Home » Tantangan Kontestasi Demokrasi 2024, Pakar Komunikasi Politik: Rebut Hati Generasi Muda
PEMERINTAHAN & POLITIK

Tantangan Kontestasi Demokrasi 2024, Pakar Komunikasi Politik: Rebut Hati Generasi Muda

Surabaya, Jurnal9.tv – Gagasan politik Aswaja menyongsong kontestasi demokrasi 2024, dibahas dalam dialog jurnal9 pagi akhir pekan di Tv9 Nusantara. Dialog ini mengundang KH Maman Imanul Haq, Sekretaris Dewan Syuro DPP PKB, Dr. Suko Widodo, Pengamat Politik Unair, Nyarwi Ahmad, Ph.D., Indonesian Presidential Studies. Salah satu bahasan diskusi ini adalah pernyataan Ketua umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf bahwa NU terbuka bagi siapapun atau partai apapun yang ingin berkontribusi dalam membangun NU. Apakah pernyataan ini akan berdampak pada kontestasi pemilu 2024.

Menanggapi hal ini, Nyarwi Ahmad, Ph.D. dari Indonesian Presidential Studies mengatakan bahwa berdasarkan data, basis warga yang terafiliasi dengan NU sangatlah besar. Meskipun begitu, PKB sebagai partai yang berorientasi kepada orgasisasi atau didirikan oleh tokoh-tokoh NU belum bisa sepenuhnya mengambil potensi pemilih NU.

Nyarwi Ahmad, juga bercerita bahwa tantangan terbesar dari anggota dewan adalah tidak sampainya informasi tentang apa yang mereka kerjakan kepada masyarakat. selain itu, di antara partai tidak ada blok yang jelas sehingga antar partai tidak bisa mengklaim sebagai wujud perjuangan politik suatu partai.

Salah satu kehebatan NU adalah mampu menguat dengan membawa politik aswaja yang menempatkan diri di posisi tengah-tengah. Ini berbeda  dengan yang terjadi di berbagai negara di mana politik kiri atau kanan yang berkembang dan politik tengah-tengah menjadi kurang populer atau ditinggalkan.

Sementara Dr. Suko Widodo, Pengamat Politik Unair, mengatakan bahwa NU adalah Indonesia dan Indonesia merupakan bagian dari nilai yang dibangun oleh NU, karena NU lahir  pada ’26 sebelum Indonesia merdeka. Dan yang terpenting menurutnya adalah bagaimana ideologi aswaja bisa memberikan dampak positif kepada masyarakat.

“Sekarang itu permasalahannya bagaimana politisi itu melakukan pekerjaan ideologi aswaja ke masyarakat”. Dr Suko Widodo melanjutkan “kalau mau aswaja jangan korupsi, kalau  masih ada korupsi berarti belum aswaja”.

Dr Suko Widodo juga  bercerita, saat ini ada istilah kritik dalam situasi saat ini yaitu ‘ada banyak orang berbincang tapi tidak berkomunikasi’. Dia menjelaskan bahwa klaim tentang aswaja jangan hanya menjadi ajang promosi tapi juga menjadi komunikasi. 

Terkait dengan pernyataan KH Yahya Cholil Staquf dan dihubungkan dengan PKB, Dr Suko Widodo mengatakan bahwa ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi PKB. Menurutnya sebagai partai besar, PKB memiliki pengalaman dalam menjalankan politik aswaja. “Dia punya pengalaman. Tinggal seberapa kuat dia me-manage dengan barisan yang tertib, dengan disiplin”.

Dr Suko Widodo berpesan bahwa kunci kesuksesan pada kontestasi politik ke depannya adalah bisa merangkul generasi muda. Dalam merangkul generasi muda tidak harus dengan berpakaian seperti mereka. mendengarkan aspirasi, dan berkomunikasi dengan baik  adalah cara untuk mendapatkan hati.

Menutup dialog Nyarwi Ahmad, mengatakan, selain mendengarkan aspirasi anak muda, memberikan apa yang mereka butuhkan semisal lapangan pekerjaan merupakan cara yang ampuh untuk mendapatkan hati. (swp/snm)