Kisah Warga di Kaki Mahameru Bangkit Dari Musibah Awan Panas

Surabaya, jurnal9.tv -Di bawah lereng megah Gunung Semeru, pagi menampakkan pesonanya dengan lembut. Cahaya matahari merembes melalui sela-sela pepohonan, menari di atas atap rumah-rumah yang dibangun senada.

Aroma tanah basah dan embun segar mengisi udara, menyapa setiap jiwa yang terjaga, menggugah semangat baru. Kaki Semeru, pagi bukan sekadar waktu, melainkan awal dari kisah-kisah baru yang terukir dalam benak setiap penghuni. Di sini di area ribuan Hunian Tetap (Huntap) Bumi Semeru Damai (BSD) di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang (19/9).

Tidak banyak warga terlihat beraktifitas dalam area Huntara blok F 10 saat pagi hingga siang hari, mereka mayoritas keluar untuk bekerja mencari nafkah agar asap dapur tetap mengepul, Beberapa warga terlihat duduk di halaman untuk bercekrama sambil mengasuh anak balitanya serta menceritan kisah haru tragedi bencana alam berupa awan panas guguran ( APG) yang meluluh lantakan tempat tinggalnya.

Gunung Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa, kembali beraktivitas dengan memuntahkan awan panas pada 4 Desember 2021, Akibat fenomena alam ini, sebanyak 1.979 jiwa dari Kecamatan Candipuro, Desa Sumberwuluh ada Dusun Kebondeli Selatan, Kebondeli Utara, Kajar Kuning dan Kamar Kajang. Sedangkan dari Kecamatan Pronojiwo, Desa Supiturang ada Dusun Gumukmas, Curah Kobokan dan Sumbersari terpaksa mengusi ke 11 titik lokasi pengusian.

Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menginformasikan rincian lokasi pengungsian, termasuk 266 orang di SDN 4 Supiturang dan 217 orang di Balai Desa Oro-oro Ombo.

Kondisi di sekitar kawasan terdampak menunjukkan dampak yang cukup serius. Pusdalops BNPB mencatat bahwa akibat awan panas tersebut, 29 ekor ternak dilaporkan mati. Selain itu, 71 hektar lahan pertanian mengalami kerusakan, sementara 2 unit jembatan, 3 kilometer ruas jalan, 1 fasilitas pendidikan, dan 4 tempat ibadah juga turut terdampak.

Gerak Cepat Pemerintah Bangun Huntara

Setelah masa gawat darurat terlewati dan kondisi dinyatakan aman, Pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah mengambil langkah dengan membangun Hunian Tetap (Huntap) di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang. Proyek ini bertujuan memberikan tempat tinggal yang layak bagi warga yang terdampak bencana.

Pembangunan Huntap ini melibatkan 1.951 unit rumah tipe 36, yang dimulai pada Januari 2022 dengan anggaran sekitar Rp350,5 miliar. Teknologi yang digunakan adalah Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha) dan konstruksi knock down, yang memungkinkan proses pembangunan berlangsung cepat. Pemerintah Kabupaten Lumajang telah menetapkan calon penghuni Huntap berdasarkan nama per alamat.

Pada awal Juni 2023, proses pembangunan Huntap di Desa Sumbermujur telah rampung. Lokasi pemukiman baru ini telah mendapatkan rekomendasi dari Badan Geologi, BNPB, dan BMKG untuk dijadikan smart village. Penamaan hunian tersebut adalah Bumi Semeru Damai (BSD), yang diharapkan dapat memberikan
kenyamanan bagi para penghuninya.

Huntara Mengobati Trauma Warga

Tinggal di huntap, bagi Suyadi dan Lamsino, adalah upaya menghapus trauma. Dusun mereka, Kajar Kuning, Desa Sumberwuluh, dihujani abu saat Semeru meletus pada 4 Desember 3 tahun lalu yang membuat warga kalang kabut, tunggang-langgang, menyelamatkan diri.

”Saya kalau ingat-ingat peristiwa itu saja masih ngeri. Takut,” ucap Lamsino dengan nada bergetar. Lamsino dan Samidi terlihat mengobrol gayeng di ruang tamu ditemani kopi hitam dan rokok lintingan, keduanya merupakan penyitas awan panas guguran ( APG) semeru mengaku bersyukur mendapatkan huntap di kloter pertama. Setelah berbulan-bulan tinggal di tenda pengungsian di Desa Penanggal.

Meski semua keluarganya selamat saat kejadian, kecamuk panas abu gunung setinggi 3.676 meter itu, jeritan tetangga, dan teriakan anak-anak membuatnya ogah kembali ke desa. Huntap pun menjadi kesempatan bagi dia untuk membangun kembali kehidupan.

Kepala Desa Sumber Mujur Yayuk Sri Rahayu mengatakan Huntap Bumi Semeru Damai dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang menunjang kehidupan sehari-hari, termasuk fasilitas pendidikan, tempat ibadah, dan pasar. Dengan adanya Huntap ini, diharapkan warga yang terdampak erupsi Gunung Semeru dapat kembali membangun kehidupan mereka dengan lebih baik dan aman.

Ketersediaan jaringan listrik merupakan bantuan dari PLN UID Jawa Timur yang mengalokasikan anggaran sebesar Rp 4,8 miliar. Aliran listrik huntap APG Semeru ini disuplai dari penyulang Pronojiwo dan membutuhkan penambahan 79 tiang Tegangan Menengah (TM), 133 tiang Tegangan Rendah (TR), 3.158 kilometer sirkuit (kms) jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM), jaringan Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) sepanjang 6,447 kms serta 7 unit gardu distribusi.


