Surabaya, Jurnal9.tv – Baru-baru ini kita dihadapkan dengan musibah, baik banjir, gempa bumi maupun tanah longsor.
Sebagai seorang hamba, kita perlu mengimani takdir Allah. Adakalanya Allah memberikan banyak rezeki, kebahagiaan, suka cita kepada kita. Ada kalanya juga Allah akan memberikan musibah, cobaan, kesedihan. Semua itu cara Allah untuk mengasihi semua hamba-Nya.
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ
Artinya, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Q.S Al-Baqarah:214)
Gus Dhofir Zuhry dalam penjelasannya menyampaikan, setiap musibah atau yang diberikan oleh Allah SWT itu harus dihadapi dan dijalani. Sesuatu yang tidak bisa kita tolak dalam hidup ini adalah tragedi, peristiwa, entah bencana, musibah, malapetaka, gempa, banjir, tanah longsor yang memang seolah tidak pernah berhenti.
Karena memang Indonesia ini berada pada lingkaran gunung berapi atau sirkum pasifik. Jadi kita dikepung oleh gugusan gunung berapi sehingga ada gempa tektonik yang dari laut mediterania.
Dalam kitabnya, imam ibnu Athoillah menerangkan, agar bala’, bencana, malapetaka atau ujian ini terasa ringan sedianya kita tahu bahwa Allah adalah yang menguji dan yang memberi bala’. Maka oleh karena itu Allah yang biasa memberi kebaikan-kebaikan kepada kita, kita juga harus membiasakan diri Khusnul Ikhtiar atau memberikan sebaik-baik pilihan.
Jadi Dia-lah yang memberikan pilihan takdir terbaik kepada kita, maka tugas kita adalah mebiasakan sikap yang positif.
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ
Artinya, “Tiada suau bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Q.S Al-Hadid:22)
Apapun yang terjadi terhadap kita, telah Allah atur dalam Lauhul Mahfudz. Jadi, tidak ada yang perlu kita khawatirkan, karena tugas kita hanya terus berusaha leih baik dan berserah diri kepada Allah.
Sebuah musibah tidak bisa kita kendalikan, supaya ketika datangnya musibah, kita tidak putus asa dengan kegagalan kita mengolah dan menghadapi musibah tadi. Dan ketika kita selamat kita tidak sombong. Karena Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong baik itu yang ditampakkan atau yang disembunyikan.
Musibah harus dilihat dari perspektif manusia dan juga dari perspektif Tuhan. Jika kita melihat dari perspektif manusia maka sebenarnya ada yang salah dengan apa yang dilakukan oleh manusia itu sendiri, maka kita harus kembali kepada-Nya. Jika dilihat dari perspektif Tuhan, ini adalah cara Allah mendewasakan diri kita, cara Allah akan memuliakan kita kepada derajat yang lebih tinggi dengan kita menghadapi musibah yang diberikan. (aaf/snm)