Home » Prof Muzakki : Khofifah-Emil Miliki Rekam Jejak Kepemimpinan Sosial Kuat dan Birokrasi Mapan
PEMERINTAHAN & POLITIK

Prof Muzakki : Khofifah-Emil Miliki Rekam Jejak Kepemimpinan Sosial Kuat dan Birokrasi Mapan

 

Surabaya, Jurnal9.tv – Sukses memimpin birokrasi itu tidak butuh waktu lama. Tapi ada syaratnya, yaitu, rekam jejak kepemimpinan sosial yang kuat, punya pengalaman birokrasi yang mapan, baru akan muncul tata kelola baru yang dibutuhkan. Hal itu disampaikan Prof Akh. Muzakki,M.Ag, Grad.Dip.SEA,M.Phil, Ph.D dalam Kopilaborasi yang bertema “4 Tahun Kepemimpinan Khofifah-Emil: Kepemimpinan Teknokratik”.

“Saya melihat dari data yang disampaikan oleh teman saya ini Pak dokter sufyanto itu kan capaian kepemimpinan bu khofifah sama Mas Emil dalam 4 tahun terakhir di bidang sosial politik, sosial keagamaan, stabilisasi politik,  capaian ekonomi, menjelaskan kepada kita bersama ternyata kepemimpinan beliau berdua ini bagi saya itu tidak mengagetkan. Karena Bu Khofifah ini punya rekam jejak kepemimpinan sosial yang kuat, punya pengalaman birokrasi yang mapan,” ujar Prof Muzakki mengawali statementnya dalam dialog yang disiarkan di Tv9 itu.

Ketika dibutuhkan untuk memimpin birokrasi di Jawa Timur maka tak heran jika angka kepuasan masyarakat jawa timur mencapai 83,8 persen.

Prof Muzakki juga menambahkan bahwa, birokrasi juga penting disupport oleh pengalaman kepemimpinan sosial. Kepemimpinan sosial penting untuk membangun bangsa ini. Di banyak tempat yang namanya pandemi pandemi covid 19, itu pasti menurunkan banyak kapasitas. Ini sebetulnya adalah problem kesehatan tetapi menjadi program multidimensional.

“ Pandemi Covid-19 risis kesehatan tetapi berdampak multidimensional. Tapi kita lihat tadi kan trennya yang disampaikan oleh temuan Pak Sufyanto,  naik semua dalam tiga empat tahun terakhir gitu. Nah soal bahwa di Tahun 2022 ada penurunan itu penting untuk menjadi catatan kita bersama bahwa pengembangan ekonomi kita ini tidak menjadi bagian yang terpisah dari ekosistem sosial ekonomi yang ada secara nasional bahkan global, ketika ada perang Rusia Ukraina menimbulkan krisis,” jelasnya.

“Kalau saya boleh mengistilahkan, mungkin tidak cukup menggambarkan kepemimpinan Bu Khofifah sama Mas Emil dengan istilah kepemimpinan teknokratik. Kalau saya bisa menyebut adalah kepemimpinan technokratik plus,” imbuhnya.

Kepemimpinan Plus yang dimaksud Prof Muzakki adalah Keterampilan Khofifah-Emil menginsersi (memasukkan) nilai living values, nilai yang hidup di tengah masyarakat di Jawa Timur, sebagai bagian dari cara membangun tata kelola baru di birokrasi Jawa Timur.

Salah satu living value yang kuat yang ada di Jawa Timur yaitu tumbuhnya ormas keagamaan lain baik islam dan non islam, bersamaan dengan tingkat perekebangan NU di Jatim yang mencapai 73 persen.

Yang tidak kalah penting menurut Prof Muzakki adalah bagaimana kemudian menyempurnakan pendekatan pentahelix yang selalu disampaikan oleh Bu Khofifah dan Pak Emil. Angka 83.8 persen itu akan meningkat pabila Gubernur wakil melakukan social engagement. Bagaimana caranya melakukan social engagement dalam pengembangan ekonomi stabilisasi sosial politik. Selain itu juga penting titik-titik centrum masyarakat itu diajak serta sebagai pelaku dengan memunculkan agensi sosial, ada pahlawan ekonomi yang muncul di daerah.

“Menurut saya, Gubernur dan Wakil Gubernur penting mengajak serta Bupati Wali Kota dalam fungsi koordinasi”.

Dalam kesempatan tersebut, Prof Muzakki juga mengutip Quotes yang disampaiakan Gubernur Khofifah pada saat rakor yang dihadiri oleh OPD Pemprof jatim, yaitu “Orang itu mulia syaratnya dua kata beliau, Jika dia terpelajar dan sejahtera. Beda lho ya istilah terpelajar dengan pintar. Kalau pinter itu penguasaan kepada informasi sebelumnya, ukurannya adalah ujian.  Terpelajar kapasitasnya menguasai pengetahuan sebelumnya tapi juga menyikapi sesuatu yang sedang terjadi dan akan terjadi”.

Profesor yang juga Sekretaris PWNU Jatim itu juga mengingat betapa pentingnya sejahtera. Karena sehebat apapun demokrasi kalau tidak mampu menyejahterakan bangsanya maka menjadi pertanyaan besar hari ini. (snm)