Tuban, Jurnal9.tv – Haul ke-53 KHR Ali Manshur yang dilaksakan di mahbarah KH Ali Manshur Shidiq, Maibit, Rengel, Tuban. (13/08/2023)
Acara tersebut diawali dengan pembacaan shalawat nabi, pembacaan Al Quran, pembacaan surat yasin, pembacaan shalawat badar, sambutan-sambutan dan ditutup dengan mauidhotul hasanah.
KH. Ali Makki Zaini, Ketua PCNU Banyuwangi mengungkapkan, pada tanggal 30 Mei 2022, diresmikan dan ditandatanganinya prasasti Banyuwangi sebagai Bumi Shalawat Badar.
“Waktu itu yang diresmikan oleh Rais ‘Aam PBNU KH. Miftakhul Akhyar bersama Pemerintah dan kebetulan disaksikan juga oleh Gubernur Jawa Timur. Sejak saat itu, kita deklarasikan Banyuwangi sebagai Bumi Shalawat Badar.”
Shalawat Badar yang diciptakan KH Ali Manshur Shiddiq pada tahun 1962 di Banyuwangi Provinsi Jawa Timur telah diakui menjadi warisan budaya tak benda pada 21 Oktober 2022 oleh Mendikbud Ristek.
Ada Sejarah Haul yang tidak bisa kita pungkiri bahwa, beliau KH Ali Mansyur sudah lama tiada, akan tetapi sampai saat ini masih banyak yang menyanjung beliau, karya-karyanya juga semakin ditampakkan oleh Allah SWT. Kelebihan-kelebihan yang multitalenta sebagai santri yang akhirnya menjadi Kiai karena beliau sangat menjunjung tinggi sebuah Ilmu.
H. Riyadi, S.H, Wakil Bupati Tuban menjelaskan, terdapat hikmah yang dapat kita petik dari KH Ali Manshur.
“Apa yang dapat kita petik adalah ilmu, karena ilmu lah yang dapat mengantarkan kepada cita-cita,”
“Hikmah kedua, mbah ali Mansyur juga sebagai abdi negara, sebagai PNS, mudah-mudahan kalau kita memiliki cita-cita ingin memberikan kemanfaatan,” imbuh beliau.
Shalawat badar adalah shalawat yan berisi permohonan ampun, keselamatan dan petolongan dari seorang hamba kepada Rabb-nya.
H. Riyadi juga menceritakan, pada tahun 1940, sang lembaga kebudayaan rakyat. Yang dulu disebut Lekra. Muhammad Munir, juga terkenal menciptakan lagu genjer-genjer.
Ternyata shalawat badar mampu melawan lagu genjer-genjer yang sedang terkenal dan dinyanyikan di setiap kegiatan. Beliau menyampaikan lewat jiwa seninya. Lewat jiwa kebudayaan silir, yang disanjungkan kepada Allah, tawassul kepada Baginda Rasulullah, memohon pertolongan, himpitan, fitnahan, didholimi pada era itu. Bahkan, Perang saudara sulit membedakan mana kawan mana lawan.
Beliau berharap, Semoga anak-anaknya dapat meneruskan. “Semoga Allah mengganti putra putri terbaik dari bumi ini. Kelak akan diberikan kelebihan seperti kelebihan yang pernah dititipkan kepada KH Ali Mansyur agar dapat memberikan kemanfaatan bagi jalannya perjuangan syiar agama, jalannya perjuangan pemerintah NKRI yang kita cintai ini. Sehingga NKRI tetep harga mati yang tidak bisa tertandingi. Pancasila tetep sebagai dasar negara pemersatu kita,”
“Apapun alirannya, apapun gejolak yang ada di negeri ini. Indonesia tetep utuh. Indonesia tetep ayem tentrem dan mudah mudahan di era 2045, era Indonesia emas, Indonesia mencapai puncak kejayaan dan tetep dipersatukan dengan kerukunan, kemakmuran, dan Indonesia merupakan baldatun Thoyyibatun warobbun Ghofur,” tutup H. Riyadi mengakhiri sambutannya.