Dorong Ekonomi Warga dari Kandang Komunal Hingga Lapak UMKM

Tragedi APG tersebut membuat Lamsino bener – bener mengalami trauma mendalam, ia yang awalnya bekerja sebagai penambang pasir di kali memilih untuk banting setir memulai usaha baru untuk menyambung hidupnya dan keluarga. Lamsino saat ini beternak kambing di kandang komunal yang disediakan oleh pemerintah di area huntap. Hasilnya memang tidak seberapa dibandingkan pekerjaanya dulu. Faktor keamanan dan dekat dengan keluarga membuatnya tetap menikmati profesinya tersebut.

Dengan modal awal berupa bibit kambing bantuan pemerintah mengucurkan stimulan berupa ternak kambing komunal. Langkah ini membuahkan hasil yang cukup bagus. Buktinya dalam waktu 8 bulan bantuan berupa anak kambing itu mampu berkembang hingga hampir 100% dari jumlah yang diberikan. Memang, lanjut Patria, kebarhasilan itu tidak terjadi begitu saja, sebab pada awalnya ada yang tidak behasil. Dari situlah terus dilakuan evaluasi dan belajar untuk memberikan yang terbaik dalam penanggulangan bencana dan pemulihkan kehidupan.

Yayuk Sri Rahayu Kepala Desa Sumbermujur menyebut pemerintah telah mendirikan lapak lapak khusus yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para penyintas erupsi Semeru ini. Sebagaimana dijelaskan lokasi Huntap ini didirkan.

“Sebenarnya disini sudah dibangunkan tempat tempat UMKM, monggo ditempati itu untuk berjualan disini,”ujarnya.

Pemprov Jatim Menyambung Akses Yang Terputus

Bencana erupsi terus menghampiri, pada jum at 7 Juli 2023 Curah hujan tinggi mengguyur lingkar Semeru. Memicu terjadinya longsor dan banjir lahar di Kecamatan Pronojiwo, Candipuro, Tempursari, Pasirian dan Pasrujambe.
Bencana ini menelan 3 korban jiwa meninggal dunia, 1.038 jiwa mengungsi di 18 titik, 5 unit rumah rusak, 1 unit jembatan penghubung Lumajang-Malang terputus dan tertutupnya jalan karena longsor di Piket Nol. Jembatan Mujur II Kloposawit, penghubung Desa Kloposawit dan Desa Tumpeng, jembatan gantung Kali Regoyo di Desa Kebondelli putus total akibat lahar dingin. Debit lahar dingin setinggi lima meter bergolak meruntuhkan beton.

Jembatan gantung Kali Regoyo memiliki panjang bentang 150 meter, dan lebar 2,25 meter dengan lebar lalu lintas 1,8 meter. Kemudian Jembatan Mujur II/Kloposawit memiliki panjang bentangan 35,85 meter dan lebar 5,10 meter dengan lebar lalu lintas 4,75 meter. Untuk Jembatan Kloposawit, akan dibangun jembatan bailey.

Dinas PU Bina Marga Provinsi Jawa Timur membangun kembali Jembatan Mujur II yang putus karena hantaman jutaan kubik kayu-kayu besar. Desain jembatan baru itu menelan anggaran Rp11 miliar, konstruksi bailey rangka baja 13 panel atau sepanjang 39 meter dan lebar 5,1 meter. Umur jembatan diprediksi mampu mencapai 50 tahun dengan kekuatan menahan beban lalu lintas 40 ton. Kanan kiri sungai dibangun bronjong sebagai penahan. Jembatan putus itu dinormalkan kembali secepat kilat.

Pada 18 April 2024, banjir lahar dingin kembali menerjang sejumlah jembatan. Termasuk Jembatan Mujur II atau Jembatan Bailey yang belum satu tahun diresmikan, sempat mengalami kerusakan pada sisi-sisi tertentu, tetapi masih kokoh berdiri. Sementara tanggul samping jembatan utama runtuh, sehingga memerlukan perbaikan ulang yang dikerjakan hanya dalam waktu dua bulan. Jembatan Mujur II Kloposawit, diresmikan kembali oleh Penjabat (Pj) Gubernur Jatim Adhy Karyono, pada 8 Juni 2024.

Warga Sumber Mujur Siap jadi Desa Tangguh Bencana

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang Patria Dwi Hastiadi menuturkan, awan panas guguran Gunung Semeru pada Desember 2021 menjadi evaluasi untuk meningkatkan pelatihan kesiapsiagaan. Salah satu upaya yang dilakukan yakni membentuk desa tangguh bencana (Destana). Melalui program desa tangguh bencana (Destana), BPBD Kabupaten Lumajang merumuskan pelatihan kesiapsiagaan bencana untuk diri sendiri, keluarga, kelompok masyarakat, dan sekolah. Hingga saat ini ada 6 desa di Kecamatan Candipuro dan 6 desa di Kecamatan Pronojiwo yang menjadi Desa Tanggap Bencana. Mewakili Kalaksa BPBD Jatim, Analis Kebencanaan Dadang Iqwandy mengatakan, pembentukan Destana ini memang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana.

Harapannya, dengan semakin meningkatnya kapasitas dan pemahaman masyarakat akan penanganan bencana, maka risiko dan dampak bencana akan semakin berkurang.