Pasuruan, Jurnal9.tv – Bagi pecinta Alam dan Pemerhati satwa, kawasan Perhutani merupakan salah satu tempat berkumpulnya satwa. Bagi yang belum tahu, eksploitasi momen satwa di area Perhutani tidak dipungut biaya sepeserpun alias gratis, dalam artian tidak merusak keaslian hutan dan mangganggu satwa, khususnya yang dilindungi.
Agus Ahmad Fadholi, Administratur Perhutani KPH Pasuruan, menuturkan, bahwa pihaknya sangat terbuka bagi para pecinta alam maupun Fotografer dalam menyalurkan hobinya. “Kami terbuka dengan pihak manapun. Asalkan sepanjang yang dilakukan tidak mengganggu dan merusak hutan,” jelasnya. Saat mengunjungi salah satu kegiatan penanaman pohon di Dayurejo, Pandaan, beberapa hari kemarin (23/12/2022).
Bila dibandingkan dengan hutan berstatus konservasi, hutan di Perhutani lebih longgar. Sejumlah aturan, semisal biaya masuk dan surat izin, tidak diterapkan di sini. Fotografer bisa mengabadikan satwa sepuas-puasnya. “Kami berbeda dengan hutan konservasi seperti Tahura (Taman Hutan Raya) R. Soerjo. Kami tidak ada biaya masuk seperti itu. Jadi monggo kalau mau foto-foto,” terangnya.
Kawasan Perum Perhutani memiliki tiga fungsi: Ekonomi, Ekologi, dan Sosial. Perhutani lebih fokus pada hutan produksi dan pemanfaatan untuk masyarakat. “Kalau sekadar menikmati wisatanya, itu memang sedang kami gencarkan bersama komunitas, LMDH, koperasi, atau siapapun. Termasuk Bird Watcher (pengamat burung),” tambahnya.
Sementara itu, salah satu Pemerhati satwa asal Prigen, Heru Cahyono, menanggapi positif kelonggaran aturan di Perhutani.

Dirinya menegaskan, dalam hal ragam satwa, hutan Perhutani sejatinya tidak kalah dengan hutan konservasi lainnya. Beberapa kali ia menemukan keberadaan satwa yang tergolong dilindungi.
“Pernah di Malang, saya ketemu Macan Tutul Jawa. Itu di lahan Perhutani,” tuturnya.
Namun, kelonggaran itu juga punya sisi negatif. Siapapun bisa masuk area Perhutani. Termasuk kawanan pemburu. Ironisnya, kawanan ini lah yang turut andil membuat satwa berkurang.
Padahal, keberadaan satwa-satwa tersebut bisa jadi sumber pemasukan baru Perhutani. Juga berpotensi menciptakan wana wisata khusus Pemerhati satwa.
“Tak menutup kemungkinan bisa dikomersilkan. Asal satwanya terjaga, jalur tracking-nya juga jelas, saya rasa fotografer dan pemerhati satwa pasti tertarik,” tutupnya. (rfz/snm)