Surabaya, Jurnal9.tv – Bulan Ramadhan tinggal menghitung hari. Umat manusia perlu menyiapkan beberapa hal, agar ibadah selama bulan ramadhan nanti lebih khusyu’.
KH Said Aqil Siradj bercerita bahwa bulan Ramadhan adalah momen yang sangat baik untuk menbangun hubungan dengan Allah serta hubungan dengan manusia.
Puasa sebagai ibadah kepada Allah termasuk ke dalam ibadah mahdhoh sekaligus gairu mahdhoh. Kh Said Aqil Sirodj mengatakan “ibadah mahdhah yaitu ibadah hanya karena Allah. Seperti shalat itu ibadah mahdhah. Ibadah yang hanya karena Allah, tidak menyangkut ibadah sosial. Ada ibadah gairu mahdhah. Di samping kita membangun hablum minallah, kita juga membangun hablum minannas”.
“Ibadah puasa bisa menjadikan kita shaleh secara sosial. Tidak hanya shaleh secara individual, namun juga sholeh secara sosial,” imbuhnya.
Hal ini selaras dengan hadis nabi yang mengatakan bahwa bukan termasuk umat nabi Muhammad orang yang tidur dengan perut kenyang sedangkan tetangganya perutnya kelaparan.
Puasa bisa menjadi cara mendekatkan diri kepada Allah. caranya dengan melaksanakan ibadah tidak karena terpaksa, melainkan ingin mendekatkan diri kepada Allah. oleh karena itu, di dalam Alquran, puasa disebut dengan dua istilah. Istilah pertama adalah as shiyam yaitu menahan lapar, haus dan apa yang masuk ke dalam tubuh kita. Lalu yang kedua disebut dengan istilah shoum yaitu menjaga diri seperti lisan, mata, dan pendengaran dari hal-hal yang dilarang.
“Lebih dari itu, lisan kita jaga, mata kita jaga, telinga kita jaga, terakhir hati kita jaga. Hati itu tempatnya khowatir (tempatnya lintasan),” jelas Kiai yang Juga Ketua Umum PBNU periode 2015-2020.
Hati menjadi tempat dari tiga lintasan. Lintasan yang datang dari Allah yang disebut dengan hidayah dan lintasan dari malaikat disebut dengan pengetahuan. Sedangkan keinginan buruk seperti tamak, ego, dan merugikan orang lain merupakan lintasan hawa nafsu. Menjaga hati agar lintasan yang datang hanya dari Allah dan malaikat merupakan bagian dari kesungguhan dalam berpuasa.
Dalam memfilter apakah perbuatan yang dikerjakan sudah benar atau belum, bisa dengan bertanya kepada hati sendiri apakah senang apabila perbuatan kita diketahui orang lain atau sebaliknya. Ini karena kita cenderung akan senang apabila perbuatan baik kita diketahui orang lain. Begitupun sebaliknnya, kita tidak suka perbuatan buruk kita diketahui orang lain.
puasa juga bisa menjadi alat untuk mencari kebenaran yang hakikat. Puasa merupakan momentum yang hendaknya digunakan untuk menigkatkan makrifat kepada Allah. Ini karena pada bulan ini, banyak orang mendapatkan nur (pengetahuan) dari Allah. (swp/snm)