TOKOH  

Abdurrahman Baswedan Perjuangkan Kemerdekaan melalui Tulisan

Surabaya, Jurnal9.tv – Kiprah kebangsaan Abdurrahman Baswedan sudah nampak sejak tahun-tahun 20-an. Persatuan untuk mengusung kemerdekaan Indonesia dimulainya sejak tahun 20an.

Kala itu, Abdurrahman Baswedan berjuang melalui tulisan-tulisannya. Kemudian tahun 30-an dengan menggerakkan organisasi dan pendirian Partai Arab Indonesia (PAI). Melalui partai itu komitmen Abdurrahman Baswedan dalam memperjuangkan kemerdekaan tak bisa diremehkan.

Ketika Kemerdekaan Indonesia, PAI melebur dan beliau kemudian masuk ke partai Majelis Suro Muslimin Indonesia. Peran tersebut makin nyata melihat perluasan pergaulan beliau, baik di kalangan nasionalisme maupun di kalangan Islam. Di kalangan Islam beliau dekat dengan Muhammad Roem (seorang diplomat dan salah satu pemimpin Indonesia di perang kemerdekaan Indonesia. Selama masa kepemimpinan presiden Soekarno), Kyai Haji Mas Mansyur. aktivitas beliau terhadap komitmen perjuangan kemerdekaan Indonesia 

di masa-masa zaman Jepang dinilai berani karena ditunjukkan secara terang-terangan.

Riadi Ngasiran, Nahdliyin Journalist cum historis, Penulis Buku ”Kesabaran Revolusioner Djohan Sjahroezah: Pejuang Kemerdekaan Bawah Tanah” (Penerbit Buku Kompas, 2015) mengatakan, Abdurrahman Baswedan dalam berpolitik tentu mengutamakan kepentingan masyarakat secara luas.

“Karena itu para tokoh kemerdekaan berjuang kemerdekaan seperti Abdurrahman Baswedan ini tidak mementingkan dirinya dan tidak kemaruk harta untuk memperkaya diri dan keluarganya. tetapi hidup sederhana dan mengutamakan kepentingan-kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongannya,” jelasnya.

Riadi juga mengatakan bahwa kesederhanaan itu terlihat dari penampilan fisik beliau. Abdurrahman Baswedan juga dekat dengan kalangan pendidikan seperti Ki Hajar Dewantoro dan kalangan agamawan selain Islam.

Pandangan, pengabdian dan Aktivitas politik beliau yang tetap menjaga komitmen dan integritas pribadi itu adalah harga mahal yang sekarang patut kita menengok ke tokoh-tokoh. Meskipun tidak lembaga wakil rakyat DPR atau menjadi anggota DPR ketika tahun-tahun 80-an, beliau masih berpikir soal keutuhan kebangsaan dan kemajuan-kebangsaan untuk Indonesia. (ahs/snm)