Home ยป Kiai Said Aqil: Ramadhan Mau Berakhir, Pastikan Bisa Petik Buah Spiritualnya
PERISTIWA

Kiai Said Aqil: Ramadhan Mau Berakhir, Pastikan Bisa Petik Buah Spiritualnya

Surabaya, Jurnal9.tv

Buah spiritual dari Bulan Suci Ramadhan adalah tazkiyatun Nafs, yakni terbangunnya karakter dan kepribadian yang baik serta tersucikannya jiwa. Maka ketika berada di penghujung Ramadhan, menjadi penting bagi setiap muslim memastikan dirinya memetik buah itu agar shaum atau puasa selama bulan ramadan menjadi shiyam, yakni berpuasa dengan beramal seperti saat ramadhan sepanjang tahun hingga berjumpa dengan ramadhan berikutnya.

WhatsApp Image 2021-05-09 at 20.37.31

Demikian kesimpulan perbincangan dengan Ketua Umum PBNU Prof KH Said Aqil Siroj, dalam live program Tabuh Maghrib yang disiarkan Live TV9 Nusantara pada Ahad, 9 Mei 2021 dan dipersembahkan oleh NUcare Lazisnu. Program Tabuh Maghrib merupakan program unggulan nasional stasiun Televisi swasta milik Nahdlatul Ulama ini, setiap harinya menghadirkan perbincangan agama dengan para ulama mulai pukul 14.00 WIB hingga jelang Maghrib.

Lebih lanjut, Kiai Said mengajak seluruh umat Islam untuk tidak melewatkan begitu saja momentum ramadhan. Sebaliknya, pengasuh PP Al Tsaqafah Jakarta mengajak semua pihak bisa mengoptimalkannya. Caranya, janganlah Ramadhan semata dipandang sebagai ibadah rutin tahunan, tetapi jadikan ia sebagai cara mendekat pada Allah hingga akan diperoleh keabadian dan persaksian akan kehadiran Allah dalam kehiduoan kita.

“Istilah tashawwufnya, Ramadhan jangan hanya sebagai ta”abbud, tetapi harus mampu digunakan sebagai taqarrub, dan kelak kita akan peroleh derajat tahaqquq,” tegasnya.

Kiai Said menjelaskan bahwa memetik buah spiritualitas dari Ramadhan adalah sebuah keniscayaan. Baginya, salah satu kekhususan manusia adalah memiliki sisi spiritualitas atau ruhaniyah di samping sisi jasmaniyah sebagaimana makhluk hidup umumnya. Ramadhan saat tepat untuk melakukan tarbiyah-ruhaniyah atau pendidikan spiritualitas melalui pengendalian hawa nafsu dari segala yang membatalkan puasa seperti makam minum dan hubungan biologis.

“Bukan itu saja, pendidikan spiritualitaa juga dilakukan dengan menahan diri dari segala yang membatalkan pahala puasa dengan mengendalikan semua anghota tubuh dari maksiat kepada Allah sebagaimana menggunjing, menfitnah, berbohong dengan menyebarkan kabar hoax dan sebagainya,” tandasnya.

Salah satu tanda seseorang memetik buah spiritualitas Ramadhan adalah kian nyatanya persaksian dia akan ketauhidan Allah. Karena Puncak dari spiritualitas adalah Tauhid, yakni tidak adanya kepentingan lain kecuali Allah. Kehidupannya dipenuhi persaksian bahwa semuanya di bawah kuasa Allah, dan semua hal ditujukan, dan disatukan untuk Allah semata.

“Kalau hati dan jiwa kita sudah merasakan getaran itu, pertanda kita sedang menikmati buah spiritual bulan Mulia Ramadhan,” kata Kiai Said yang meraih gelar Doktornya di bidang tasawuf falsafi dari Universutas Ummul Quro Makkah, Arab Saudi. (*)

Tags