Home » Prihatin Lingkungan Tercemar, Siswa MAN Sidoarjo Ciptakan Alat Penyerap Air Timbal
PERISTIWA

Prihatin Lingkungan Tercemar, Siswa MAN Sidoarjo Ciptakan Alat Penyerap Air Timbal

SIDOARJO, JURNAL9.tv – Manfaatnya ilmu adalah saat dipraktikkan dan berguna bagi orang banyak. Seperti yang dilakukan tiga siswa kelas XI Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sidoarjo. Niza Zahrani, Moh Is’ad Rozan dan Reza Adrio Farezi menciptakan alat penyerap air timbal dengan menggunakan cairan chitosan (limbah udang) dan biochar bambu) arang kayu.

Penelitian para siswa ini dilakukan karena banyak keluhan para petani tambak. Hasil panen udang semakin tahun semakin menurun karena lingkungan yang sudah tidak sehat akibat tercemari limbah.

Pihak madrasah sangat prihatin dengan kondisi lingkungan di wilayah Sidoarjo telah tercemari limbah industri. Keluhan tersebut akhirnya ditindaklanjuti oleh guru dan siswa untuk membuat sebuah gagasan untuk mencari solusi agar petani tambak bisa menghasilkan panennya seperti sebelum terkena limbah industri.

“Semua pihak baik siswa maupun guru bersepakat bagaimana cara mencari solusi,” Abdul Jalil Kepala MAN Sidoarjo.

Proses penelitian dalam menjernihkan dilakukan dengan meneliti kandungan air Sungai Buntung yang ada di wilayah Waru Sidoarjo karena diketahui banyaknya kandungan air timbal yang disebabkan dari limbah industri.

“Iya, penelitian ini sengaja dilakukan karena prihatin dengan kondisi lingkungan telah tercemari oleh limbah industri,” ujar Reza Adrio Farezi.

Penelitian tersebut hanya menggunakan cairan chitosan(limbah udang)dan biochar bambu(arang kayu)serta bantuan instalasi generator pengolahan penyerapan timbal.

Cairan hitosan (limbah) udang tersebut berfungsi untuk menyerap kandungan air sungai yang telah tercampuri timbal industri. Sedangkan biochar bambu (arang kayu) berfungsi untuk menjernihkan air yang sudah diserap oleh cairan chitosan atau limbah udang.

Dari instalasi generator tersebut air sungai disedot melalui pipa input dan menuju bak penampungan pertama yang dicampuri oleh cairan chithosan serta diaduk menggunakan turbin. Setelah itu air didiamkan selama 3 hari guna mengendapkan kadar timbal dan dialirkan menuju biochar bambu (arang kayu) dengan bantuan sinar matahari dengan harapan penjernian air dapat dipakai oleh petani tambak.
Dari inovasi ini, pihak sekolah berencana mendaftarkan jadi hak paten agar hasil temuan dan penelitian siswa tidak diakui oleh pihak lain. Apalagi penelitian para siswa ini telah memenangkan kompetisi di tingkat internasional beberapa waktu lalu.(hid/shk)

Tags