Surabaya, Jurnal9.tv – Prof. Dr. Muhammad Ali Ramdhani, Dirjen Pendidikan Islam Republik Indonesia mengajak umat Islam untuk mengingat kembali bahwa agama datang membawa nilai kasih sayang. Pesan ini beliau sampaikan pada sambutannya di opening ceremony AICIS (Annual International Conference on Islamic Studies) ke 22 di UIN Sunan Ampel, Surabaya. Beliau mengatakan, pengejawantahan nilai keislaman di tengah kompleksnya kondisi saat ini menjadi permasalahan yang dihadapi umat Islam di seluruh dunia.
“Umat Islam di seluruh dunia tengah menghadapi sebuah tantangan baru. Dan tentu saja mengandung dunia yang serba kompleks dalam konteks mengejawantahkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam sebagai agama dan pandangan hidup bagi pemeluknya”.
Muhammad Ali Ramdhani mengatakan, dalam tataran mikro maupun makro, praktek keberislaman diupayakan untuk diterima dan relevan terhadap kebutuhan global (kedamaian, keharmonian, dan kesejahteraan). Umat Islam terpanggil untuk membuktikan kepada dunia bahwa Islam merupakan rahmat bagi semesta alam.
“Prinsip rahmatan lil alamin perlu dipahami dan diimplementasikan dengan pendekatan yang lebih humanistik dan progresif menuju masyarakat yang adil dan beradab. Prinsip kasih sayang Islam perlu dijadikan landasan bagi kemajuan di dunia Islam dan dunia global.”
Muhammad Ali Ramdhani memaparkan bahwa AICIS merupakan wadah untuk para intelektual berdiskusi secara intensif dengan tidak hanya berbasis pada akademik, namun juga berangkat pada kasus yang terjadi di lapangan.
“Selain itu, AICIS 2023 memberikan ruang kepada akademisi, kepada kita semua untuk membuktikan kebutuhan akan perubahan fikih di dalam menghadapi perubahan masyarakat pos-modern”.
Muhammad Ali Ramdhani juga menyampaikan bahwa setidaknya terdapat lima alasan mengapa AICIS tahun ini berbeda dari sebelumnya.
Yang pertama tema yang diangkat. AICIS ke 22 ini membahas tema yang mengerucut dan lebih fokus.
Perbedaan kedua adalah AICIS tahun ini mengintegrasikan kajian teoritis dan pengalaman empiris dengan mempertemukan pelaku di lapangan dan akademisi ternama.
Yang ketiga adalah AICIS tahun ini menjadi pertama kalinya berkolaborasi dengan sepuluh jurnal PTKI terindeks Scopus.
Yang keempat, AICIS tahun ini lebih berorientasi pada policy recommendation.
Dan yang kelima, semua aspek penyelenggaraan AICIS diusahakan berbasis digital.
AICIS ke-22 ini berlangsung di Surabaya, 2-5 Mei 2023. Acara ini juga akan membahas empat sesi pleno.
Pertama, Sesi Pleno: “Rethinking Fiqh for Non-violent Religious Practices”. Sesi ini akan melibatkan tiga pembicara kunci: Dr. (HC). K. H. Yahya Cholil Staquf dari Indonesia, Prof. Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin, MA dari Indonesia, dan Prof. Abdullahi Ahmed An Na’im dari Amerika Serikat.
Kedua, Sesi Pleno: “Recounting Fiqh for Religious Harmony”. Ada empat pembicara dalam sesi ini, yaitu: Prof. Dr. Usamah Al-Sayyid Al Azhary dari Universitas Al Azhar di Mesir, Muhammad Al Marakiby, Ph.D dari Mesir, Dr. Muhammad Nahe’i, MA dari Indonesia, dan Prof. Dr. Rahimin Affandi Bin Abdul Rahim dari Malaysia.
Ketiga, “Maqashid al-Syariah as a Reference and Framework of Fiqh for Humanity.” Sesi ini akan melibatkan tiga pembicara: Prof. Mashood A. Baderin dari Inggris, Dr. (HC) K. H. Afifuddin Muhajir dari Indonesia, dan Prof. Dr. Şadi Eren dari Turki.
Keempat, “The Negotiated Shari’ah: Between Religiosity and Humanity in Current Development of Indonesia.” Sesi ini akan melibatkan tiga pembicara: Prof. Tim Lindsey Ph.D dari Australia, Prof. Dr. Mohd. Roslan Bin Mohd Nor dari Malaysia, dan Ning Allisa Qotrunnada Wahid dari Indonesia.
Opening Ceremony AICIS 2023 juga bisa disaksikan via chanel Youtube Tv9 NUsantara https://www.youtube.com/watch?v=georWBqaZOw .(swp/snm)