Bondowoso, jurnal9.tv -Menko Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) menitipkan “Program Kerakyatan” Presiden Prabowo dan Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar menitipkan “5.0 NU” kepada ratusan peserta Musyawarah Nasional I (Munas I) Majelis Alumni (MA) Ikatan pelajar NU (IPNU).
“Saya senang berada di sini, karena alumni IPNU itu hebat, saya punya satu anak buah yang alumni IPNU saja sudah membantu, apalagi kalau lebih,” katanya dalam sambutan Menko Pangan pada pembukaan Munas I MA IPNU di Bondowoso, Jawa Timur, Sabtu.
Dalam acara yang dihadiri Utusan Presiden Bidang Pariwisata Zita Anjani (putri Zulhas), Staf Kemenko Pangan Faisal Reza, Komite IV DPD H Ahmad Nawardi, Ketua MUI RI Zainut Tauhid, Ketua Baznas RI Prof Noor Ahmad, dan 300-an peserta Munas I MA IPNU dari 28 provinsi, ia menceritakan kemajuan negara-negara tetangga yang sangat cepat.
“Sebelum reformasi, kita sebenarnya sudah maju dibandingkan negara-negara tetangga seperti Singapura, Korea, Vietnam, dan sebagainya, tapi negara tetangga itu sangat cepat dalam kemajuannya, sehingga kita sekarang sudah disalip mereka,” katanya.
Menurut dia, Indonesia yang kemajuannya kalah cepat dengan negara tetangga itu disebabkan empat hal. Pertama, politik hanya asal survive, sehingga rakyat cukup diberi biaya politik, lalu merasa damai tanpa punya target lebih maju lagi.
Kedua, pengusaha juga hanya “jago kandang” sehingga mereka menguasai 80 persen “kue” ekonomi di Indonesia dan akhirnya masyarakat pun tidak bisa maju secara ekonomi. “Batubara sudah dan sekarang mereka mau nikel dan potensi dalam negeri lainnya, karena itu Presiden Prabowo memerintahkan mereka untuk go-internasional,” katanya.
Ketiga, reformasi juga membuat kekayaan Indonesia justru “berputar” pada 10-20 orang saja, karena rakyat tetap “diberi” dan kecil. Keempat, pendidikan juga berorientasi pada mencari kerja, bukan menciptakan pekerjaan, karena terbiasa “menerima” itu.
“Keempat penyebab itu ingin diselesaikan Presiden Prabowo melalui program kerakyatan, seperti pengusaha besar diminta go-internasional, fokus pada persatuan melalui amesti-abolisi agar bisa maju bersama, program pemberdayaan dalam pertanian-pangan agar masyarakat tidak diatur 2-3 orang soal teh, 1 orang soal mie. Koperasi desa juga bukan bagi-bagi uang tapi sentra bisnis potensi daerah,” katanya.
Sementara itu, Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar menitipkan “5.0 NU” kepada kader NU dari Majelis Alumni (MA) Ikatan pelajar NU (IPNU), karena IPNU adalah dapur besar NU, mulai meracik, meramu, memasak, meski sempat jadi ashabul kahfi karena bergeser dari pelajar ke putra.
“IPNU dikatakan dapur NU, karena ilmu adalah maqom tertinggi dalam Islam, apalagi ada belajar, bertakwa, dan berjuang (spirit IPNU). Tapi, sekarang hidup di zaman saling bunuh, bukan bunuh fisik, tapi bunuh karakter melalui medsos yang sudah sampai pada 4.0,” katanya.
Oleh karena itu, NU perlu punya 5.0, yakni grand idea (ilmu, aswaja), grand desain (motivasi/spirit juang/karakter tahan banting), grand strategi (kaderisasi, distribusi kader), grand controlling (kesinambungan), dan grand sami’na wa atho’na (kebesaran organisasi). “5.0 itu harus dimiliki IPNU, baik kader maupun alumni,” katanya.
Hal itu “di-amin-i” Ketua Presidium Pusat MA IPNU H Hilmy Muhammadiyah. “Majelis alumni memang punya tiga target yakni silaturahmi alumni, kontribusi alumni kepada yunior IPNU, dan supoorting alumni kepada NU,” katanya. (*/fpnu)