan segala aspek. “Jangan menganggap childfree menjadi jawaban atau solusi dari hal-hal yang kita hadapi. Misalnya, memiliki trauma tertentu ataupun merasa tidak sanggup untuk mendidik anak”.
Ning Imaz juga mengatakan dibalik anjuran memperbanyak anak, Islam juga memberikan keringanan kepada umatnya. Orang tua boleh membatasi jumlah anak ketika merasa belum siap atau karena ada faktor-faktor yang memberatkannya seperti ekonomi atau belum cukup dewasa.
Wakil Presiden, KH Ma’ruf Amin juga menyampaikan hal senada. Menurutnya, manusia memiliki tanggung jawab untuk mengelola bumi dan segala isinya.”Dalam program penanggulangan stunting, tidak ada program apa namanya itu, freechild, itu tidak ada. Dan pernikahan itu dimaksudkan untuk mengembangbiakkan manusia melalui perkawinan supaya manusia berkembang dan terus bisa mengelola bumi ini sampai batas waktu terakhirnya, sampai kiamat”.
Gus Nadirsyah Hosen juga ikut menyanggah melalui akun instagramnya. Beliau memberi statment yang mengatakan childfree tidak membuat seseorang awet muda. Menurutnya yang menjadi kunci awet muda adalah bisa mengelola masalah dan tingkat stres yang dialami.
Fakta ilmiah juga mengungkapkan, memiliki anak malah akan menumbuhkan kebahagiaan. Proses kelahiran dan menyusui menyebabkan sistem saraf dibanjiri hormon bahagia. Emosi yang dialami orang tua yang memiliki anak akan lebih kuat dibandingkan childfree.
Kebahagiaan yang dirasakan orang tua diawal akan mulai terkikis ketika bayi mulai tumbuh menjadi anak-anak. Mereka bisa sangat menuntun dan orang tua memiliki tanggung jawab penuh terhadap mereka. Tidak bisa tidur karena anak rewel, pakaian kotor yang menumpuk, dan kekacauan lain adalah konsekuensi memiliki anak.
Meskipun begitu, kegembiraan akan hadir lagi melalui pencapaian, cinta yang kuat, kesenangan bersama, dan kebahagiaan melihat anak tumbuh dewasa.
Maka dari itu, ning Imaz mengingatkan kita untuk lebih bijaksana dalam menyikapi fenomena childfree. Meskipun tidak sampai haram, anjuran syariat hendaknya diperjuangkan dari awal.
“kita harus meyakinkan diri lagi, bahwa rezeki itu sudah diatur oleh Allah. Kemudian anak-anak ini adalah amanah yang indah dari Allah jika kita mampu mengembannya dengan baik, mendidiknya dengan akhlak mulia, dan ilmu-ilmu yang bisa menjadikan anak tersebut bermanfaat bagi bangsa dan juga negaranya”. (swp/snm)