Home » Menyemai Suluh Damai di Pesta Demokrasi
opini

Menyemai Suluh Damai di Pesta Demokrasi

Khoirul Anwar, CEO Times Indonesia, Pengurus LTN PBNU

Di tengah hiruk-pikuk pesta demokrasi yang menderu, Indonesia, layaknya kapal agung yang berlayar di samudra luas, dihembuskan angin dari segala penjuru. Pemilu 2024, bukanlah badai yang mengancam akan mengoyak layar, melainkan angin segar yang membawa kapal agung ini melaju lebih kencang dan lebih jauh.

Dalam kebersamaan, kita diajak untuk merenungkan kembali esensi demokrasi yang sesungguhnya: bukan arena pertarungan yang memisahkan, tapi perhelatan besar yang mempersatukan dalam pemilihan arah untuk kemajuan bersama.

Jejak langkah bangsa ini terukir dari cerita perjuangan dan keberanian, dari masa ketika kemerdekaan bukanlah kata yang mudah diucapkan. Para founding fathers, ulama, dan jurnalis, bukan sekedar pahlawan dalam cerita-cerita lama. Mereka adalah pelita yang menerangi jalan kebersamaan dalam keberagaman.

Soekarno, Hatta, Sutan Syahrir, para ulama besar seperti KH Hasyim Asy’ari, serta jurnalis-jurnalis pemberani seperti Tirto Adhi Soerjo, telah menunjukkan bahwa kekuatan bangsa ini terletak pada persatuan. Dengan suara dan pena, mereka membentangkan jembatan dari perbedaan menuju kepada persatuan yang kokoh.

Tanah Air ini, dengan segala keanekaragamannya, dibangun di atas fondasi gotong royong dan toleransi. Sebuah refleksi diri, melihat kembali bahwa Indonesia adalah bukti nyata dari Bhinneka Tunggal Ika yang bukan sekedar semboyan, melainkan nyawa dari bangsa ini.

Melalui pidato dan tulisan para pemimpin bangsa yang legendaris, kita diingatkan kembali tentang pentingnya persatuan. “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya,” kata Bung Karno. Saatnya kita membuktikan penghormatan itu dengan menjaga keutuhan dan kedamaian negeri.

Demokrasi, dengan segala dinamikanya, memberikan kita ruang untuk memilih. Juga mengingatkan kita tentang tanggung jawab. Bukan sebagai arena pertarungan yang memisahkan, melainkan sebagai jalan yang kita tempuh bersama, menuju pemahaman dan kemajuan bersama.

Perbedaan pendapat dan pilihan, dalam demokrasi, bukan akhir dari dialog. Itu adalah awal dari sebuah pemahaman yang lebih dalam. Pilpres 2024, dengan segala hiruk-pikuknya, bukanlah titik pembagi. Itu adalah titik temu dari berbagai aspirasi yang beragam untuk kemajuan bersama.

Kisah-kisah gotong royong dan toleransi dari berbagai penjuru tanah air adalah bukti nyata bahwa nilai-nilai ini bukan hanya warisan. Tapi juga kunci dari kemajuan bangsa.

Dari kisah desa tanpa rokok di Jawa Timur hingga kerja bakti membangun kembali desa pasca-bencana di Sulawesi, kita telah menunjukkan bahwa kebersamaan adalah kekuatan terbesar kita. Pesta demokrasi adalah saatnya untuk menguatkan kembali spirit gotong royong, toleransi, dan partisipasi aktif dalam pembangunan bangsa.

Merajut Semesta Demokrasi

Dalam semesta demokrasi yang kita rajut bersama, setiap suara adalah benang yang menyatukan, bukan pisau yang memisahkan. Kita diingatkan oleh sejarah bahwa bangsa ini dibentuk dari mimpi-mimpi besar dan perjuangan bersama, bukan dari kemenangan sepihak atau kekalahan yang memilukan.

Mari rajut kembali mimpi itu. Sulam dengan benang kebersamaan di atas spirit toleransi dan gotong royong. Ciptakan tapestri masa depan Indonesia yang lebih cerah dan berwarna.

Pilpres telah memberikan pelajaran berharga tentang kekuatan dialog, pentingnya mendengarkan, dan keindahan dalam perbedaan. Ini bukan hanya tentang siapa yang menang atau kalah, melainkan tentang bagaimana kita, sebagai bangsa, bisa bergerak maju bersama, menatap masa depan dengan satu visi, satu harapan, untuk Indonesia yang lebih baik.

Kita berdiri di persimpangan jalan sejarah, di mana setiap pilihan kita akan menentukan arah bangsa ini. Kita dipanggil oleh waktu untuk menjadi lebih dari sekadar pemilih dalam Pilpres, melainkan sebagai pembangun bangsa, yang dengan sabar dan penuh harapan, menempa Indonesia menjadi negara yang kuat, adil, dan sejahtera.

Saatnya bagi kita semua, tanpa terkecuali, untuk mengambil peran dalam narasi besar ini. Dari pemimpin dan politisi hingga rakyat jelata, mari kita genggam erat tangan satu sama lain, menatap ke depan dengan keyakinan bahwa bersama, kita bisa mencapai lebih banyak. Kita adalah anak-anak Indonesia, pewaris sejarah yang kaya, dan pembuat masa depan yang gemilang.

Masa depan Indonesia tergantung pada bagaimana kita, baik yang menang maupun yang kalah dalam Pilpres, bersatu kembali untuk membangun negeri ini. Persaingan dalam Pilpres adalah wujud nyata dari dinamika demokrasi. Namun setelahnya, semua pihak harus kembali pada tujuan utama kita: membangun Indonesia yang lebih baik.

Marilah kita sambut hasil Pilpres dengan hati yang terbuka dan jiwa yang besar. Mari kita jadikan momen ini sebagai kesempatan untuk memperkuat komitmen kita pada nilai-nilai luhur bangsa. Karena di atas segalanya, Indonesia adalah kita, dan masa depannya terletak pada tangan kita bersama.

Dengan semangat gotong royong dan toleransi, mari kita bangun Indonesia yang damai, maju, dan sejahtera, dari era presiden ke presiden, sebagai bukti bahwa demokrasi kita adalah alat untuk memperkaya kehidupan bersama, bukan tujuan akhir yang memecah belah.

Mari kita sambut fajar baru dengan tekad yang baru. Bukan sebagai lawan, tapi sebagai saudara sebangsa dan setanah air, yang siap membangun, memperbaiki, dan memajukan Indonesia. Bersama, kita bisa, dan bersama, kita pasti akan mencapai Indonesia yang kita impikan. (*)